Anda di halaman 1dari 21

1

PENGANTAR ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT

ETIKA HUKUM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


Setya Haksama
setyahaksama@fkm.unair.ac.id
Tujuan
Kuliyah

Mempelajari tentang Etika, Hukum


dan Kebijakan Kesehatan
TUJUAN

Mempelajari tentang Etika, Hukum, dan Kebijakan Kesehatan

Yang Diterapkan di Bidang Kesehatan Masyarakat

Pada Ruang Lingkup


Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

4
ETIKA, ETIK, ETHICS

Berasal dari Bahasa Yunani ‘ethos’, berarti suatu norma, nilai, kaidah, dan
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, sedangkan "ethikos”
mempunyai makna timbul dari suatu kebiasaan.
Etika: Suatu perhatian pada tingkahlaku manusia dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan moral. Etika lebih mengarah ke
penggunaan akal budi yang objektif untuk menentukan benar atau salahnya
tingkah laku seseorang terhadap lainnya (James J. Spillane).
Merupakan ilmu tentang hal baik dan hal buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
Merupakan cabang ilmu filsafat yang membicarakan perihal suatu nilai dan
norma yang dapat menentukan suatu perilaku manusia ke dalam
kehidupannya.

5
PENGERTIAN HUKUM
 Merupakan peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah
laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
 Merupakan peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah dalam bentuk Undang-undang dan Keputusan Hakim (pengadilan).
 Plato menyebutkan, hukum adalah peraturan yang disusun dengan baik dan mengikat masyarakat dan
pemerintah, sedangkan menurut Aristoteles hukum adalah peraturan yang tidak hanya mengikat
masyarakat dan hakim.
 Hukum mempunyai sanksi bagi yang melakukan tindak pelanggaran terhadap norma yang sudah
ditetapkan.

6
HAL SAMA  Berfungsi sebagai sarana atau alat untuk mengatur tatatertib di masyarakat.
 Mempelajari dan menjadikan tingkahlaku manusia sebagai objek.
ANTARA ETIKA  Memberikan batas ruang gerak hak dan wewenang seseorang dalam
pergaulan hidup agar tidak saling merugikan.
dan HUKUM  Berasal dari pemikiran dan pengalaman.
 Menggugah kesadaran manusiawi.

7
 Etika timbul dari kebiasaan tingkahlaku yang
dianggap baik di masyarakat. Hukum dibuat oleh
HAL YANG BERBEDA manusia dan dapat mementingkan sebuah pihak.
 Etika berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum
ANTARA ETIKA dan HUKUM berlaku untuk umum.
 Etika disusun berdasarkan kesepakatan anggota
profesi. Hukum disusun oleh badan pemerintahan.
 Sanksi terhadap pelanggaran etika berupa tuntunan.
Sanksi hukum berupa tuntutan.
 Etika keberadaannya tidak tertulis. Hukum dalam
bentuk tertulis atau terbukukan sebagai hukum
negara.
 Etika bersifat subyektif dan fleksibel. Hukum bersifat
objektif dan tegas.
 Etika tidak memerlukan bukti fisik dalam
menjatuhkan sanksi. Hukum memerlukan bukti fisik
dalam menjatuhkan sanksi atau vonis.
 Etika bersifat memberikan tuntunan. Hukum bersifat
menuntut.
 Etika tidak memerlukan alat untuk menjamin
pelaksanaannya. Hukum memerlukan alat penegak
hukum untuk pelaksanaannya.
8
Pendahuluan
 KEBIJAKAN ADALAH SEBUAH DISIPLIN ILMU SOSIAL TERAPAN YANG
MENGGUNAKAN BERBAGAI METODE PENELITIAN DAN ARGUMEN UNTUK
MENGHASILKAN DAN MEMINDAHKAN INFORMASI YANG RELEVAN DENGAN
KEBIJAKAN, SEHINGGA DAPAT DIMANFAATKAN DI TINGKAT PENGAMBILAN
KEPUTUSAN (POLITIK) DALAM RANGKA MENYELESAIKAN MASALAH KEBIJAKAN
(HILL, 1997).
 HAL YANG DIPELAJARI DARI KEBIJAKAN KESEHATAN ADALAH INFORMASI NYATA
(FAKTUAL) MENGENAI BEBERAPA SEBAB (TUNTUTAN) TIMBULNYA KEBIJAKAN, ISI
KEBIJAKAN (ARAHAN, PETUNJUK PENERAPAN), DAN HASIL ATAU AKIBAT (DAMPAK)
KEBIJAKAN GUNA MENYELESAIKAN MASALAH SOSIAL DAN KESEHATAN.

9
OVERVIEW PENGERTIAN
POLICY
1. BEDA KEBIJAKAN DENGAN KEBIJAKSANAAN
2. ARTI:
a. KEBIJAKAN ADALAH SUATU KEPUTUSAN
FORMAL ORGANISASI.
b. TERTULIS.
c. YANG MENJADI PEGANGAN DALAM SEMUA
KEGIATAN ORGANISASI DAN PERILAKU
ANGGOTA YANG BERSIFAT MENGIKAT.
d. BERTUJUAN UNTUK MEMBENTUK TATANAN
NILAI BARU (NEW VALUE).

10
TERMINOLOGI YANG HARUS DIBEDAKAN DENGAN
KEBIJAKAN
1. KEBIJAKAN DAPAT BERUPA PRODUK HUKUM/ UNDANG-UNDANG.
2. PERATURAN: MEMBAWA KONSEKUENSI ATURAN, SIFAT:
a. DETIL TEKNIS.
b. TIDAK ADA SATUPUN YANG BISA KELUAR DARI ATURAN.
c. TIDAK ADA AREA UNTUK DECISION MAKING, PADAHAL KEBIJAKAN
BERUPAYA UNTUK DECISION MAKING.
3. HUKUM: MEMBAWA KONSEKUENSI HUKUM, SIFAT: PERNYATAAN PERINTAH
YANG TIDAK BOLEH BERVARIASI DALAM KONDISI YANG DITENTUKAN,
DAN MERUPAKAN RIGID STATEMENT (KAKU).
4. PROSEDUR: MERUPAKAN URAIAN DETIL LANGKAH DEMI LANGKAH DALAM
PROSES SUATU KEGIATAN.

11
12
13
1. DALAM POLICY ANALYSIS,
MELIBATKAN PEMIKIRAN:

CIRI KEBIJAKAN
a. ANALITIK  APA BETUL
MERUPAKAN PUBLIC CONCERN, ADA
PERHITUNGAN.
b. PREDIKTIF  FORECASTING, MASA
DEPAN.
c. PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

2. DALAM POLICY ANALYSIS,


MELIBATKAN BEBERAPA
PENDEKATAN SPESIFIK:
d. REACTIVE ATAU PROAKTIF (HAL INI
DILANDASI PADA POLICY
FORMULATION).
e. RASIONAL  DILANDASI PADA
POLICY IMPLEMENTATION.
f. STRUKTURAL  MISALNYA,
OTONOMI DAERAH YANG
DICANANGKAN PADA SAAT
PERTAMA ADA MENTERI YANG
BERTANGGUNGJAWAB, SEKARANG
SECARA STUKTURAL
KEMENTERIANNYA TIDAK ADA.
g. MANAJERIAL.

14
3. MEMPUNYAI 3 SIKLUS: FORMULATION, IMPLEMENTATION, DAN EVALUATION.
4. BERORIENTASI PADA PUBLIC ISSUE  APA
BETUL MASALAH YANG TERJADI TERSEBUT MENJADI MASALAH DI
MASYARAKAT SECARA LUAS. MISALNYA, MASALAH SAMPAH DI KOTA
SURABAYA.
5. SELALU ADA KONSEKUENSI. APAPUN KEBIJAKAN PASTI ADA KONSEKUENSI,
BISA POSITIF MAUPUN NEGATIF. SEHINGGA SEBAGAI PENGAMAT
KEBIJAKAN KETIKA ME-REVIEW KEBIJAKAN HARUS DAPAT MELIHAT
KONSEKUENSI YANG MUNCUL.

15
CIRI KEBIJAKAN YANG BAIK
1. Kebijakan adalah baik bila tertulis dan merupakan keputusan resmi organisasi.
2. Harus selalu terkait dengan tujuan organisasi (visi dan misi), tidak boleh bertentangan. Yang penting
adalah harus jelas dan disosialisasikan secara baik sebelum ditetapkan dan diputuskan. Misalnya: UU
No. 36/ 2009 tentang Kesehatan.
3. Ditulis secara sederhana dan mudah dimengerti. Jadi kebijakan harus ditulis dalam kalimat yang
mudah dipahami oleh orang lain. Apabila sulit dimengerti, maka konsekuensi dapat lebih berbahaya.
4. Harus jelas masa berlakunya kebijakan (ada batasan waktu), kapan berlakunya, dan kapan
berakhirnya.
5. Kebijakan itu bisa dirubah (ditarik kembali) dan dapat direvisi. Jadi setiap waktu sebaiknya kebijakan
itu harus dievaluasi. Meskipun idealnya kebijakan itu bersifat langgeng.
6. Kebijakan harus rasional dan capable.
7. Kebijakan harus dapat memberikan kesempatan untuk diinterpretasikan dan dapat diuraikan sehingga
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada pada lingkungannya (bersifat fleksibel).

16
KEBIJAKAN DIGUNAKAN UNTUK
HAL YANG BERKAITAN DENGAN ISU

1. DIVERSIFIKASI  PERLU POLICY UNTUK MENKAJI


UNTUNG DAN RUGI SUATU FENOMENA.
2. VERTICAL INTEGRATION  MERGER, GABUNG,
AKUISISI ANTAR BANK.
3. STRATEGI  MENCARI CERUK YANG BELUM ADA
KOMPETISI.
4. NEPOTISME  SAUDARA, ATAU SUAMI ISTRI TIDAK
BOLEH BEKERJA DALAM 1 KANTOR.
5. RACIAL DISCRIMINATION.
6. PERUBAHAN VISI DAN MISI ORGANISASI.
7. PROTECTION DAN COMPETITION  PROTEKSI: IZIN
PRAKTEK DOKTER 1 KECAMATAN 1 DOKTER,
COMPETITION: KEBIJAKAN TARIF YANG SAMA
UNTUK SEMUA BARANG EKSPOR.
8. BUILDING CULTURE  BAGAIMANA POLICY DIBUAT
UNTUK MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI.
17
18
19
 Hendrik, 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. EGC.
Penerbit Buku Kedokteran.
 William N. Dunn, 2000. Pengantar Analisis
REFERENSI Kebijakan Publik. Edisi Ketiga. Gajah Mada
University Press.

20
THANK YOU VERY MUCH FOR YOUR ATTENTION
setyahaksama@fkm.unair.ac.id
+6281 2322 6632 and +6281 133 0204

Anda mungkin juga menyukai