Anda di halaman 1dari 26

Pendahuluan

Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan


merupakan lapisan ketiga bola mata setelah sklera yang
merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang merupakan
jaringan vaskuler yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina.
Antara retina dan koroid terdapat rongga yang potensial yang
bisa mengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang
disebut sebagai ablasio retina.
Pendahuluan

Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana terpisahnya sel kerucut


dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel
epitel pigmen masih melekat erat dengan membrana Bruch.
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat
suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.1
Ablasio retina terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe regmatogenosa dan tipe
non regmatogenosa, dimana tipe non regmatogenosa ini terbagi lagi
menjadi tipe traksi dan tipe eksudatif.
Retina

Selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, multilapis


yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan
korpus siliare, dan berakhir di tepi ora serrata. Permukaan luar
retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen
retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch,
koroid dan sklera.
.
Retina
ABLASIO
RETINA
Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana
terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel
epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen
masih melekat erat dengan membrana Bruch.
Epidemiologi

Penyebab paling umum di seluruh dunia yang terkait


dengan ablasio retina adalah miop, afakia,
pseudofakia, dan trauma.
Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio
memiliki miop, 30-40% mengalami pengangkatan
katarak, dan 10-20% telah mengalami trauma okuli.
Klasifikasi Ablasio Retina

Ablasio retina terbagi menjadi dua tipe :


• Regmatogenosa
• Non Regmatogenosa,
-Tipe Traksi
-Tipe Eksudatif.
Ablasio Retina Regmatogenosa
Robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel
pigmen epitel dengan retina.
Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus) yang
masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina
sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen
koroid.
Ablasio regmantogenosa spontan biasanya
didahului atau disertai oleh pelepasan korpus
vitreum posterior.
Faktor Predisposisi
• Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun.
• Jenis kelamin. Sering terjadi pada laki – laki
• Miopi
• Afakia. Pasien bedah katarak diduga akibat vitreus ke anterior
selama atau setelah pembedahan. Lebih sering terjadi setelah
ruptur kapsul, kehilangan vitreus dan vitrektomi anterior.
• Trauma.
• Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus
(CMV) retinitis pada pasien AIDS berupa nekrosis retina
dengan formasi istirahat retina terjadi, kemudian, cairan dari
rongga vitreous dapat mengalir melalui istirahat dan melepas
retina tanpa ada hadir traksi vitreoretinal terbuka
Ablasio Retina non Regmatogenosa
Ablasio retina non regmatogenosa merupakan ablasio retina yang
terjadi akibat dari penyakit lain. Ablasio tipe ini terbagi menjadi dua
yaitu ablasio retina traksi dan eksudatif.
Ablasio Retina Traksi
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan
jaringan parut pada badan kaca (korpus vitreus). Pada badan kaca
terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus
proliferative, trauma, dan perdarahan badan kaca akibat bedah
atau infeksi.
Tipe ini juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari ablasio retina
regmatogenosa.
Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan
membuat retina menjadi semakin halus dan tipis, sehingga
dapat menyebabkan terbentuknya proliferative vitreoretinophaty
(PVR) yang sering ditemukan pada tipe regmatogenosa yang
lama.
PVR juga dapat terjadi akibat kegagalan dalam
penatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR,
epitel pigmen retina, sel glia, dan sel lainnya yang berada di
dalam maupun di luar retina serta pada badan vitreus akan
membentuk membrane. Kontraksi dari membrane tersebut akan
menyebabkan retina tertarik ataupun menyusut, sehingga dapat
mengakibatkan terdapatnya robekan baru atau berkembang
menjadi ablasio retina traksi
Ablasio Retina Eksudatif
Pada kasus ini, penglihatan dapat berkurang dari ringan
sampai dengan berat. Ablasi ini dapat hilang atau menetap
bertahun- tahun setelah penyebabnya berkurang atau
hilang
Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan
cairan eksudat di bawah retina (subretina) dan
mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina terjadi
akibat ekstravasasi cairan dari pembuluh retina dan koroid
Penyebab Ablasio retina eksudatif dibagi menjadi dua yaitu
• Penyakit sistemik: Toksemia gravidarum, hipertensi renalis,
poliartritis nodosa.
• Sedangkan penyakit mata akibat inflamasi (skleritis posterior,
selulitis orbita), akibat penyakit vascular (central serous
retinophaty, and axudative retinophaty of coats, akibat
neoplasma (malignant neoplasma koroid dan
retinoblastoma), akibat perforasi bola mata pada operasi
intraokuler.
Gejala klinis ablasio retina eksudatif
• Tidak adanya photopsia, lubang / air mata, lipatan dan
undulations.
• Ablasio retina eksudatif halus dan cembung. Pada puncak
tumor itu biasanya bulat dan tetap dan bisa menunjukkan
gangguan pigmen.
• Kadang-kadang, pola pembuluh retina mungkin terganggu
akibat adanya neovaskularisasi di puncak tumor.
• Pergeseran cairan ditandai dengan mengubah posisi daerah
terpisah dengan gravitasi adalah ciri khas yang dari
detasemen retina eksudatif.
• Pada tes transillumination satu ablasio sederhana muncul
transparan sedangkan ablasio padat.
Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis
Anamnesis
• Floaters (terlihatnya benda melayang – laying) yang terjadi
karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah,
pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri
• Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber
cahaya di sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata
digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan
gelap.
• Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh
penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin
lama semakian luas.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan oftalmoskopi
• Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat
terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca
yang menghambat sinar masuk
• Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih atau mungkin normal
• Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk
mendiagnosa ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop indirek
binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak
sebagai membran abu – abu merah muda yang menutupi gambaran
vaskuler koroid.
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada.

Ultrasonography mngkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilai khusus


pada pasien media berkabut terutama dihadapan padat katarak.
Tatalaksana

Tujuan utama dilakukan bedah ablasi adalah untuk


menemukan dan memeperbaiki semua robekan retina,
digunakan krioterapi atau laser untuk menimbulkan
adhesi antara epitel pigmen dan retina sensorik sehingga
mencegah influks cairan lebih lanjut kedalam ruang
subretina, mengalirkan cairan subretina ke dalam ke luar,
dan meredakan traksi vitreoretina
Tatalaksana
Scleral buckling
Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani
robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral
buckle (sabuk).
Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat.
Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung posisi
lokasi dan jumlah robekan retina.
Tatalaksana
Retinopeksi pneumatik

Jika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina. Teknik


pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke
dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina
dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan.
Tatalaksana

Vitrektomi
pengobatan ablasi akibat tarikan di dalam kaca dilakukan
dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di
dalam badan kaca dengan tindakan vittrektomi
Banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, dan juga
pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus
atau perdarahan vitreus.
Tatalaksana

Membuat insisi kecil pada dinding bola mata


kemudian memasukkan instruyen ingá cavum
vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan
vitrektomi dengan vitreus cutre untuk
menghilangkan berkas badan kaca (viteuos stands),
membran, dan perleketan – perleketan
Prognosis
Pada penyakit ini kita bisa melihat dari kondisi pasien, yaitu
melihat dari kondisi makula dan melihat ketajaman visual dari
pasien. Jika keadaannya sudah melibatkan macula maka akan
sulit untuk menghasilkan hasil operasi yang baik.
Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan macula dan
perlangsungannya kurang dari 1 minggu, memiliki kemungkinan
sembuh seteah dilakukan tindakan operasi, namun untuk
kemampuan visualnya tidak bisa kembali seperti semula.
Komplikasi dari pembedahan misalnya adanya perdarahan
dapat menyebabkan kemampuan visual lebih menurun.
 
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai