M
3
TANTANGAN KEBANGSAAN
Menurut TAP MPR No.VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa
E Pengaruh Globalisasi
kehidupan yang semakin
K meluas dan persaingan
S antar bangsa yang
T semakin tajam.
E
R
N Makin Kuatnya intensitas
intervensi kekuatan
A global dalam perumusan
L kebijakan nasional.
6
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
PEMERSAT
U
BANGSA
7
PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN IDEOLOGI NEGARA
Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 87 - 94
PROSES PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
8
Rangkaian dokumen sejarah perumusan Pancasila yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945, hingga
teks final 18 Agustus 1945, dapat dimaknai sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran Pancasila
sebagai dasar negara. (Sumber: Buku Empat Pilar MPR, 2012, hal 41)
SEJARAH PEMBENTUKAN 9
BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI)
Dimasa Akhir Perang Asia Timur Raya Tahun 1945, Pada tanggal 29
April 1945, Dibentuk Suatu Badan Yang Diberi Nama BPUPKI Yang
Bertugas Untuk Menyelidiki Hal-hal Penting Yang Berhubungan
Dengan Berbagai Hal Yang Diperlukan untuk Kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
SUSUNAN
PENGURUS BPUPKI
TERDIRI DARI 69
ORANG + 7 ANGGOTA
MASA SIDANG I ISTIMEWA. KETUA MASA SIDANG I
(29 Mei – 1 Juni 1945) BPUPKI ADALAH (10 – 17 Juli 1945)
DR. K.R.T RADJIMAN
WEDIODININGRAT
MEMBICARAKAN
MEMBAHAS
PERUMUSAN DASAR
RANCANGAN UNDANG-
NEGARA INDONESIA
UNDANG DASAR
MERDEKA
SUSUNAN PENGURUS BPUPKI 10
• Ketua : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
• Wakil Ketua I : Itjibangase Yosio
• Wakil Ketuan II : Raden Panji Soeroso
Anggota Anggota Anggota Tambahan
NO NO NO
Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) Masa Sidang II (10 – 17 Juli 1945)
A.R. Baswedan 31 Mr. K.R.M.T Wongsonagoro 61 Adbdul Kaffar
Abdoel Kadir 32 Mr. Mohammad Yamin 62 B.K.P.A Soerjo Hamidjojo
A. Kahar Moezzakir 33 Mr. R. Ahmad Soebardjo 63 Pangeran Mohammad Noor
1 Abikoesno Tjokrosoejoso 34 Mr. R. Hindromartono 64 K.H. Abdul Fatah Hasan
2 Agus Muhsin Dasaad 35 Mr. R. Mas Sartono 65 Mr. Mas Besar Martokoessoemo
3 Bendoro Pangeran Hario Poeroebojo 36 Mr. R. Pandji Singgih 66 R. Asikin Natanegara
4 Bendoro Pangeran Hario Bintoro 37 Mr. R. Samsoedin
5 R. Boentaran Martoatmodjo 38 Mr. R. Sastromoeljono
6 Dr. Samsi Sastrawidagda 39 Mr. R. Soewandi
7 Dr. Soekiman Wirjosandjojo 40 Mr. Soesanto Tirtoprojo
8 Drs. K.R.M Ario Sosrodiningrat 41 Mr. Tan Eng Hoa NO Anggota Istimewa
9 Drs. Mohammad Hatta 42 Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso
10 K.H. Abdoel Wachid Hasyim 43 Ny. R. Soekaptinah S. Mangoenpoepita 1 Ide Teitiro
11 H. Agus Salim 44 Oei Tiang Tjoei 2 Itagaki Masamitu
12 Ir. R Ashar Sutedjo Moenandar 45 Oei Tjong Hauw 3 Masuda Toyohiko
13 Ir. R.M. Panjdi Soerachman Tjokroadisoerjo 46 P.F. Dahler 4 Matuura Mitikiyo
14 Ir. Soekarno 47 Parada Harahap 5 Miyano Syoozoo
15 K.H Abdoel Halim 48 Prof. Dr. Mr. R. Soepomo 6 Tanaka Minoru
16 K.H Ahmad Sanoesi 49 Prof. Dr. Pangeran Ario Housein Djajadiningrat 7 Takonomi Tokuzi
17 K.H. Mas Mansoer 50 Prof. Dr. R. Asikin Widjajakoesoema
18 K.H. Masjkoer 51 Prof. Ir. R. Rooseno
19 K.R.M.T Hario Woerjaningrat 52 R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
20 Ki Bagoes Hadikoesoemo 53 R.A.A Wiranatakoesoemah
21 Ki Hajar Dewantara 54 R. Abdoelrahim Pratalykrama
22 Lim Koen Hian 55 R.M Margono Djojohandikoesoemo
23 Mas Aris 56 R.M.T Ario Soerjo
24 Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo 57 R. Otto Iskandardinata
25 Mr. A.A Maramis 58 R. Roeslan Wongsokoesoemo
26 Mpt.Dr.R. Koesomaatmadja 59 R. Soedirman
27 Mr. K Latuharhary 60 R. Soekardjo Wirjopranoto
28
29
30
Sumber: Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal 61-62
11
PIDATO SOEKARNO 1 JUNI 1945
PANCASILA TRISILA EKASILA
Kebangsaan
Sosio
Nasionalisme
Internasionalisme
atau
Perikemanusiaan
Sosio GOTONG
Mufakat atau Demokrasi ROYONG
Demokrasi
Kesejahteraan
Sosial
Ketuhanan
Ketuhanan
(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram 2011, hal 32-33)
12
PANITIA DELAPAN
M. S
Drs. Moh. Hatta Kartohadikoesoemoe
(Kebangsaan) (Kebangsaan)
Ki Bagoes
Mr. Moh Yamin Hadikoesoemoe
(Kebangsaan) (Islam)
(Sumber: Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegaram, 2012, hal 35)
PANITIA SEMBILAN 13
K.H Wachid
Drs. Moh. Hatta Hasjim (Islam)
(Kebangsaan)
H. Agus Salim
(Islam)
Mr. Moh Yamin
(Kebangsaan) K.H. Kahar
Moezakkir
(Islam)
Sumber: Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal 95-97
16
17
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan,karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
1. Hakikat Tujuan Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Negara; Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
2. Cara Mencapai darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
Tujuan Negara mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
Melalui Hukum yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Dasar dan maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Kedaulatan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
Rakyat;
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
3. Prinsip Dasar
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Penyelenggaraan
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
Negara.
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
19
INTISARI NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA
UNDANG-UNDANG DASAR
mengatur 4 hal penting :
1. Prinsip kedaulatan
rakyat dan negara
hukum.
2. Pembatasan kekuasaan
organ-organ negara.
3. Mengatur hubungan
antar lembaga-lembaga
negara.
4. Mengatur hubungan
kekuasaan antar
lembaga-lembaga negara
dengan warga negara.
Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan
adalah negara m menurut Undang-
huku Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
PENATAAN KEKUASAAN/LEMBAGA NEGARA 30
PUSAT
UUD NRI TAHUN 1945
Perwakilan
BPK Provinsi
Pemerintahan Daerah
Provinsi
Lingkungan DAERAH
Peradilan Umum
Gubernur DPRD
Lingkungan
` Peradilan Agama
Pemerintahan Daerah Lingkungan
Kabupaten/Kota
Peradilan Militer
Bupati/
DPRD Lingkungan
Walikota
Peradilan TUN
MPR
ditambah dan
UTUSAN ANGGOTA
DAERAH dan DPD
GOLONGAN Dipilih melalui
pemilu
LEMBAGA YANG
BERWENANG PROSES PERUBAHAN OBJEK PERUBAHAN
RAPBN
memberi
Presiden DPR pertimbangan
[Pasal 23 (2)***]
DPD
TIDAK
tahun lalu
[Pasal 23
(3)***]
36
PERATURAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGGANTI UNDANG-UNDANG
(PERPU)
setuju menjadi UU
Presiden
Perpu itu
Dalam hal ihwal harus
kegentingan yang mendapat
memaksa,
berhak
persetujuan
DPR
DPR
menetapkan [Pasal 22 (2)]
Perpu
[Pasal 22 (1)] harus dicabut
tidak
setuju [Pasal 22 (3)]
37
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA
DPD
jabatannya, yang syarat-
Anggota DPD dari setiap syarat dan tata caranya
provinsi jumlahnya sama dan diatur dalam
jumlah seluruh anggota DPD itu
undang-undang
tidak lebih 1/3 jumlah
[Pasal 22D (4)***]
anggota DPR
[Pasal 22C (2)***]
38
KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH
KEWENANGAN DPD
dapat
I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi
melakukan
mengajukan membahas pertimbangan
dengan: pengawasan
1. Otonomi daerah ● ● ●
2. Hubungan pusat dan ● ● ●
daerah
3. Pembentukan dan pemekaran ● ● ●
serta penggabungan daerah
4. Pengelolaan sumber daya ● ● ●
alam dan sumber daya
ekonomi lainnya
5. Perimbangan keuangan pusat ● ●
dan daerah
● ●
6. RAPBN
● ●
7. Pajak
● ●
8. Pendidikan
● ●
II. 9. Agama anggota BPK
Pemilihan ●
SYARAT, MASA JABATAN, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN HAK PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 39
BAB III
DPR Presiden MA
Presiden
dibantu
menteri-menteri negara Pembentukan,
membentuk suatu [Pasal 17 (1)] pengubahan, dan
dewan pertimbangan
yang diangkat dan pembubaran
yang bertugas
diberhentikan oleh Presiden kementerian negara
memberikan nasihat [Pasal 17 (2)*] diatur dalam undang-
dan pertimbangan
membidangi urusan tertentu undang
kepada Presiden
dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***]
(Pasal 16) ****
[Pasal 17 (3)*]
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 42
Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih
MPR
mengajukan selambat-lambatnya Wapres
dua calon dalam waktu 60
Presiden Wapres hari
menyelenggarakan terpilih
sidang MPR untuk
[Pasal 8 (2)***] memilih Wapres
MEKANISME PENGUSULAN PEMBERHENTIAN 44
PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN
DPR
Presiden
MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR bahwa Presiden DPR menjabat
wajib menyelenggarakan
dan/atau Wakil Presiden telah menyelenggarakan
sidang untuk memutuskan
melakukan pelanggaran hukum sidang paripurna
usul DPR paling lambat
ataupun telah tidak lagi untuk meneruskan usul DPR
30 hari sejak usul
memenuhi syarat usul pemberhentian tidak diterima
diterima [Pasal 7B
[Pasal 7B (2)***] kepada MPR
(6)***]
[Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam
Pengajuan permintaan DPR
sidang paripurna, dihadiri
kepada MK hanya dapat
sekurang-kurangnya 3/4
dilakukan dengan dukungan
jumlah anggota, disetujui usul DPR
sekurang-kurangnya 2/3 dari
sekurang-kurangnya 2/3
jumlah anggota yang hadir
jumlah yang hadir, setelah diterima
dalam sidang paripurna yang
Presiden dan/atau wakil Presiden
dihadiri oleh sekurang-
presiden diberi kesempatan
kurangnya 2/3 dari jumlah dan/atau Wakil
menyampaikan penjelasan
anggota Presiden
[Pasal 7B (7)***]
[Pasal 7B (3)***] diberhentikan
MK terbukti
Gubernur,
Bupati, PEMERINTAHAN DAERAH anggota
DPRD dipilih
Walikota KEPALA PEMERINTAH
DPRD melalui
dipilih secara DAERAH
pemilu
demokratis mengatur dan mengurus sendiri urusan [Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**] pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh
UU ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
PEMERINTAHAN DAERAH 46
(Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah)
Anggota Komisi
Yudisial harus
mempunyai Anggota Komisi
pengetahuan dan Yudisial diangkat dan
pengalaman di bidang
hukum serta memiliki KY diberhentikan oleh
Presiden dengan
integritas dan Pasal 24B *** persetujuan DPR
kepribadian yang [Pasal 24B (3)***]
tidak tercela
[Pasal 24B (2)***]
Wewenang
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].
KEKUASAAN KEHAKIMAN (MAHKAMAH 50
KONSTITUSI) BAB IX
Hakim konstitusi
mempunyai
harus memiliki integritas
sembilan orang anggota
dan kepribadian
hakim konstitusi yang
yang tidak tercela,
ditetapkan oleh Presiden,
adil,
negarawan yang
menguasai konstitusi dan
MK yang diajukan masing-
masing tiga orang oleh MA,
tiga orang oleh DPR dan tiga
ketatanegaraan, serta tidak
orang oleh Presiden
merangkap sebagai pejabat
[Pasal 24C (3)***]
negara
[Pasal 24C (5)***]
diatur dengan
Undang-Undang
diatur dengan ditetapkan dengan
Hal-hal lain
Macam dan harga
mengenai
mata uang
keuangan negara
(Pasal 23B****)
(Pasal 23C***)
BANK SENTRAL
BAB VIII
bank
sentral
Pasal 23D ****
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)]
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara [Pasal 27 (3)**]
AGAMA
BAB XI
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini ****)
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum
dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)
ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi
dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ****)
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal ****)
BAHAN TAYANG
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Dari risalah sidang BPUPKI tercatat ada 17 (tujuh belas) orang yang
mengusulkan Negara Kesatuan (uni) dan ada 4 (empat) orang yang
mengusulkan Negara Federal
BATAS WILAYAH
BATAS ZEE
• 17.508 Pulau
• 3 Zona Waktu
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang
(Pasal 25A) **
64
WILAYAH NEGARA DAN DEKLARASI JUANDA
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
(Pasal 25A**)
Istilah Bhinneka Tunggal Ika ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma yang
terjemahan isinya berbunyi :
“bahwa agama budha dan siwa (hindu) merupakan zat yang berbeda tapi nilai-nilai
kebenaran jina (budha) dan siwa (hindu) adalah tunggal. Terpecah belah tetapi satu jua
artinya tidak ada dharma yang mendua”
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas pada sidang-sidang
BPUPKI antara Muhammad Yamin, Ir. Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa sekitar dua setengah
bulan sebelum proklamasi
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diusulkan oleh Muhammad Yamin kepada Ir. Soekarno
agar dijadikan semboyan negara.
Pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua. Bhinneka
Tunggal Ika oleh pendiri bangsa diberikan penafsiran baru karena dinilai relevan
dengan keperluan strategis Bangsa Indonesia, yang memiliki makna, walaupun di
Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, budaya, adat, bahasa, dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan sebangsa dan setanah air.
BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI 67
SEMBOYAN NEGARA
SEMBOYAN
KEANEKARAGAMAN SUMPAH PEMUDA BHINNEKA TUNGGAL
IKA
1. Bangsa yang majemuk 1. Kami putra dan putri 1. Ikrar untuk bersatu padu
memiliki jumlah penduduk mendirikan Negara
Indonesia mengaku
yang cukup besar
bertumpah darah yang Kesatuan Republik
2. Memiliki bahasa daerah yang satu, tanah air Indonesia
berbeda beda
Indonesia
3. Mempunyai suku bangsa yang
beragam 2. Kami putra dan putri 2. Cita-cita membangun
4. Mempunyai agama yang Indonesia mengaku sebuah bangsa
berbeda berbangsa yang satu, Indonesia yang bersatu
5. Warna kulit bermacam bangsa Indonesia
macam 3. Semboyan yang
3. Kami putra dan putri mengungkapkan rasa
6. Adat istiadat dan
persatuan dan kesatuan
Indonesia menjunjung
7. Banyak lagi perbedaaan yang berasal dari
lainnya
bahasa persatuan,
keanekaragaman
bahasa Indonesia
Semboyan adalah Perkataan atau kalimat pendek yg dipakai sebagai dasar tuntunan
(pegangan hidup); inti sari suatu usaha dan sebagainya; slogan; moto.
KEKAYAAN DAN KEBERAGAMAN BANGSA 68
JUMLAH
PENDUDUK
237 JUTA
JIWA (BPS
2010) DAN
SEKARANG +
FLORA DAN 240 JUTA
JIWA 700
FAUNA
BAHASA
BERANEKA
RAGAM
DAERAH
BERAGAM 1128
ADAT SUKU
ISTIADAT BANGSA
BERAGAM
6 AGAMA
BUDAYA
69
BHINNEKA TUNGGAL IKA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
[Pasal 6A (3)***]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang.
[ Pasal 18 (1)**]
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
[Pasal 18B (1)**]
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
[Pasal 18B (2)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah
yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
(Pasal 25A**)
Yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
[Pasal 26 (1)**]
Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
[Pasal 29 (2)]
Negara memajukan kebudayaan nasional lndonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
[Pasal 32 (1)****]
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
[Pasal 32 (2)****]
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
(Pasal 36A**)
BAHAN TAYANG
KETETAPAN MPR RI
TENTANG
PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS
HUKUM KETETAPAN MPRS DAN MPR RI
TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan
Tata Tertib MPR RI
5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
72
SUBSTANSI
TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)
PASAL 3
TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
undang-undang (11 Ketetapan)
PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan (104 Ketetapan)
73
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN
DINYATAKAN TIDAK BERLAKU
Kedelapan TAP tersebut telah berakhir masa berlakunya dan/atau telah diatur
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
74
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN
KETENTUAN
PASAL 3
TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN
TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
UNDANG-UNDANG
Substansi:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
dalam melanjutkan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.
Hasil Kajian:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan SUDAH DISAHKAN (UU No. 20 Tahun 2009) maka ketetapan ini tidak berlaku lagi
81
Pasal 4
Substansi:
Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
tegas terhadap siapapun juga.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum dilaksanakan dan/atau
dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
82
Pasal 4
Substansi:
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke dalam
undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
83
Pasal 4
TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UU No. 10 Tahun 2004 UU No. 12 Tahun 2011
Substansi :
1. Tata urutan peraturan perundang-undangan;
2. Lembaga Negara yang berwenang menguji UUD 1945 UUD
NRI
UUD NRI
Tahun 1945
undang-undang terhadap Undang-Undang Tahun
Dasar; TAP MPR 1945 TAP MPR
PP PERPRES
PERPRES
Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: KEPRES PERDA PROVINSI
Hasil Kajian:
Dengan telah terbentuknya 3 (tiga) undang-undang yang mengatur 3 (tiga) substansi utama dalam TAP MPR RI No. III/MPR/2000, yaitu:
1. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalamnya diatur tentang Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan;
2. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang mengatur bahwa kewenangan menguji UU terhadap UUD dilakukan oleh MK; dan
3. UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA yang menegaskan bahwa kewenangan
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang dilakukan oleh MA;
maka Ketetapan ini tidak berlaku lagi.
84
Pasal 4
Substansi:
Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat
untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
masalah bangsa mencapai tujuan nasional.
Hasil Kajian:
Berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan
untuk mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Nasional serta menjamin keutuhan NKRI
maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
85
Pasal 4
Substansi:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, menentukan peran dan fungsi
masing-masing, serta terwujudnya kerjasama dan saling membantu.
Hasil Kajian:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No. 3/2002 tentang
Pertahanan Negara, dan UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan
saling membantu antara TNI dan POLRI masih perlu diatur dengan undang-
undang maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
86
Pasal 4
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.
Hasil Kajian:
Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
87
Pasal 4
Hasil Kajian:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan maupun
penyusunan peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan Etika Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
88
Pasal 4
Hasil Kajian:
Dengan dijadikan TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
sebagai salah satu landasan operasional dari Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, bahkan menjadi sumber inspirasi, motivasi,
kreativitas, serta arah kebijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara maka
ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
89
Pasal 4
Substansi:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.
Hasil Kajian:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum dilaksanakan
dan/atau dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
90
Pasal 4
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Substansi:
• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hasil Kajian:
Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu Ketetapan ini tetap berlaku
(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
91
Pasal 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
HASIL PEMILU 2004
PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK
PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH LANJUT,
BAIK KARENA BERSIFAT FINAL (EINMALIG),
TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI
DILAKSANAKAN