Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala
yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Dari uraian di atas, dapat di katakan bahwa definisi arsitektur lingkungan adalah ilmu
bangun membangun yang berkaitan dengan perencanaan tata kota, landscape planning,
urban design, interior maupun eksterior yang memperhatikan kondisi fisik sumber daya
alam, yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya, bunyi dan kelembapan. Arsitektur
lingkungan sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau (green architectur) karena sama –
sama berhubungan dengan sumber daya alam.
B. Aspek – aspek yang Mempengaruhi
Dalam mengusung tema Arsitektur Lingkungan, ada beberapa aspek yang mempengaruhi,
yaitu sebagai berikut.
1. Material Organik
Material yang di maksud secara ekologi adalah material yang ramah lingkungan, dan
mudah di dapat, sebenarnya tidak larangan jika harus menggunakan bahan – bahan
modern yang ada, hanya saja volume penggunaan yang harus ada kesepakatan, di samping
bahan konvensional secara umum dan moderen. Material Ekologis secara spisifikasi dapat
kita bedakan sebagai berikut:
Pondasi, dapat menggunakan material : batu kali, batu gunung, kayu / bamboo sebagai
pasak bumi
Dinding, dapat menggunakan bahan: bamboo, batu bata, kayu, tanah liat,bahan daur ulang
dari kertas
Jendela, dapat menggunakan: kayu, bamboo, kertas, ( secara teknis dapat kita gunakan
sebagai tirai atap, dapat menggunakan daun – daunan, bamboo,kayu, dan lainnya
2. Sirkulasi Udara
Bangunan Ekologi secara umum memaksimalkan sirkulasi udara secara alami dan
meminimalkan penggunaan udara buatan seprti AC, Kipas angin, Exhause, dll. Jendela serta
ventelasi yang di terapkan pada bangunan harus juga di sesuai dengan arah angin,
penerapan atap bangunan tradisional adalah salah satu solusi untuk memberikan
kenyamanan dalam ruang,atap yang tinggi juga membuat udara dapat mengatur pola
sirkulasinya.
Angin juga berlaku dapat kasar terhadap lingkungan serta fisik bangunan,jadi perlu di
adakan antisipasi terhadap pengaruh negative angin, seperti, pembuatan ventilasi / bukaan
secara maksimal, pemasangan tirai – tirai, penaman pohon – pohon atau tanaman yang
sesuai dengan kondisi lingkungan.
Bentuk masa bangunan secara ekologi, yaitu pengadopsian bentuk – bentuk yang ramah
lingkungan, seperti : Bentuk Arsitektur Tradisional local. Bentuk masa bangunan lebih terbuka
sehingga ada keterikatan antara lingkungan dan bangunan atau sebaliknya, dimensi
bangunan diolah semaksimal mungkin sehingga tidak terjadinya perbedaan yang mencolok
terhadap bangunan penduduk local, bentuk bangunan juga di sesuaikan dengan material
yang digunakan
4. Penghijauan (Vegetasi)
Arsitektur Lingkungan selain dari pada bentuk masa bangunan, material, tata ruang
atau pun nilai kearifan lokal yang ada, juga adalah kepedulian kita sendiri terhadap
bangunan tersebut, bagaimana kita mengartikan fungsi dari pada bangunan
tersebut,bagaimana kita mengelolanya, dan bagaimana kita merawatnya
PENGARUH POSITIF PENGERJAAN ARSITEK YANG
MEMPERHATIKAN LINGKUNGAN
- Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa bangunan dengan
makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora dan faunanya.
Arsitektur sebagai sebuah benda yang dibuat oleh manusia harus mampu menunjang kehidupan dalam
lingkugannya sehingga memberikan timbal balik yang menguntungkan untuk kedua pihak.
Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak – dampak negatif yang
ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar. Contoh terapannya yaitu, munculnya trend green design.
-Memberikan dampak pada estetika bangunan.
-Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.
-Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan
pada lahan yang memiliki kemiringam, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya
seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bangunan
yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.
CONTOH NYATA
- Taman ismail marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
banyaknya lingkungan hijau di site bangunan tersebut dan pembuatan taman pada atap sehingga
membuat dampak positif untuk mengurangi dampak global warming.
Dampak kerusakan tanah tersebut merupakan masalah bagi pembangunan yang pada akhirnya
kan mempengaruhi jalannya proses pembangunan itu sendiri. Kerusakan tanah secara garis besar
terjadi oleh pengaruh proses erosi, penjernihan tanah, kehilangan unsur hara, serta
terakumulasinya zat pencemar dalam tanah. Proses-proses tersebut terjadi diantaranya dipicu
oleh adanya pembangunan yang tidak memperhatikan segi lingkungan. Kerusakan tanah juga
dapat menyebabkan rusaknya bangunan tersebut secara perlahan lahan kerena tidak stabilnya
tanah itu.
2. Berkurangnya penghijauan di kota
Berkurangnya penghijauan di kota ini seperti pohon- pohon di pinggir jalan, taman kota
yang dialihgunakan menjadi bangunan perkantoran, hal ini mengurangi resapan air yang ada
di kota, dan dengan kurangnya penghijauan di kota ini lah salah satunya yang menyebabkan
efek panas yang sangat terik mengingat Indonesia adalah Negara yang tropis, polusi udara
yang disebabkan oleh kendaraan, dan masih banyak lagi.
3. Banjir
Hal ini sangat bersangkutan dari kerusakan tanah dan kurangnya penghijauan
tersebut, yang mengakibatkan kurangnya resapan air dan juga dikarenakannya pemakaian
yang seharusnya menjadi lahan hijau yang digunakan untuk pembangunan gedung- gedung
dan pemakaian plester penuh yang digunakan untuk setiap pembangunan di kota.
Kesimpulan
Dalam mendesain atau membangun suatu projek, seorang arsitek diwajibkan mampu
menganalisa suatu kondisi lingkungan sekitar proyek yang sedang dilaksanakannya.
Perlu memperhatikan lingkungan dalam segi lahan, aspek sosial serta pertimbangan
penuh pengaruh pembangunan terhadap lingkungannya seharusnya menjadi utama sang
arsitek untuk mencari solusi dalam keadaan untuk mencapai hasil desain yang dapat
diterima dari berbagai pihak tanpa mengurangi resiko desain terhadap bangunan lingkup
sekitarnya.