Anda di halaman 1dari 27

BAB I. Dasar dan Sejarahkemunculan Persoalan kalam.

BAB II. Kerangka berpikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam.


BAB III. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.

MATA KULIAH : ILMU KALAM

OLEH:
AUFI IMADUDDIN, M.H.
BAB 1. Dasar dan Sejarahkemunculan
Persoalan kalam

A. Nama dan Pengertian Imu kalam.

 Ilmu Kalam biasa disebut dengan Ilmu Ushuluddin,


Ilmu Tauhid, Al-Fiqh Al-Akbar, dan Teologi Islam.
 Dinamakan ilmu Ushuluddin karena membahas
pokok-pokok agama (Ushuluddin).
 Disebut ilmu Tauhid karena membahas keesaan Allah
SWT.
 Disebut Al-Fiqh Al-Akbar karena didalamnya dibahas
tentang hal-hal yang berkaitan dengan istilah
keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid.
 Dan juga dinamakan Teologi Islam
karena merupakan disiplin ilmu yang
berbicara tentang kebenaran wahyu,
serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan.
 Ilmu Kalam sendiri diartikan sebagai
ilmu yang membahas masalah-
maslaah ketuhanan dengan
menggunakan argumentasi logika
atau filsafat.
B. Sumber-sumber Ilmu Kalam.

1. Al-Qur’an
 Al Ikhlas ayat 3-4: ayat ini menunjukkan bahwa
tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan,
bahkan tidak ada sesuatupun didunia ini yang
tampak sekutu (sejajar) dengannya.
 Asy-Syura ayat 7: Tuhan tidak seperti apapun
didunia ini, Dia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui
 Al Furqon ayat 59: Tuhan yang Maha Penyayang
bertahta diatas “Arsy”, Ia Pencipta langit, bumi
dan semua yang ada diantaranya.
2. Hadits
 “Hadits ini diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a. Ia mengatakan bahwa rasulullah
pernah berkata, ‘Orang-orang Yahudi akan
terpecahbelah menjadi 71 golongan; orang-
orang Nasrani akan terpecah belah menjadi
72 golongan; dan umatku akan terpecah
belah menjadi 73 golongan’.”
(H.R Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
3. Pemikiran Manusia.
 Sebelum Filsafat Yunani masuk dan
berkembang di dunia Islam, Umat Islam telah
menggunakan pemikiran rasionalnya untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
ayat-ayat al-Qur’an terutama yang belum
jelas maksudnya (Mutasyabihaat).
 Penggunaan rasio ternyata ada dasar
pikjakannya dalam al Qur’an: “Maka tidaklah
mereka menghayati al Qur’an, ataukah hati
mereka sudah terkunci” (Q.S Muhammad:
47)
 Bentuk konkret penggunaan akal pemikiran Islam
sebagai sumber ilmu kalam adalah Ijtihad para
mutakallim dalam berbagai persoalan. Misal
Manzilah bainal manzilatain (mu’tazilah), Ma’shum
dan bada’ (Syi’ah) dan persoalan kasab
(Asy’ariyah).
 Sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal
dari luar islam dapat dikategorikan dalam 2 karegori:
1. Pemikiran non muslim yang telah menjadi
peradaban lalu ditransfer dan diasimilasikan
dengan pemikiran umat islam.
2. Pemikiran non muslim yang bersifat akademis
seperti filsafat (terutama dari yunani), sejarah, dan
sains.
4. Insting.
 Secara instingtif manusia selalu berusaha
ingin bertuhan, kepercayaan adanya tuhan
telah berkembang sejak adanya manusia
pertama.
 Mitos, animisme, pemujaan terhadap nenek
moyang sebagai asal-usul kepercayaan
dan ibadah tertua terhadap YME.
 William L.Resee bahkan mengatakan
bahwa theology muncul dari sebuag mitos.
C. Sejarah kemunculan Ilmu Kalam.
 Persoalan-persoalan kalam dipicu
kemunculannya oleh persoalan-persoalan politik.
 Persoalan kalam yang pertama kali muncul
adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa
yang bukan kafir, dalam arti siapa yang keluar
dari islam dan siapa yang masih tetap dalam
islam.
 Persoalan kalam telah menimbulkan 3 aliran
theologi dalam islam yaitu:
1. Khawarij; yang mengatakan bahwa orang yang
bedosa besar adalah kafir, murtad dan wajib
dibunuh.
2. Murji’ah; mengatakan orang yang berbuat dosa
besar tetap mukmin dan bukan kafir, terkait dosa
itu terserah Allah mau mengampuni atau tidak.
3. Mu’tazilah; aliran ini tidak menerima pendapat dari
kedua aliran sebelumnya.

 Dalam islam timbul dua aliran theology yang terkenal


dengan nama Qodariah dan Jabariyah. Qodariah
mengatakan manusia mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya. Sedangkan Jabariyah
sebaliknya.
 Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat
tantangan keras dari golongan tradisional islam,
terutama golongan Hanbali (pengikut madzhan Ibn
Hanbal).
 Tantangan keras ini kemudian mengambil
kemudian mengambil bentuk aliran
theology tradisional yang dipelopori oleh
Abu Hasan Al ASy’ari.
 Muncul pula di Samarkand aliran yang
didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al
Maturidi, yang dikenal dengan nama teologi
Al maturidiyah.
BAB II. Kerangka berpikir Aliran-Aliran Ilmu
Kalam.
 Perbedaan pendapat didalam masalah objek teologi
sebenarnya berkaitan erat dengan cara (metode)
berpikir aliran-aliran ilmu kalam dalam menguraikan
objek pengkajian.
 Perbedaan metode berpikir secara garis besar dapat
dikategorikan pada 2 macam, rasional dan
tradisional.
 Metode berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip
berikut:
1. Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas
dan tegas disebut dalam Al-Qur’an dan Hadits nabi,
yaitu ayat qath’i (yg tidak diinterpretasi lagi pada arti
lain selain arti harfiyah).
2. Memberikan kebebasan pada manusia dalam
berbuat dan berkehendak, serta memberikan
daya yang kuat pada akal.

 Metode berpikir tradisional memiliki prinsip-


prinsip berikut:
1. Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat
yang mengandung arti zhanni (teks yang boleh
mengndung arti lain selain dari arti harfiyah).
2. Tidak memberikan kebebasan pada manusia
dalam berkehendak dan berbuat.
3. Memberikan daya yang kecil pada akal.
 Disamping kedua kategori tersebut, dikenal
pula beberapa kategori lainnya:
1. Aliran Antroposenris.
 Aliran ini menganggap bahwa hakikat realitas
transendsen bersifat intrakosmos dan
impersonal.
 Manusia dengan dayanya mempunyai
kebebasan mutlak tanpa campur tangan
realitas transenden.
 Aliran teologi yang masuk dalam kategori ini
adalah Qadariah, Mu’tazilah dan Syi’ah.
2. Teologi Teosentris.
 Aliran ini menganggap bahwa hakikat
realitas transenden bersifat suprakosmos,
personal, dan ketuhanan.
 Tuhan adalah pencipta segala sesuatu di
kosmos ini.
 Bagi manusia Tuhan adalah sumber
eksistensi dan sumber dayanya. Dengan
ketaqwaannya manusia akan memperoleh
kesempurnaan yang layak
 Manusia yang teosentris adalah manusia
yang statis, karena sering terjebak dalam
kepasrahan mutlak pada tuhan.
 Daya yang menjadi potensi perbuatan
baik atau jahat manusia dapat datang
sewaktu-waktu dari Tuhan.
 Aliran teologi yang masuk kategori ini
adalah Jabariyah.
3. Aliran Konvergensi atau sintesis.

 Aliran ini menganggap bahwa hakekat


realitas transenden bersifat supra sekaligus
intrakosmos, personal dan impersonal, lahut
dan nasut, Makhluk dan Tuhan.
 Segala sesuatu yang ada pada manusia
selalu dalam ambigu (serbaganda), baik
secara substansial maupun formal.
 Hakekat daya manusia adalah proses
kerjasama antara daya dan transcendental
(Tuhan) dengan daya yang Temporal
(manusia).
 Kemerdekaan kehendak manusia yang
profan (tidak sacral) selalu berdampingan
dengan determinisme transcendental
Tuhan yang sakral dan menyatu dalam
daya manusia.
 Aliran teologi yang dapat masuk kategori ini
adalah Asy’ariah.
4. Aliran Nihilis.
 Aliran ini menganggap bahwa hakikat
realitas transcendental hanyalah ilusi.
 Aliran ini menolak Tuhan yang mutlak, tetapi
menerima berbagai variasi tuhan kosmos.
 Kekuatan terletak pada kecerdikan
manusia, sehingga mampu melakukan yang
terbaik dari tawaran yang terburuk.
 Idealnya manusia mempunyai kebahagiaan
yang bersifat fisik, yang merupakan titik
sentral perjuangan seluruh manusia.
BAB III. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan
Tasawuf.

A. Titik Persamaan.

 Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawufmemiliki objek kajian yang


mirip.
 Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
 Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan, disamping
masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada.
 Objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yaitu upaya-upaya
pendekatan terhadap-Nya.
 Jadi, dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu sama-sama
membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
 Ketiga ilmu itu bertujuan sekurang-kurangnya
berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran.
 Ilmu kalam dengan metodenya mencari
kebenaran tentang tuhan, dan yang berkaitan
dengan-Nya.
 Filsafat dengan wataknya menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun
manusia, atau tentang tuhan.
 Sementara ilmu tasawuf berusaha
menghampiri kebenaran berkaitan dengan
perjalanan spiritual menuju Tuhan.
B. Titik Perbedaan.
 Perbedaan diantara ketiganya terletak pada
aspek metodologinya.
 Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan
logika untuk mempertahankan keyakinan ajaran
agama, sangant tampak nilai-nilai apologinya.
 Ilmu kalam pada dasarnya menggunakan
metode dialektika (jadaliah) atau “dialog
keagamaan”.
 Ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan
kebenaran agama yang dipertahankan melalui
argument-argumen rasional.
 Sementara filsafat adalah ilmu yang digunakan
untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode
yang digunakan adalah metode rasional.
 Didalam filsafat dikenal dengan keragaman
kebenaran. Berkenaan dengan itu terdapat 2
macam kebenaran:
 Kebenaran korespondensi; persesuaian antara
pernyataan fakta dengan data fakta.
 Kebenaran koherensi; kesesuaian antara
pertimbangan baru dengan pertimbangan yang telah
diakui kebenarannya secara umum dan permanen.
 Sementara Tasawuf adalah ilmu yang lebih
menekankan rasa daripada rasio. Oleh karena itu
antara filsafawat dan tasawuf sangat distingsif.
 Metode ilmu tasawuf oleh sebagian pakar
adalah instuisi/ilham/inspirasi yang datang
dari tuhan.
 Orang memandang bahwa ketiga ilmu itu
memiliki jenjang-jenjang tertentu. Jenjang
pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat
dan ilmu tasawuf.
 Oleh karena suatu kekeliruan apabila
dialektika kefilsafatan atau tasawuf
dikenalkan terlebih dahulu pada masyarakat
awam sebelum ilmu kalam. Karena akan
terjadi rational jumping (lompatan pemikiran).
C. Titik singgung antar Ilmu kalam
dan ilmu Tasawuf
 Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu
tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual dalam pemahaman kalam, penghayatan
yang mendalam melalui hati (dzauq dan wijdan)
terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati dan teraplikasikan dalam perilaku.
 Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali
ilmu tasawuf. Maka jika timbul aliran yang
bertentangan dengan akidah, alqu’an, dan as
sunah hal itu merupakan penyimpangan.
 Selain itu ilmu tasawuf mempunyai fungsi
sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam
perdebatan-perdebatan kalam.
 Karena ilmu kalam cenderung mengandung
mutan rasional disamping muatan naqliyah,
maka jika tidak diimbangi dengan
kesadaran rohaniah, ilmu kalam akan
bergerak kearah yang lebih liberal dan
bebas.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai