DAN KOMUNIKASI MASSA Wiwin Renny R Menurut WHO, penyakit kronis ( chonic diseases) adalah penyakit yang berdurasi lama dengan progress kemajuan yang lambat, penyakit kronis termasuk dalam golongan penyakit tidak menular (noncommunicable diseases). Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1999). Jenis – Jenis
Penyakit kronis dan terminal termasuk dalam
jenis penyakit tidak menular menurut Depkes a. Penyakit Paru Obstruksi Menahun b. Penyakit kardiovaskular c. Penyakit gagal ginjal kronis d. Penyakit Kanker e. Penyakit Diabetes Mellitus RESPON BERDUKA A. Denial (Tahap Pegingkaran) Respon dimana klien syok, tidak percaya,
mengingkari kenyataan, dan kehilangan.
Reaksi Fisik yang terjadi : Letih, lemah, pucat,
mual, gangguan pernapasan, detak jantung
cepat, menangis. B. Anger (Tahap Marah)
Respon klien menolak kenyataan,yang sering
diproyeksikan sama orang lain / dirinya,dengan berperilaku kasar, agresif, menolak pengobatan, menuduh dokter dan perawat tidak kompeten. Reaksi Fisik : Muka merah, denyut nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
C. Bergaining (Tahap Menawar)
Terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan
yang terjadi dan mencoba membuat kesepakatan secara halus / terang-terangan seolah-olah kehilangan dapat dicegah. Berupaya untuk tawar menawar dengan
memohon kemurahan Tuhan.
D. Depresion (Depresi)
Respon dengan klien sering menunjukan
sikap menarik diri, kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. E. Acceptance (Tahap Menerima)
Respon klien dengan mulai menerima
kenyataan dengan mulai memandang kedepan secara bertahap objek / orang yang hilang mulai dilepaskan. Jika klien gagal masuk ke tahap ini, akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya. MENGATASI RESPON BERDUKA A. Denial Beri dukungan pada fase awal karena ini
berfungsi untuk protektif dan memberi waktu
bagi klien untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi atara lain melalui second opinion. B. Anger
Bantu klien untuk memahami bahwa marah
adalah respon normal akan kehilangan dan ketidakberdayaan, siapkan bantuan agar klien merasa aman. C. Bergaining
Asah kepekaan perawat bila fase tawar
menawar ini dilakukan secara diam-diam. Bergaining selalu dilakukan pasien karena rasa bersalah atau ketakutan terhadap bayang-bayang masa lalu. Bantu agar klien mampu untuk mengekspresikan apa yang dirasakan. Apabila perlu komunikasi ke pemuka agama untuk pendamping. D. Depresion Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya. Perawat hanya sebagai pendamping. E. Acceptance Dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna berdayakan klien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu dilakukan dengan pendamping Teknik Komunikasi Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu
memahami hal tersebut.
Komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan
konsep komunikasi terapeutik.
Saat berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Membangun hubungan saling percaya dan
caring dengan klien dan keluarga melaui
penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif ( Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan Perry 2010). Gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran
terbuka, serta amati respon verbal an
nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan
menghindari topic pembicaraan, diam, atau
mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti
kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah,
membuat komunikasi menjadi sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan
penyakitnya saat ini, perawat harus
mengizinkan dan katakan bahwa klien bisa kapan saja mengungkapkannya. Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau budaya, dan klien lain ragu – ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang lain akan meninggalkan mereka (Buckley dan Herth, 2004 dikutip dari potter dan perry 2010). Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi berduka
mereka sendirian sebelum mendiskusikannya
dengan orang lain. Ketika klien ingin membicarakan tentang
sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat
yang tepat. MENYAMPAIKAN BERITA BURUK Berita buruk adalah sebuah berita yang kurang menyenangkan untuk didengar, dan mungkin juga dapat merubah sikap seseorang yang mendapatkan berita tersebut. KASUS I
Anda adalah perawat yang bertugas di bangsal
penyakit dalam. Disana terdapat seorang ibu santi, 35 tahun mempunyai 2 orang anak berumur 4 dan 6 tahun. Suaminya bapak andi berusia 37 tahun. Ibu santi hari ini sedang menunggu hasil biopsy tentang keluhan payudara kanannya. Ternyata dari hasil biopsy didapat keterangan bahwa ibu santi positif terkena kanker dan dari rapat tim medis. Tindakan operasi adalah tindakan yang menjadi prioritas utamanya. langkah – langkah bagaimana menyampaikan berita buruk. Persiapan 1. Pahami anda sendiri sebagai perawat dan
siapkan diri anda dengan berbagai macam
informasi dan catatan perawat serta catatan medis tentang pasien. 2. Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu dengan orang yang kita tuju secara langsung. Akan tetapi kita kadang tidak mempunyai pilihan, menyampaikan berita buruk melalui telepon. Di tekankan disini, usahakan agar bertemu secara langsung dengan orang yang kita tuju ketika menyampaikan berita buruk. 3. Mencari tempat yang tenang, meminimalkan distraksi dan memberikan waktu yang cukup dalam menyampaikan berita. Akan lebih bagus jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat dan orang yang akan di ajak bicara. Duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan yang tergesa – gesa. Membuat hubungan 1. Percakapan awal Perkenalkan diri anda dan orang – orang yang
bersama – sama dengan anda. Jika disana
banyak terdapat orang yang belum di ketahui oleh perawat, cari tahu siapa dia. 2. Kaji status resipien (orang yang anda tuju kabar buruk ) Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda perlu mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi. Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat bisa menjadi mengutarakan pertanyaan seperti ” apa yang anda pahami tentang apa yang lebih terjadi ” atau dengan menanyakan “ sesuatu test itu di lakukan ” Berbagi berita 1. Bicara pelan, gunakan kalimat yang jelas dan menggunakan kalimat yang ambigu, atau mempunyai arti ganda. 2. Berikan peringatan awal. Anda bisa
mengatakan, “saya takut saya mempunyai
kabar yang kurang bagus bagi anda…. 3. Sampaikan berita yang akan disampaikan. Kalimat hendaknya singkat dan hanya beberapa kalimat singkat dan hanya beberapa kaliamat pendek saja. “hasil biopsy sepertinya tidak seperti yang kita harapkan, hal tersebut kanker “ Akibat dari berita 1. Tunggu reaksi dengan tenang. Siapkan diri anda dengan hal – hal yang tidak anda perkirakan. Resipien mungkin menerima dengan berbagai jalan yang tidak di perkirakan. Reaksi yang mungkin : menangis, menjerit, terdiam, tertawa atau segera menanyakan pertanyaan – pertanyaan beruntun. Terkadang mereka menampakan diri seolah tidak mendengar apa yang di sampaikan perawat. Apapun respon resipien, biarkan itu terjadi. Tunjukkan bahwa diri anda hadir dan sambung dengan situasi yang ada. Jangan coba untuk mengkompensasikan untuk ketidaknyamanan perawat sendiri dengan berbicara untuk mengisi situasi ketidaknyamanan anda. 2. Lihat dan dengarkan tanda – tanda, respon perawat yang di inginkan oleh resipien. Tanda tersebut bisa berupa pertanyaan atau tanda agar perawat menunjukkan respon empati. Respon hendaknya yang sederhana dan akui adanya respon shock dari resipien. Kajilah respon resipien dan perawat juga bisa menyampaikan : “saya paham, hal ini sangat sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini. 3. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya. Beberapa resipien dapat menerima informasi baru dari pada yang lainnya, validasi reaksi resipien. Kabar buruk terkadung berarti bahwa dunia baru saja terbalik. Kehilangan mendadak dari sebuah control adalah bagian awal shock. untuk anda ?” Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai control dengan menanyakan “ apakah anda menbutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara kemudian “ siapakah yang akan menemani atau datang bersama anda ?” kebutuhan untuk membangkitkan kemampuan resipien dalam menguasai control sangat di perlukan dan resipien terkadang membutuhkan bantuan walaupun hal tersebut kebutuhan yang mendasar. Anda dapat menanyakan bagaimanakah anda dapat membantu resipien : “apakah ada seseorang yang dapat kita panggil Transisi untuk follow up 1. Jadwalkan pertemuan untuk memfollow up. Buatlah rencana yang konkret untuk follow up secepat mungkin. Pertemuan tidak lanjut ini adalah waktu yang bagus untuk menambahkan beberapa informasi yang lebih detail dan menanyakan beberapa pertanyaan. 2. Jelaskan posisi anda dalam proses. Jika seandainya anda adalah perawat yang akan merawat pasien maka jelaskan bahwa anda akan berada disana dan akan merawat pasien, sedang jika anda harus merefer pasien ke bagian lain, maka jelaskan siapakah yang akan mendampingi pasien selanjutnya. 3. Seperti halnya perawat memulai, maka andapun juga akan mengakhiri. Akhiri perjumpaan anda dengan hubungan yang empati dan tunjukan bahwa anda perhatian. KOMUNIKASI MASSA MASS COMMUNICATIONS Adalah Proses menyampaikan pesan, informasi, gagasan kepada orang banyak/publik melalui media massa Karakteristik Elizabeth Noelle Neuman 1983:92 1. Tidak langsung 2. Satu arah 3. Terbuka 4. Tersebar Ciri-ciri Nurudin 2004:19 1. Komunikator Melembaga 2. Heterogen, umum, satu arah 3. Menimbulkan keserempakan 4. Menggunakan peralatan teknis 5. Informasi diseleksi oleh gatekeeper Fungsi Dominick 2001 1. Surveillance (pengawasan) 2. Interpretation (penafsiran) 3. Linkage (keterkaitan) 4. Transmision of values (penyebaran nilai) 5. Entertainment (hiburan) Efek Onong Uchyana Effendy 2006 1. Efek kognitif – pengetahuan 2. Efek afektif – emosi, perasaan 3. Efek konatif – behavioral, perilaku