Anda di halaman 1dari 39

PENUMBUHAN DAN

PENGEMBANGAN KELEMBAAN
PETANI DAN KELEMBAGAAN
EKONOMI PETANI

Oleh : Nurliana Harahap, SP, MSi


Dasar Hukum
• Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani
• Dasar Hukum sebelumnya : Nomor
273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani

Pengembangan Kelompok Tani


oleh : Nurliana Harahap
2
PENGERTIAN KELEMBAGAAN PETANI

• merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan


dari, oleh dan untuk petani, yang dibentuk atas
dasar sesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,
kesamaan komoditas dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota yang dinamakan dengan kelompok tani
(poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan
kelembagaan petani lainnya.
Makna kelembagaan
• kelembagaan adalah suatu pemantapan perilaku
(ways) yang hidup pada suatu kelompok orang.
• Merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola;
berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam
masyarakat;
• ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan
modern, atau bisa berbentuk tradisional dan modern;
dan berfungsi untuk mengefisienkan kehidupan sosial
sosial relation -> kelembagaan apabila memiliki empat
komponen,

1. Komponen person. Orang-orang yang terlibat di dalam satu kelembagaan


dapat diidentifikasi dengan jelas.
2. Komponen kepentingan. Orang-orang tersebut sedang diikat oleh satu
kepentingan atau tujuan, sehingga di antara mereka terpaksa harus saling
berinteraksi. Misalnya, sesama anggota kelompok tani diikat oleh
kepentingan yang sama secara horizontal, namun antara seorang petani
dengan pedagang gabah diikat oleh kepentingan vertikal. Keduanya sama-
sama ”dipaksa” untuk berinteraksi.
3. Komponen aturan Setiap kelembagaan mengembangkan seperangkat
kesepakatan yang dipegang secara bersama, sehingga seseorang dapat
menduga apa perilaku orang lain dalam lembaga tersebut.
4. Komponen struktur. Setiap orang memiliki posisi dan peran, yang harus
dijalankannya secara benar. Orang tidak bisa merubah-rubah posisinya
dengan kemauan sendiri.
Aspek Kelembagaan
1. Aspek kultural terdiri dari hal-hal yang lebih abstrak
yang menentukan “jiwa” suatu kelembagaan yaitu nilai,
norma, dan aturan, kepercayaan, moral, ide, gagasan,
doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi, dan lain-lain 
2. Aspek struktural lebih statis, yang berisi struktur,
peran, hubungan antar peran, integrasi antar bagian,
struktur umum, perbandingan struktur tekstual dengan
struktur riel, struktur kewenangan, hubungan kegiatan
dengan tujuan, aspek solidaritas, keanggotaan, klik,
profil, pola kekuasaan, dan lain-lain
• Syahyuti (2003), kelembagaan/organisasi terdiri atas dua aspek, yakni:
“aspek kelembagaan” (=“aspek kultural”)
“aspek keorganisasian” (=”aspek struktural”).

Aspek kultural merupakan aspek yang dinamis yang berisikan hal-hal


yang abstrak, dan merupakan “jiwa” kelembagaan; yang berupa nilai,
aturan, norma, kepercayaan, moral, ide, gagasan, doktrin, keinginan,
kebutuhan, orientasi, dan lain-lain.

Aspek struktural merupakan aspek yang statis namun lebih visual yaitu
berupa struktur, peran, keanggotaan, hubungan antar peran, integrasi
antar bagian, struktur kewenangan, hubungan kegiatan dengan tujuan,
aspek solidaritas, klik, profil, pola kekuasaan, dan lain-lain. Gabungan
antara keduanya akan membentuk “perilaku kelembagaan” atau
“kinerja kelembagaan”.
• jika dianalogkan kepada sistem komputer, maka
aspek kultural adalah software-nya, dan aspek
struktural adalah hardware-nya. Hardware
memberi kesempatan software apa yang dapat
dioperasikannya, namun sekaligus juga membatasi.
• Aspek struktur organisasi misalnya merupakan wadah
sehingga seluruh orientasi dan gagasan dapat
dijalankan, namun bersamaan dengan itu ia pun
membatasi apa yang dapat diwadahinya.
• Pembedaan atas aspek kultural dan aspek
struktural akan sangat membantu untuk
memahami untuk mendiagnosa apa “penyakit”
yang sedang dihadapi sebuah kelembagaan.

• Sehingga kita tahu apa yang harus diperbaiki.


• dapat mempelajari bagaimana sebuah
kelembagaan terbentuk
• “kelembagaan tradisional” adalah kelembagaan
yang terbentuk secara alamiah, dimana aspek-
aspek kultural lebih dulu terbentuk dibandingkan
aspek-aspek strukturalnya.

• “kelembagaan introduksi” yang dibentuk melalui


rekayasa sosial, dengan mendahulukan
pembentukan struktur dan pengurusnya saja
(aspek struktural). Pada kondisi ini, yang ada baru
rangkanya saja, isinya belum. Ibarat kantor, yang
ada baru gedungnya, namun orang-orangnya
belum.
PERMASALAHAN
1. Masih rendahnya kualitas dalam mengelola
usahatani secara efisien, menjalin kerjasama
dengan pelaku agribisnis dan kelembagaan
ekonomi pedesaan lainnya;
2. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan
petani dan kelembagaan ekonomi
petani/belum memiliki kekuatan hukum;
3. Masih terbatasnya akses petani terhadap
sumber pembiayaan/permodalan ;
4. Masih terbatasnya akses petani terhadap
IPTEK dan informasi ;

11
KELEMBAGAAN PETANI DAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
(UU No 16 Tahun 2006, UU No 19 Tahun 2013 dan Permentan
No 82 Tahun 2013)

• lembaga yang ditumbuhkembangkan dari,


KELEMBAGAAN oleh, dan untuk petani guna memperkuat
kerjasama dalam memperjuangkan
PETANI kepentingan petani (poktan, gapoktan,
asosiasi, dewan komoditas nasional)

• organisasi yang melaksanakan kegiatan


KELEMBAGAAN usahatani dari hulu sampai hilir yang
ditumbuhkembangkan oleh masyarakat, baik
EKONOMI yang berbadan hukum maupun yang tidak
PETANI berbadan hukum (koperasi atau badan
usaha milik petani lainnya)

12
PRINSIP DALAM PENUMBUHAN KELOMPOK TANI

• Kebebasan,
• Keterbukaan,
• Partisipatif,
• Keswadayaan,
• Kesetaraan,
• Kemitraan,
FUNGSI KELOMPOK
KELAS BELAJAR : KELOMPOKTANI MERUPAKAN WADAH
BELAJAR MENGAJAR BAGI ANGGOTA GUNA MENINGKATKAN
1 PKS AGAR TUMBUH DAN BERKEMBANG DAN MANDIRI
SERTA PRODUKTIVITAS MENINGKAT.

WAHANA KERJASAMA : KELOMPOK MERUPAKAN TEMPAT


2 UNTUK MEMPERKUAT KERJASAMA BAIK ANTAR (PETANI,
POKTAN DAN PIHAK LAIN ) SEHINGGA USAHATANI LEBIH
EFISIEN

UNIT PRODUKSI : USAHATANI YANG DILAKSANAKAN


OLEH MASING-MASING ANGGOTA POKTAN SECARA
3 KESELURUHAN HARUS DIPANDANG SEBAGAI SATU
KESATUAN USAHA YANG DAPAT BERKEMBANG.

16
TUNTUTAN THD KEMAMPUAN PETANI
ASPEK SDM : PERUBAHAN LINGKUNGAN
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MANAJEMEN, STRATEGIS
KEWIRAUSAHAAN & ORGANISASI BISNIS
 GLOBALISASI PERDAGANGAN
ASPEK USAHA:
 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
MEMILIH JENIS USAHA SESUAI DG POTENSI
KOMODITAS UNGGULAN SETEMPAT; INFORMASI
MENINGKATKAN SKALA EKONOMI, EFISIENSI &  OTONOMI DAERAH
DAYA SAING USAHA; MENGOPTIMALKAN  MEA
MANAJEMEN RANTAI NILAI; MELAKUKAN
DIVERSIFIKASI USAHA; MENINGKATKAN NILAI
TAMBAH; MEMENUHI PERMINTAAN/PELUANG
PASAR YG LEBIH LUAS

ASPEK ORGANISASI
MENATA & MENGEMBANGKAN ORGANISASI
USAHA, MENGEMBANGKAN JEJARING
KEMITRAAN, MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
PIHAK LAIN SELAKU MITRA USAHA, TUNTUTAN THD
MENINGKATKAN AKSES TERHADAP LEMBAGA
KEUANGAN/PERBANKAN/PENYEDIA LAYANAN PENYULUHAN
AGRIBISNIS LAINNYA PERTANIAN
 SESUAI KEBUTUHAN
ASPEK SOSIAL:
PETANI DAN LEBIH
MENGHELA USAHA PETANI DI SEKITARNYA,
MENINGKATKAN LAYANAN BAGI
BERORIENTASI PASAR
PETANI/POKTAN/GAPOKTAN SELAKU MITRA (MARKET DRIVEN)
USAHA  MENCIPTAKAN LEBIH
BANYAK PELAKU USAHA
ATAU MANAJER
AGRIBISNIS
TRANSFORMASI (ENTERPRENUER)
KELEMBAGAAN PETANI KEP/BUMP
ARAH PEMBERDAYAAN PETANI

Peran petani

Pengembangan kapasitas petani berkualitas dan


andal, serta berkemampuan manajerial,
kewirausahaan, dan organisasi bisnis.

Kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi


petani yang kuat dan mandiri.

18
PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI

PEMULA
farmers
farmers
farmers
PETANI POKTAN
LANJUT

Penumbuhan MADYA

UTAMA

GAPOKTAN

Pengembangan
20
PENGUATAN KELEMBAGAAN PETANI
(UU No 19/2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani)

farmer
farmers KOPERASI
farmer
s
PETANI
s
PT
BADAN
USAHA
LAINNYA

21
Pengembangan Kelompok Tani
• Adanya pertemuan pengurus secara berkala  dan berkesinambungan;
• Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama  dan
dilaksanakan  oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama
dan setiap  akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;
• Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama.
• Memiliki  pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih;
• Memfasilitasi   kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;
• Memfasilitasi  usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
• Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi  untuk usaha
para petani umumnya dan anggota kelompoktani  khususnya;
• Adanya kemitraan dengan pihak lain;
• Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau
penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. 
Latar Belakang Pengembangan KEP
• Nilai tambah terbesar dalam kegiatan eko pert tdp pd
kegiatan yg justru tdk dilakukan secara individual.
Kegiatan perdagangan, pengangkutan, pengolahan dll
lebih ekonomis jk dilaksanakan bersama-sama shg
keuntungan lbh besar Kelembagan pert baik formal
maupun informal, memegang peranan penting dlm
peningkatan kualitas SDM, produksi dan pendapatan pet
Namun petani masih sulit (???) mengaksesnya
PENGERTIAN
1. Kelembagaan sebagai aturan main,
merup perangkat aturan yang membatasi aktivitas
anggota dan pengurus dlm mencapai tujuan organisasi.
Aktivitas eko yang dikoordinasikan bukan oleh
mekanisme pasar, tetapi melalui mekanisme
administrasi/komando
2. Kelembagaan sebagai organisasi Kesatuan yg
memungkinkan orang2 (para petani) mencapai tujuan
yg tdk dapat dicapai individu secara perseorangan
Sistem organisasi petani, terdiri dari : Unsur
kelembagaan (aturan main) Partisipan (SDM) Teknologi
Tujuan Lingkungan (alam, sosial, ekonomi)
Menurut Asal-usulnya, dibedakan :
1. Lembaga asli (lembaga adat)
Pemilikan tanah  Perilaku musyawarah adat Aturan
jual beli  Kebiasaan gotong royong Aturan sewa
tanah  Aturan bagi hasil
2. Lembaga baru (lembaga lama yang diperbaharui)
Gotong royong  sistem upah Simpan pinjam informal
 lembaga keuangan mikro formal Penyuluhan
Pertanian Penelitian dan Pengembangan Badan Usaha
Desa Jual beli -> akta jual beli ke notaris dll
Contoh Kelembagaan Pertanian :
Koperasi
BPPT
AIP
Penyuluhan Pertanian Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Gotong royong
BRI Unit Desa dll
KOPERASI Tujuan : meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani

Koperasi Unit Desa harapan ideal : memberikan


jaminan keuntungan ( segi sosial dan ekonomi)
Meningkatkan tawar petani dlm penentuan harga
produk pert Kendala yang dihadapi : Rendahnya minat
masy utk bergabung karena kegagalan dan stigma
negatif ttg koperasi di masy. Ketergantungan pet thd
tengkulak akibat transaksi yang dilakukan Kurangnya
pemahaman dan arti penting koperasi.
Lembaga BPPT ( Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)

Sbg lembaga intermediasi, lembaga pelaksana, lembaga


pengkaji tekno, pelaksana audit tekno dan lembaga
pemberi solusi teknologi Balai Inkubator Teknologi
(BIT) sbg ujung tombak perekayasaan tekno sbg
wahana inkubasi dan komersialisasi invensi & inovasi
tekno yg dihasilkan BPPT utk mewujudkan
wirausahawan baru berbasis teknologi
Kelembagaan AIP (Agribisnis Industrial Pedesaan)

Model inovasi kelembagaan yg dikembangkan melalui


PRIMA TANI (Program Rintisan dan Akselerasi
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian)
Penumbuhan elemen AIP meliputi : Lembaga Produksi
berupa Kelompok Tani maupun GAPOKTAN
(pendekatan domisili ataupun hamparan) . Aktivitas
usahatani berdasar keputusan kolektif Lembaga Sarana
Produksi Menyelaraskan pengadaan saprodi dlm jenis,
kuantitas, kualitas, waktu, tempat dan harga yg sesuai
dg kemampuan dan kebutuhan pet & pelaku bisnis
lainnya
• Lembaga Penyuluhan Memfungsikan kembali secara efektif
dlm kegiatan pendampingan petani shg dpt memanfaatkan
sumberdaya pertanian setempat secara optimal
• Lembaga Klinik Agribisnis Tujuan : meningkatkan pelayanan
informasi : tekno pert, informasi pasar dan informasi
permodalan. Merup organisasi dg anggota : para penyuluh,
peneliti BPTP, Puslit dan Balit di lingkup DEPTAN dan
petugas dinas terkait.
• Lembaga Pasca Panen / Pemasaran Hasil Pert Tujuan :
menekan kehilangan hasil mentah pert, meningkatkan nilai
tambah dan memperlancar pemasaran hasil pert  posisi
tawar petani meningkat
• Lembaga Jasa ALSINTAN Dirintis dg pelayanan jasa
penyewaan alsintan Ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
usaha dg biaya terjangkau oleh petani dan memberikan
keuntungan yg layak (bagi lembaga) Pembinaan dg
pemberian kredit murah bagi pelaku usaha jasa alsintan
• Lembaga Pengolahan Hasil Pertanian Tujuan :
meningkatkan nilai tambah produk pert dan memperluas
pasar Pembentukan industri skala kecil & RT yg dikelola scr
kelpk Perlu pembinaan teknis & manaj shg keuntungan
layak Pembagian nilai tambah yg proporsional dg petani
pemasok bahan baku & pelaku agribisnis lain di pedesaan
Lembaga Permodalan Merupakan :
1) bentukan baru atau
2) memanfaatkan lembaga yg sudah ada ttp
belum menjangkau petani Dikembangkan dgn
pola Kredit Usaha Mandiri (KUM) yg
melibatkan anggota kelompok tani
FOOD ESTATE

PANGAN HORTIKULTURA
(KALTENG) (SUMUT)

Korporasi Koorporasi
FOOD ESTATE
• Tujuan : sebagai lumbung pangan bagi masyarakat
Indonesia
• Di Kabupaten Humbang Hasundutan
mengembangkan 3 komoditi (kentang, bawang putih
dan bawang merah)
• Melibatkan berbagai pihak (dirjen teknis dan badan
penyuluhan)
• Output FE dari aspek kelembagaan yakni
menghasilkan Korporasi
Perkuat Kelembagaan Ekonomi Petani Kementan Bangun
Pertanian Modern Berbasis Korporasi di Karawang
Karawang Pemerintah melalui Kementerian Pertanian
(Kementan) berupaya keras untuk membangun kelembagaan
ekonomi yang kuat untuk petani. Melalui Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Kementan melakukan
demonstrasi farming (demfarm) Korporasi Petani di beberapa
wilayah, salah satunya adalah di di Karawang, Jawa Barat.
Kegiatan Demfarm Korporasi di Karawang dipilih karena
daerah tersebut merepresentasikan kawasan pengembangan
padi dataran rendah, dimana hampir sebagian besar usaha
tani padi di Indonesia ada pada wilayah tersebut.
• "Keberhasilan model pertanian korporasi di Karawang diharapkan menjadi tempat
pembelajaran kawasan-kawasan lainnya di Indonesia dalam membangun pertanian modern
berbasis korporasi,” kata Priatna Kepala BB Padi Priatna Sasmita saat diwawancara sehebis
membuka bimbingan teknis (bimtek) budidaya padi kepada petani/kelompok tani dari
sebanyak 120 peserta di BB Padi Sukamandi pada Rabu (12/9/2018) lalu.
• Priatna optimis pada tahun 2018 ini, BB Padi sebagai koordinator kegiatan pengembangan
Demfarm Pertanian Modern Berbasis Korporasi di Kecamatan Jayakerta, Karawang bisa
mengembangkannya dengan baik. Dalam kegiatan demfarm ini, BB Padi masih terus
melakukan pengawalan dan pendampingan kepada 500 petani.
• Tidak hanya itu, Kementan juga mengkoordinir pembangunan infrastruktur berupa
normalisasi saluran long storage untuk meningkatkan Indeks Pertanaman Padi, tetapi juga
pembangunan fasilitas pasca panen, pembangunan fasilitas alsintan padi.
• "Kita juga berkoordinasi dengan Balai Penelitian Ternak dan Balai Penelitian Sayuran untuk
mengintegrasikan budidaya padi dengan itik dan sayuran. Nah, untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan petani telah dilakukan sejumlah kegiatan seperti survey PRA, bimbingan
teknologi, studi banding, dan pendampingan lainnya,” jelasnya.
• BB Padi juga memfasilitasi penyediaan berbagai macam teknologi seperti varietas unggul
baru Inpari 32 HDB, Inpari 33 dan Inpari 43 Agritan GSR sedang dilaksanakan di Demfarm
Pertanian Modern Berbasis Korporasi seluas 400 ha; yang pada tahun 2019 akan di
kembangkan dilahan seluas 1.000 ha. Diharapkan pula dengan teknologi modern pada
segmen hilir antara lain pengelolaan pasca panen akan dihasilkan pula beras premium,
sehingga korporasi dapat menjebatani pemasaran.
• Sebagai infomasi, korporasi petani merupakan upaya untuk menyelesaikan permasalahan
pertanian di Indonesia terutama untuk usaha tani padi dimana petani rata-rata hanya
memiliki lahan yang sempit sekitar 0,25 hektar. Dari segi ekonomi, hal tersebut tentunya tidak
visible untuk diusahakan secara individual.
• Kementerian Pertanian mendorong korporasi petani sebagai model kelembagaan kerja sama
ekonomi sekelompok petani dengan orientasi agribisnis melalui konsolidasi lahan menjadi
satu hamparan, tetapi dengan tetap menjamin kepemilikan lahan masing-masing petani.
Dengan korporasi petani, pengelolaan sumber daya bisa lebih optimal karena dilakukan
secara lebih terintegrasi, konsisten, dan berkelanjutan sehingga terbentuk usaha yang lebih
efisien, efektif dan memiliki standar mutu tinggi mendorong pertumbuhan ekonomi di
pesesaan.
• "Lahan-lahan sempit yang dimiliki petani disatukan menjadi satu hamparan lahan pertanian
yang lebih luas didukung dengan penggunaan mesin-mesin pertanian modern, mulai dari
pengolahan tanah, tanam, panen, pengolahan hasil dan pemasaran," kata Priatna.
• Kelembagaan petani menjadi sangat penting sehingga perlu diperkuat untuk dapat dengan
mudah mendapatkan akses ekonomi yang lebih luas dalam hal keterjaminan pemasaran dan
permodalan dari bank-bank komersial. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam model
adalah petani sebagai pemegang saham sekaligus pekerja yang digaji, perusahaan swasta dan
BUMN dapat didorong menyediakan modal usaha, dan pemerintah sebagai penyedia
infrastruktur pendukung.

Anda mungkin juga menyukai