Oleh:
Neneng Tsani/NIM 2002118
Departemen Pedagogik,
Program pascasarjana
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
OKTOBER, 2020
1. Dialogue
2. The question to the single one
3. Education
4. The education of character
5. What is man
Siapa Martin Buber?
Lahir di Wina 8 Februari 1878, Buber datang dari sebuah keluarga Yahudi taat,
tetapi dia berpisah dari tradisi Yahudi untuk mempelajari filsafat secara sekuler.
Pada tahun 1902, Buber menjadi editor dari majalah mingguan Die Welt, organ
sentral gerakan Zionis, meskipun pada akhirnya ia mundur dari kerja organisasinya
di Zionisme.
• pendidikan tidak dapat dilepas dari pemikirannya tentang prinsip dialogis. Begitu
• Relasi yang pertama adalah relasi dengan benda-benda, yang disebut Aku-Itu.
• Relasi yang kedua adalah relasi dengan sesama manusia dan Allah, yang disebut
Aku-Engkau.
Asumsi Pendidikan Karakter
• guru yang sejati (genuine) tidak melihat murid hanya dari fungsi-fungsi individualnya
saja. Seorang murid memiliki kemampuan untuk mengetahui, tetapi bukan berarti tugas
guru hanya memberikan pengetahuan supaya dia dapat melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu.
• Guru yang sejati selalu melihat murid secara keseluruhan, yaitu sebagaimana
keadaannya sekarang dan apa saja potensinya
• Melihat murid sebagai keseluruhan dan potensi juga berarti melihat bahwa manusia
terdiri dari kepribadian dan karakter.
• Kepribadian adalah “bentuk spiritual-fisik yang unik dengan semua kekuatan yang ada
di dalamnya.
• karakter didefinisikan sebagai “hubungan antara individu dan rangkaian sikap
perilakunya.”
• pembentukkan karakter merupakan tugas terbesar seorang pendidik
Konsep dialogis pendidikan karakter
• Dalam pendidikan karakter, ketika murid sadar bahwa guru ingin mendidik karakternya,
saat itu juga akan muncul suatu penolakan. Mereka tidak suka ada yang ingin mendikte
karakter mereka. Penolakan terbesar berasal dari murid yang memiliki karakter paling
independen dan mengakar.
• murid-murid yang dengan serius merenungkan pertanyaan tentang yang baik dan yang
jahat. Mereka akan memberontak ketika seseorang memberikan arahan, seolah-olah
masalah apa yang baik dan jahat sudah sejak lama diselesaikan dan ditemukan
jawabannya.
• Mereka memberontak karena mereka sudah mengalami sendiri bagaimana sulitnya
menemukan jalan yang benar.
Konsep dialogis pendidikan karakter
• alam, konteks sosial, bahasa, budaya, sejarah, impian, bahkan berita dan
rumor yang beredar di koran, semuanya menyumbang pengaruh dalam
pembentukan karakter seorang murid.
• membangkitkan pertanyaan, keraguan, perasaan benci, dan penolakan.
• karakter terbentuk dari interpretasi seseorang terhadap semua faktor-faktor
yang beragam
• Guru adalah faktor yang berperan lebih dalam pembentukan karakter
kesimpulan
• Keluarga merupakan pihak penting yang ikut ambil bagian dalam pendidikan maupun
pembentukan karakter anak.
• pendidikan oleh guru di sekolah dengan orangtua di rumah belum tentu sama.
• Jika ternyata dalam suatu kasus tertentu, jika yang diajarkan orangtua malah bertolak
belakang dengan apa yang diajarkan guru, maka pendidikan karakter itu akan sia-sia,
atau setidaknya berjalan dengan tidak baik.
• semua hal dapat memengaruhi karakter anak, dan itulah yang membuat unsur
kesepakatan menjadi vital dalam pendidikan karakter.
• Kesepakatan yang merupakan kesepakatan antar pendidik, yaitu faktor-faktor yang
menjadi pengaruh pembentukan karakter karena memiliki keinginan dan kesadaran.
• Kesepakatan karakter yang baik secara moral adalah karakter yang dianggap baik oleh
seluruh umat manusia.
Penutup