Anda di halaman 1dari 60

BIROKRASI ORGANISASI

UMAR SAKO BADERAN


BIODATA SINGKAT
Nama : Umar Sako Baderan
TTL : Gorontalo, 15 Agustus
Status : Married
Jabatan : Direktur UPT Rusunawa
Alamat : Jl. Bypass, Kel. Pauwo Kec. Kabila-Bone Bolango
Pendidikan : S1. Manajemen UNSRAT
S2. Administrasi Publik
S3. Administrasi Publik (Cand. UNG)
Contact Person : 0852 1888 5938, 0813 4011 0939
Email USBaderan@gmail.com
FB Marko Baderan
TUGAS INDIVIDU:

Membuat Makalah :

 Setiap Mahasiswa menyusun 1 Makalah


 Tema makalah diambil dari Materi Pokok yang
dibahas
 Sistematika : Bab 1. Pendahuluan, Bab II. Isi, Bab III.
Penutup (Kesimpulan dan Saran), Daftar Pustaka
 Kertas A4, huruf Time new roman 12, Margin 4, 4, 3, 3
 Minimal 15 halaman
 Tugas individu dikirimkan ke USBaderan@
umgo.ac.id
 Dikirimkan pada pertemuan yang ke-2

3
TUGAS KELOMPOK:
DISKUSI KELOMPOK:

 Setiap kelompok membahas 1 judul buku


 Bahan diskusi digandakan sebanyak
jumlah kelompok ditambah 1
 Penilaian didasarkan pada keaktifan
dalam diskusi, paparan dan bahan diskusi
 Diskusi dilaksanakan setiap kali setelah
perkuliahan
 Diskusi dimulai minggu depan pada
pertemuan yang ke-2 dst

4
UNSUR NILAI

KEHADIRAN 20%

UJIAN TENGAH SEMESTER 30%

UJIAN AKHIR SEMESTER 40%

TUGAS-TUGAS 10%

JUMLAH 100

5
BIROKRASI
 Berasal dari dua akar kata, yaitu bureau ( burra, kain kasar
penutup meja), dan-cracy. Keduanya membentuk kata
bureaucracy.
 Berbagai sumber berpendapat, setidak-tidaknya ada tiga
macam arti birokrasi.
 Pertama, birokrasi diartikan sebagai “ government by
bureaus,” yaitu pemerintahan biro oleh aparat yang diangkat
oleh pemegang kekuasaan, pemerintah atau pihak atasan
dalam sebuah organisasi formal, baik publik maupun privat.
Pemerintahan birokratik adalah pemerintahan tanpa partisipasi
pihak yang-diperintah.
 Kedua, birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku
pemerintahan, yaitu, sifat kaku,macet, berliku-liku dan segala
tuduhan negatif terhadap instansi yang berkuasa ( Kramer
dalam Ndraha, 2003;513).
 Ketiga, birokrasi sebagai tipe ideal organisasi. Biasanya dalam
arti ini dianggap bermula pada teori Max Weber tentang
konsep sosiologik rasionalisasi aktivitas kolektif. 
 TERMENOLOGI BIROKRASI
 Birokrasi sebagai organisasi yang rasional (rational
organization)
 Birokrasi sebagai ketidakefeseinan organisasi (Organizational
inefficiency)
 Birokrasi sebagai pemerintahan olehparapejabat (rule of
officials)
 Birokrasi sebagai administrasi negara (public administration)
 Birokrasi sebagai administrasi oleh para pejabat
(administration by officials)
 Birokrasi sebagai organisasi yang memiliki ciri tertentu,
seperti hirarki dan peraturan (type of organization with
specific characteristic and quality as khierarchies and rules)
 Birokrasi sebagai salah satu ciri masyarakat modern (an
essential quality of modern society)
BIROKRASI DALAM MAKNA YANG BAIK
DAN RASIONAL(BEREAU-RATIONALITY)
 Terdapat dalam pandangan Hegel dan Max
Weber :
Hegel : Birokrasi adalah institusi yg
menjembatani antara negara dan masyarakat.
Max Weber : Birokrasi adalah organisasi yang
memiliki ciri-ciri ; Adanya suatu hirarkhi,
termasuk pendelegasian wewenang dari atas
ke bawah, adanya serangkaian posisi jabatan
yg masing masing memiliki tugas & tanggung
jawab yg tegas, Adanya aturan, regulasi,
standard formal, Adanya personel yg scr teknis
memenuhi syarat, yg bekerja atas dasar karier
dan promosi
 Birokrasi dalam pengertian Netral & Patologi
1. Pengertian Netral : tidak terkait baik atau buruk
2. Birokrasi sebagai Patologi
a) Patologi yg timbul akibat gaya manajerial
b) Patologi yg timbul akibat rendahnya pengetahuan
keterampilan petugas pelaksana
c) Patologi yg timbul akibat tindakan anggota
birokrasi yg melanggar norma dan aturan
perundangan
d) Patologi yg timbul akibat perilaku negatif birokrat
e) Patologi yg timbul akibat situasi internal berbagai
instansi dalam lingkungan pemerintahan
BIROKRASI DALAM KONTEKS PENGELOLAAN
KEKUASAAN NEGARA
 Birokrasi adalah pihak yg paling aktif dalam
kegiatan pengelolaan kekuasaan negara sehari-
hari, ia berperan sbg pelaksana keputusan yg
dirumuskan pemimpin politik.

 Birokrasi berperan penting karena dalam


kegiatan pengelolaan kekuasaan negara sehari-
hari tidak pernah terjadi kevakuman
administrasi, baik dalam proses perumusan
maupun di dalam proses pelaksanaan setiap
kebijakan.
BIROKRASI NEGARA MAJU
 Birokrtasi Negara Maju memiliki ciri-ciri :
 Aparat negara yang netral (apolitis, tidak propolitik
pemerintah serta tidak pro pada kepentingan
tertentu.Objektif(memberikanpelayanansama)
 Rasional, tidakdikuasai/didominasi kelompok tertentu
(public Servant)
 Cakap,terampil dan efesein dalam mencapai
kesejahteraan sosial
 Formal dan legalistis
 Tunduk kepada pemerintahan yang memperoleh
kepercayaan rakyat
 Tidak mudah diintimidasi
Birokasi Di Negara Berkembang
 Ciri-Ciri Birokrasi Negara Berkembang
Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain dari
pada mengarah kepada yang benar-benar
menghasilkan (production directed). Dengan kata lain,
birokrat lebih berusaha mewujudkan tujuan pribadinya
dibanding pencapaian sasaran-sasaran program.
 Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi
birokrat atas kemanfaatan pribadi (personal
expediency) ketimbang kepentingan masyarakat
(public-principled interest). Dari sifat seperti ini lahir
nepotisme, penyalahgunaan kewenangan, korupsi, dan
berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan aparat
birokrasi dinegara berkembang pada umumnya
memiliki kredibilitas yang rendah, dan dianggap tidak
mengenal etika.
 Dibanyak Negara berkembang, korupsi telah
merajalela sedemikian rupa sehigga menjadi
fenomena yang sangat prevalent dan diterima
sebagaisesuatu yang wajar, atau menurut istilah
Heady sanctioned by social mores dan semi
institutionalized.
 Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat
otonom, artinya lepas dari proses politik dan
pengawasan masyarakat. Ciri ini merupakan warisan
administrasi kolonial yang memerintah secara absolut,
atau sikap feodal dalam zaman kolonial yang terus
hidup dan berlanjut setelah merdeka. Dibanyak
negara berkembang, pada awalnya orang yang paling
terpelajar atau elite bangsa yang bersangkutan
memang berkumpul dibirokrasi, sehingga kelompok
diluar itu sulit dapat menandingi birokrasi dalam
pengetahuan mengenai pemerintahan dan akibatnya
pengawasan menjadi tidak efektif.
BIROKRASI KERAJAAN
 Memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Penguasa menganggap dan
menggunakan administrasi publik sebagai urusan pribadi;
Administrasi adalah perluasan rumah tangga istana; Tugas
pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raja; “gaji” dari raja
kepada bawahan pada hakikatnya adalah anugerah yang juga
dapat ditarik sewaktu-waktu sekehendak raja’
 Aparat kerajaan dikembangkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan raja. Di dalam pemerintahan pusat (keartin),
urusan dalam pemerintahan diserahkan kepada empat pejabat
setingkat menteri (wedanlebet) yang dikoordinasikan oleh
seorang pejabat setingkat Menteri Koordinator (Pepatihlebet).
Pejabat-pejabat kerajaan tersebut masing-masing membawahi
pegawai (abdidalem) yang jumlahnya cukup banyak. Daerah
diluar keraton, seperti daerah pantai raja menunjuk bupati-
bupati yang setia kepada raja untuk menjadi penguasa daerah.
Para bupati biasanya bupati lama yang telah ditaklukkan oleh
raja, pemuka masyarakat setempat, atau saudara raja sendiri.
BIROKRASI ZAMAN KOLONIAL
 Pelayanan publik pada masa pemerintahan kolonial Belanda tidak terlepas dari sistem
administrasi pemerintahan yang berlangsung pada saat itu. Kedatangan penguasa kolonial
tidak banyak mengubah sistem birokrasi dan adminitrasi pemerintahan yang berlaku di
Indonesia, sebagai bangsa pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara baik secara
politik maupun ekonomi, pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan
pemerintah kerajaan yang masih di segani oleh masyarakat, motif utamanya adalah
menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.
 Selama pemerintahan kolonial terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan. Di satu sisi
telah mulai diperkenalkan dan diberlakukan sistem administrasi kolonial
(binnenlandcsheBestuur) yang mengenalkan sistem birokrasi dan administrasi modern,
sedangkan pada sisi lain, sistem tradisional (InheemscheBestuur) masih tetap
dipertahankan.
 Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang puncaknya pada Raja
Belanda. Dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintahan di Negara jajahan, Ratu
Belanda menyerahkan kepada wakilnya, yakniseorang gubernur jenderal. Kekuasaan dan
kewenangan gubernur jenderal meliputi seluruh keputusan politik diwilayah Negara
jajahan yang dikuasai. 
Gubernur Jenderal dibantu oleh para gubernur danresiden. Gubernur merupakan wakil
pemerintah pusat yang berkedudukan di Batavia untuk wilayahprovinsi, sedangkan
ditingkat kabupaten terdapat asisten residen dan pengawas yang diangkat oleh gubernur
jenderal untuk mengawasi bupati dan wedana dalam menjalankan pemerintahan sehari –
hari. 
BIROKRASI ORDE LAMA
 Berakhirnya masa pemerintahan kolonial membawa perubahan sosial
politik yang sangat berarti bagi kelangsungan sistem birokrasi
pemerintahan.
 Perbedaan– perbedaan pandangan yang terjadi diantara pendiri bangsa
diawal masa kemerdekaan tentang bentuk Negara yang akan didirikan,
termasuk dalam pengaturan birokrasinya, telah menjurus kea rah
disintegrasi bangsa dan keutuhan aparaturpemerintahan.
Perubahanbentuk Negara dari kesatuan menjadi federal berdasar
kankonstitusi RIS melahirkan dilematis dalam cara pengaturan aparatur
pemerintah.
 Setidak-tidaknya terdapat dua persoalan dilematis menyangkut birokrasi
padasaat itu. Pertama, bagaimana cara menempatkan pegawai Republik
Indonesia yang telah berjasa mempertahankan NKRI,tetapi relatif kurang
memiliki keahlian dan pengalaman kerja yang memadai. Kedua,
bagaimana menempatkan pegawai yang telah bekerja pada Pemerintah
belanda yang memiliki keahlian, tetapi dianggap berkhianat atau tidak
loyal terhadap NKRI. Demikian pula penerapan sistem pemerintahan
parlementer dan sistem politik yang mengiringinya pada tahun 1950-1959
telah membawa konsekuensi pada sering nya terjadi pergantian kabinet
hanya dalam tempo beberapa bulan. 
BIROKRASI ORDE LAMA
 Seringnya terjadi pergantian kabinet menyebabkan
birokrasi sangat terfragmentasi secarapolitik.
 Di dalam birokrasi tejaditarik-menarik antar
berbagai kepentingan partaipolitik yang kuat pada
masa itu.
 Banyak kebijakan atau program birokrasi pemerintah
yang lebih kental nuansa kepentingan politik dari
partai yang sedang berkuasa atau berpengaruh
dalam suatu departemen.
 Program=program departemen yang tidak sesuai
dengan garis kebijakan partai yang berkuasa dengan
mudah dihapuskan oleh menteri baru yang
menduduki suatu departemen.
BIROKRASI ORDE LAMA
 Birokrasi pada masa itu benar- benar mengalami politisasi
sebagai instrument politik yang berkuasa atau berpengaruh.
Dampak dari sistem pemerintahan parlementer telah
memunculkan persaingan dan sistem kerja yang tidak sehat
didalam birokrasi. 
 Birokrasi menjadi tidak professional dalam menjalan
kantugas-tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat
melaksanakan kebijakan atau program-programnya karena
sering terjadi pergantian pejabat dari partai politik yang
memenangkan pemilu.
 Setiap pejabat atau menteri baru selalu menerapkan
kebijakan yang berbeda daripendahulunya yang berasal dari
partai politik yang berbeda. Pengangkatan dan penempatan
pegawai tidak berdasarkan merit system, tetapi lebih pada
pertimbangan loyalitas politik terhadap partainya.

BIROKRASI MASA ORDE BARU
 Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik korporatisme
Negara yang bertujuan untuk mendukung penetarsinya kedalam
masyarakat, sekaligus dalam rangka mengontrol publik secara penuh.
 Strategi politik birokrasi tersebut merupakan strategi dalam mengatur
system perwakilan kepentingan melalui jaringan fungsional non ideologis,
dimana sistem tersebut memberikan berbagai lisensi pada kelompok
fungsional dalam masyarakat, seperti monopoli atau perizinan, yang
bertujuan untuk meniadakan konflik antar kelas atau antar kelompok
kepentingan dalam masyarakat yang memiliki konsekuensi terhadap
hilangnya pluralitas social, politik maupun budaya. Pemerintahan Orde
Baru mulai menggunakan birokrasi sebagai premium mobile bagi program
pembangunannasional.
 Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada: 
Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam hierarki
birokrasi Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak
kepemimpinan pusat untuk memperluas wewenang pemerintah baru
dalam rangka mengkonsolidasikan pengendalian atas daerah-daerah.
BIROKRASI ZAMAN REFORMASI
 Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan diikuti
pula dengan perubahan besar pada desain kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, namun harapan terbentuknya kinerja
birokrasi yang berorientasi pada pelanggan sebagaimana birokrasi di
Negara – Negara maju tampak nyamasih sulit untuk diwujudkan. 
 Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi,
tampaknya belum sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di
Indonesia (contoh Bulog Gate ).
 Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis, dalam kenyataan nyamasihs
aja dijadikan alat politik yang efektif bagi kepentingan – kepentingan
golongan atau partai politik tertentu. 
 Terdapat pula kecenderungan dariaparat yang kebetulan memperoleh
kedudukan atau jabatan strategis dalam birokrasi, terdorong untuk
bermain dalam kekuasaan dengan melakukan tindak KKN. 
 Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata masih melingkupi sebagian
besar aparat birokrasi pada masa reformasi.Kulturkekuasaan yang telah
terbentuk semenjak masa birokrasi kerajaan dan kolonial ternyata
masih sulitu ntuk dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi.
 Dapat dikemukakan bahwa realitas sosial, politik dan ekonomi yang
dihadapi oleh Negara – Negara yang sedang berkembang sering kali
berbeda dengan realitas sosial yang ditemukan pada masyarakat di
negara maju. 
SEJARAH BIROKRASI INDONESIA
 MASA KERAJAAN
Kerajaan maritim dan agraris. Agraris dominan (pemusatan sumber
ekonomi, kehormatan pada raja dan didistribusikan pada para
birokrat)
 MASA PENJAJAHAN
Pada jaman belanda struktur & sistem birokrasi kerajaan tidak
dirubah selama menguntungkan, berbeda dengan abdi dalem,
priyayi (birokrat belanda) yg diangkat belanda dan mengadopsi
gaya belanda tapi gayafeodal kemasyarakat. Timbul
ketidaksenangan para nasionalis pada para priyayi (birokrat
belanda)
 MASA KEMERDEKAAN
Transformasi gaya-gaya kerajaan dan kolonial masih melekat
Posisi dan status masih berkaitan dengan hirarki, abdi negara,
sentralistis dan ritualitas.
 Perbedaannya birokrat tdk berada pada kelas istimewa karena
terlalu banyak dan penurunan kemakmuran serta terus menerus
mengalami krisis kepercayaan masyarakat
PENAMPILAN & SOSOK BIROKRASI
INDONESIA
1. Patrimonial Birokrasi
a. Patronase diLingkungan elite
b. Simbiosa Penguasa & Pengusaha
c. Abivalensi Hubunganpusat- daerah
2. Setralisasi yg amat kuat
3. Menilai Keseragaman dalam struktur
birokrasi
4. Pendelegasian wewenang yg kabur
5. Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis
jabatan
BIROKRASI PEMERINTAH DAERAH
Ciri birokrasi pemerintahan daerah yang kurang kondusif bagi
kemajuan daerah yaitu :
Umumnya jumlah pegawai terlampau berlebihan (over satffed),
sehingga menimbulkan pengangguran terselubung.
Kurangprofesional, karena organisasinya tidak memberikan iklim
yang memungkinkan berkembangnya profesionalisme.
Kurang memiliki daya inisiatif, cenderung menunggu petunjuk
dari atasan.
Menggunakan manajemen pemerintahan yang sudah usang.
Selalu mengalami keterbatasan anggaran, karena kesalahan
menggunakan konsep berpemerintahan.
Kurang memiliki visi dan misi yang jelas,
Karena terkungkung oleh paradigma keseragaman.
Kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat.
Kegiatannya lebih terfokus kedalam tubuh birokrasi itu sendiri,

sedangkan masyarakat lebih banyak dijadikan komoditi politik.


BIROKRASI MAX WEBER
 Max Weber, sosiolog Jerman abad 19 ini,
mengemukakan tentang konsepsi tipe ideal
organisasi pemerintah yang rasional dan
profesional. Pemikiran Weber didorong
keinginannya menciptakan organisasi modern
yang bisa digunakan pemerintah menjalankan
modernisasi dan pembangunan.
 Weber mengenal tiga otoritas (1) otoritas
tradisional; (2) otoritas kharismatik; (3)
otoritas legal-rasional (birokrasi).
 Sebelum itu, tahun 1970, Martin Albrow
mempopulerkan istilah ”birokrasi” sebagai nama
lain organisasi pemerintah, Selanjutnya para
pakar (misalkan Fred Kramer, dll, mengaitkan
atau menamakan konsepsi tipe ideal organisasi
pemerintah yang rasional dan profesional ala
weber sebagai birokrasi pemerintahan.
 Individu pejabat secara personal bebas, akan
tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia
menjalankan tugas-tugas atau kepentingan
individu dalamjabatannya. Pejabat tidak bebas
menggunakan jabatannya untuk keperluan dan
kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.
Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan
hirarki dari atas kebawah dan kesamping.
 Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan.
Ada yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada
yang lebih kecil. Tugas dan fungsi masing-masing
jabatan dalam hirarki itu secara spesifik berbeda
satu dengan lainnya.
 Setiap pejabat mempunyai kontrakjabatan yang
harus dijalankan. Uraian tugas masing-masing
pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang
dan tanggungjawab yang harus dijalankan sesuai
kontrak.
KONSEPSI BIROKRASI RASIONAL
MAX WEBER
 Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi
profesionalitasnya, idealnya melalui ujian
kompetitif.
 Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak
untuk menerima pensiun sesuai dengan tingkatan
hirarki jabatan yang disandangnya.
 Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan
keinginannya dan kontraknya bisa diakhiri dalam
keadaan tertentu.
 Terdapat struktur pengembangan karir yang
jelas dengan promosi berdasarkan senioritas
dan penilaian obyekif (merit system).
 Setiap pejabat tidak dibenarkan
menjalankan jabatannya dan sumber daya
instansinya untuk kepentingan pribadi dan
keluarga.
 Setiap pejabat berada dibawah
pengendalian dan pengawasan suatu sistem
yang dijalankan secara disiplin.
 Jabatan-jabatan itu disususn dalam
tingkatan hirarki dari atas ke bawah dan
kesamping
 Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda
satu sama lain
 Setiap pejabat mempunyai kontrak
jabatannya
 Setiap pejabat berada dalam pengendalian
dan pengawasan suatu sistem.
PANDANGAN TERHADAP BIROKRASI
WEBERIAN
 Warren Bennis
Birokrasi hirarki piramida pada masa depan
akan diganti dengan sistem sosial baru
sesuai harapan masyarakat.
 Lawrence dan Lorch
Birokrasi yang bersifat rutin dan stabil, belum
tentu cocok untuk lingkungan yang
kompleks. Oleh karena itu, jika ingin survive
birokrasi harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan atau perubahan lingkungan.
 David Bheetham
Birokrasi Weber memiliki ciri-ciri pokok (1) instrumen
teknis; (2) kekuatan independen; (3) dapat keluar dari
fungsinya yang tepat karena anggotanya cenderung
dari klas sosial partikular (parpol, misalnya).
 Heckscher dan Donellon
Bentuk organisasi masa depan adalah “post bureaucratic
organization” yang tidak sama dengan birokrasi
weberian. Powering (kekuasaan) bukan satu-satunya
cara mengendalikan birokrasi,melainkan perlu
empowering (pemberdayaan).
 MiftahThoha
Birokrasi weberian diistilahkan sebagai
officialdom atau kerajaan pejabat– memiliki
dua pemahaman yaitu birokrasi yang
rasional (netral) danbirokrasi yang sarat
dengan kekuasaan (potensipolitis).
Birokrasi yang netral bisa dilihat pada poin (1),
birokrasi politis dapat dilihat pada poin (2)
dan (3).
BIROKRASI HEGELIAN danMARXIS
 Birokrasi adalah jembatan penghubung antara
negara(pemerintah) dengan masyarakatnya
(Hegel).
 Di dasari teori perjuangan kelas, krisis
kapitalisme, dan pengembangan komunisme, Karl
Marx berpendapat tentang birokrasi sbb: Birokrasi
adalah negara atau pemerintah itu sendiri.
Birokrasi merupakan instrumen yang digunakan
oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan
kekuasaan dominasinya atas klas sosial lainnnya.
Dalam masyarakat komunis kelak (tiada kelas
sosial, semua sama), birokrasi menjadi tiada arti
karena fungsi birokrasi dijalankan oleh semua
anggota masyarakat.
 Birokrasi Hegelian termasuk dalam
kategori birokrasi netral.
 Birokrasi Marxis termasuk dalam
kategori birokrasi politik atau tidak
netral.
BIROKRASI DAVID OSBORNE
 Katalis (mengarahkan ketimbang mengayuh)
 Memberi wewenang ketimbang melayani.
 Pemerintahan yang kompetitif.
 Digerakan oleh misi bukan aturan.
 Berorientasi hasil bukan masukan.
 Melayani pelanggan, bukan dilayani atau
melayani diri sendiri.
 Menghasilkan ketimbang membelanjakan.
 Antisipatif (mencegah daripada mengobati)
 Desentrasi ketimbang sentralisasi
 Pemerintah beroreintasi pasar.
      KARAKTERISTIK BIROKRASI
MENURUT MAX WEBER
 Kerja yang ketat pada peraturan (rule)
 Tugas yang khusus (spesialisasi)
 Kaku dan sederhana (zakelijk)
 Penyelenggaraan yang resmi (formal)
 Pengaturan dari atas ke bawah (heirarchi)
 Berdasarkan logika (rational)
 Tersentralistis (otorithy)
 Taat dan patuh (obedience)
 Disiplin (dicipline)
 Terstruktur (sistematic)
 Tanpa pandang bulu (impersonal).
PRINSIP POKOK YANG HARUS DIPAHAMI
OLEH APARAT BIROKRASI PUBLIK DALAM
ASPEK INTERNAL ORGANISASI
 Prinsip Aksestabilitas,  dimana setiap jenis pelayanan
harus dapat dijangkau secara mudah oleh setiap
pengguna pelayanan(misal: masalah tempat, jarak
dan prosedur pelayanan)
 Prinsip Kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis
pelayanan harus secara terus menerus tersedia bagi
masyarakat dengan kepastian dan kejelasan
ketentuan yang berlaku bagi proses pelayanan
tersebut
 Prinsip Teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis
pelayanan proses pelayanannya harus ditangani oleh
aparat yang benar-benar memahami secara teknis
pelayanan tersebut berdasarkan kejelasan, ketepatan
dan kemantapan sistem, prosedur dan instrumen
pelayanan.
 Prinsip Profitabilitas, yaitu bahwa proses
pelayanan pada akhirnya harus dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien
serta memberikan keuntungan ekonomis
dan sosial baik bagi pemerintah maupun
bagi masyarakat luas.
 Prinsip Akuntabilitas, yaitu bahwa proses,
produk dan mutu pelayanan yang telah
diberikan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat karena aparat pemerintah itu
pada hakikatnya mempunyai tugas
memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat.
TIPE IDEAL BIROKRASI MENURUT MAX
WEBER
 Para anggota staf secara pribadi bebas, hanya men
jalankan tugas-tugas impersonal mereka;
 Ada hirarki jabatan yang jelas;
 Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas;
 Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak;
 Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional,
 idealnya didasarkan
suatu  (ijazah) yang diperoleh melalui suatu ujian;
 Mereka memiliki gaji dan biasanya juga ada hak-
hak pensiun. Gaji berjenjang menurut kedudukan
dalam hirarki. Pejabat dapat selalu menempati
posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu ia juga
dapat diberhentikan;
 Pos jabatan adalah lapangan kerjanya
sendiri atau lapangan kerja pokoknya;
 Terdapat suatu struktur karir dan promosi
dimungkinkan berdasarkan senioritas maupun keahlian
(merit)  dan   menurut  pertimbangan
keunggulan (superioritas);
 Jabatan mungkin tidak sesuai dengan posnya maupun
dengan sumber-sumber yang tersedia di pos tersebut;
 Ia tunduk pada sistem disipliner dan kontrol yang
seragam.
KATEGORI BIROKRASI
Berdasarkan perbedaan tugas pokok atau misi yang mendasari suatu
organisasi birokrasi

1. Birokrasi Pemerintahan Umum
Yaitu rangkaian organisasi pemerintahan yang
menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum
termasuk memelihara ketertiban dan kemanan,
dari tingkat pusat sampai di daerah (Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan, dan Desa). Tugas-tugas
tersebut lebih bersifat mengatur.
2. Birokrasi pembangunan
Yaitu Organisasi pemerintahan yang menjalankan
salah satu bidang atau sektor yang khusus guna
mencapai tujuan pembangunan, seperti pertanian,
kesehatan, pendidikan, industri
3. Birokrasi  Pelayanan
Yaitu unit organisasi yang pada hakikatnya merupakan
bagian yang langsung berhubungan dengan
masyarakat;
Yang termasuk dalam kategori ini, antara lain: Rumah
Sakit, Sekolah (SD,SLTA),  Koperasi,  Bank
Rakyat  Desa, Transmigrasi, dan berbagai  unit
organisasi lainnya yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat atas nama
pemerintah. Fungsi utamanya adalah “service”.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
ORGANISASI DI INDONESIA
 penetapan standar efisiensi yang dapat
dilaksanakan secara fungsional
 terlalu menekankan aspek-aspek
rasionalitas, impersonalitas dan hirarki
 kecenderungan birokrat untuk
menyelewengkan tujuan-tujuan organisasi
 kurangnya pengawasan terhadap kinerja
birokrasi
 sistem penggajian yang kurang
TIGA MACAM PENGERTIAN BIROKRASI
YANG BERKEMBANG SAAT INI
 Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat
penguasa untuk menjalankan 
pemerintahan (government by bureaus).
 Birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku
pemerintahan yang buruk (patologi).
 Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
Pengertian birokrasi (pemerintahan) adalah suatu
organisasi pemerintahan yang terdiri dari sub-sub
struktur yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, yang memiliki fungsi, peran, dan
kewenangan dalam melaksanakan pemerintahan,
dalam rangka mencapai suatu visi, misi, tujuan,
dan program yang telah ditetapkan. 
FUNGSI DAN PERAN BIROKRASI
 melaksanakan pelayanan publik;
 pelaksana pembangunan yang
profesional (merit system);
 perencana, pelaksanan, dan pengawas
kebijakan (manajemen pemerintahan);
 alat pemerintah untuk melayani
kepentingan (abdi) masyarakat dan
negara yangnetral dan bukan merupakan
bagian dari kekuatan atau mesin politik
(netralitas birokrasi). 
TUJUAN BIROKRASI
 Sejalan dengan tujuan pemerintahan
 Melaksanakan kegiatan dan program demi
tercapainya visi dan misi pemerintah dan
negara
 Melayani masyarakat dan melaksanakan
pembangunan dengan netral dan
professional
 Menjalankan mamajemen pemerintahan,
mulai dari perencanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif,
prefentif, antisipatif, resolusi,
PERSPEKTIF BIROKRASI

 Teori Negara
Terdiri dari unsure konstitutif dan unsure deklaratif. Unsur
konstitutif adalah unsure Negara yang terdiri dari wilayah,
pemerintahan, dan rakyat. Sedangkan unsure deklaratif
adalah unsure Negara yang terdiri dari pengakuan de facto
dan de jure.
 Teori Kebutuhan ekonomi
Usaha manusia memenuhi kebutuhan yang diperlukan birokrasi
yang berfungsi untuk melayani kebutuhan masyarakat
tersebut.
 Teori Organisasi dan Kelas
Tujuan dalam organisasi dapat dicapai apabila ada instrumen
birokrasi yang baik.
TIPOLOGI BIROKRASI
 Berdasarkan perspektif Otoriter
• Birokrasi Tradisional
Sumber legitimasinya adalah waktu, artinya
orang yang berkuasa adalah orang-orang yang
lebih lama di dalam birokrasi tersebut.
• Birokrasi Kharismatik
Sumber legitimasinya adalah kepribadian yang
luar biasa bagi seorang pemimpin yang dilihat
secara personal.
• Birokrasi Legal-Rasional 
Sumber legitimasinya adalah aturan-aturan
yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.
 Berdasarkan Perspektif Keterbukaan
• Birokrasi Terbuka
Aksesibilitas masyarakat dapat masuk dengan luas,
masyarakat dapat ikut serta dalam proses pembuatan
kebijakan dan masyarakat juga dapat menyampaikan
aspirasinya ke birokrasi langsung. 
• Birokrasi Tertutup
Berdasarkan kepentingan dan peraturan yang berada
dalam birokrasi tersebut, kebijakan yang diputuskan
hanya dilakukan dalam birokrasi dan berjalan hanya
berdasarkan aturan-aturan yang didalamnya.
• Birokrasi Campuran
Birokrasi yang mendapatkan aspirasi dari masyarakat
tapi tidak bisa masuk secara langsung ke dalam
birokrasi untuk menentukan kebijakan.
PATOLOGI (PENYAKIT) BIROKRASI
PEMERINTAHAN
 Budaya feodalistik;
 Menunggu petunjuk/arahan;
 Loyalitas pada atasan, bukan organisasi;
 Belum berorientasi prestasi;
 Budaya melayani rendah;
 Belum didukung teknologi menyeluruh;
 Ekonomi biaya tinggi;
 Jumlah pegawai relatif banyak, kurang
bermutu/asal jadi.
PENYAKIT ORGANISASI
 Tujuan telah ditetapkan, tetapi tidak dirumuskan secara rinci
dan jelas (tidakmembumi);
 Pembagian tugas tidak adil, tidak merata, tidak tuntas dan tidak
jelas batas-batas (tidak adil);
 Anggota hanya mau bekerja sesuai dengan tugasnya, terjadi
pengkotak-kotakan (kaku);
 Merasa dirinya/unitnya yang paling penting, yang lain
tidak/kurang penting (sok penting);
 Pemberian tanggung jawab yang tidak seimbang dengan
wewenang (zalim);
 Terlalu banyak bawahan yang harus diawasi – kewalahan (rakus);
 Seseorang bawahan mendapat perintah dari satu atasan
mengenai hal yang sama, tetapi perintahnya saling bertentangan
(plin plan);
 Sanksi terhadap pelanggaran tidak tegas (banyak pertimbangan).
FUNGSI BIROKRASI DALAM SUATU
PEMERINTAHAN MODERN
 Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi,
pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi.
dimaksudkan bahwa fungsi birokrasi adalah
mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh
legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif.
Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan
kebijaksanaan umum suatu negara guna mencapai tujuan negara
secara keseluruhan.
 Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat
atau kelompok-kelompok khusus. Badan metereologi dan
Geofisika (BMG) di Indonesia merupakan contoh yang bagus untuk
hal ini, di mana badan tersebut ditujukan demi melayani
kepentingan masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau
mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam. Untuk batas-
batas tertentu, beberapa korporasi negara seperti PJKA atau
Jawatan POS dan Telekomunikasi juga menjalankan fungsi public
service.
 Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dirancang demi mengamankan kesejahteraan
masyarakat. birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan:
Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat banyak.
 Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu
kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan
membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh
pemerintah berdasarkan situasi faktual.
birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak pelaksanaan
kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan
dengan dua hal tersebut. Misalnya, pemungutan uang yang tidak
semestinya (pungli) ketika masyarakat membuat SIM atau STNK
tentunya mengalami pembengkakan. Pungli tersebut merupakan
pelanggaran atas idealisme administrasi negara, oleh sebab itu
harus ditindak. Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah
akan membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM dan STNK agar
tidak memberi ruang bagi kesempatan melakukan pungli. 
PENAMPILAN BIROKRASI DI INDONESIA

 Sentralisasi yang cukup kuat


 Menilai tinggi keseragaman dan struktur
birokrasi
 Pendelegasian wewenang yang kabur
 Kesulitan menyusun uraian tugas dan analisis
jabatan
MODEL - MODEL REFORMASI
BIROKRASI
 Tantangan nyata bagi keberhasilan reformasi birokrasi
penyelenggaraan pemerintahan adalah berfungsinya peran
penyelenggaraan Negara untuk menciptakan kehidupan bersama
warga bangsa dalam mencapai kesejahteraan dan keadilan bagi
masyarakat. Telebih dengan berjalannya otonomi daerah yang
diiringi tumbuhnya kesadaran warga masyarakat di daerah untuk
semakin kritis menyebabkan semankin kuat pula tuntutan public
atas keberhasilan governance reform di daerah. 
New Public Management (NPM), model
ini memiliki ciri yang lebih mengarah
kepada “inside the organization”
a.Memfokuskan aktifitasnya hanya pada
kegiatan manajemen, tidak pada
aktivitas kebijakanya.
b.Hal ini berarti NPM mencoba melihat
manajemen pelayanan publik pada segi
kinerja (performance appraisal) dan
efisiensi tidak dari segi politis.
c. Permasalahan manajamen pelayanan public
menjadi bahan-bahan kecil dan sederhana
yang berkaitan langsung dengan
kepentingan dasar pengguna jasa (user-
pay-base).
d. Menggunakan landasan pasar (quasi-
markets) sebagai daya dorong bagi
terciptanya kompetisi.
e. Pemangkasan ekonomi biaya tinggi
sehingga ongkos untuk memperoleh
pelayanan menjadi lebih murah.
4 MODEL NPM MODEL
 The Efficiency Drive, Model ini dapat dilihat kemunculannya di medium
1980. Model ini menghendaki sektor publik dikelola secara bisnis,
denganslogan efisiensi
 In search of excellence, model ini lebih menekankan pada pentingnya
budaya organisasi. 
Model ini menolak pendekatan rasionalistik NPM model 1 dan
mengedepankan peran nilai, budaya ritual dan symbol untuk membentuk
bagaimana orang-orang yang
Lanjutan Model
In search of excellence
….berada dalam birokrasi bekerja dan berperilaku (instead
highlights the role of values, culture, rites, and
symbols in shaing how people actually behave at work).
Terdapat kepentingan yang kuat dalam hal bagaimana
organisasi mengatur perubahan dan inovasi melalui
perubahan budaya.
 Public Service Orientation, model ini menggabungkan ide-ide manajemen
sektor publik dan privat dengan “reenergizing public sector managers by
outlining a distinct service mission”. Ciri model ini adalah memperjelas
tujuan dan menjamin bahwa pengguna lebih diperhatikan dalam
memberikan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai