Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

PASIEN PRIA 4 TAHUN DENGAN URTIKARIA


BAB I
Pendahuluan

◦ Urtikaria adalah kelainan kulit yang ditandai dengan peninggian kulit yang timbul mendadak dan/atau disertai
angioedema, ukurannya bervariasi, biasanya dikelilingi eritema, terasa gatal atau sensasi terbakar, umumnya
menghilang dalam 1-24 jam.

◦ Prevalensi urtikaria di dunia berkisar antara 0,3-11,3%. Hospitalisasi akibat urtikaria 3 kali lebih tinggi pada
anak usia 0-4 tahun.

◦ Di Indonesia, prevalensi urtikaria belum diketahui pasti. Penelitian di Palembang tahun 2007 pada 3000 remaja
usia 14-19 tahun, mendapatkan prevalensi urtikaria sebesar 42,78%. Dan sebanyak 0,1% akan berkembang
menjadi urtikaria kronis spontan.
◦ Diagnosis urtikaria dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis. Pengobatan lini pertama Urtikaria mencakup
penggunaan H-l anti-histamin. Penatalaksanaan dan manajemen berfokus pada pencegahan, menghindari
pemicu, dan mengobati gatal dan peradangan yang menyertai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

◦ Urtikaria adalah suatu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya urtika berbatas tegas, dikelilingi oleh
daerah berwarna kemerahan, dan terasa gatal. Urtikaria dapat terjadi dengan atau tanpa angioedema.

Epidemiologi

◦ Prevalensi urtikaria di dunia berkisar antara 0,3-11,3%. Hospitalisasi akibat urtikaria 3 kali lebih tinggi pada
anak usia 0-4 tahun. Peningkatan hospitalisasi akibat urtikaria paling sering dijumpai pada usia 5-34 tahun.
◦ Prevalensi urtikaria kronis lebih kecil dibandingkan urtikaria akut, yaitu 1,8% pada dewasa dan berkisar
antara 0,1-0,3% pada anak. Prevalensi urtikaria kronis pada dewasa berdasarkan durasinya adalah: 6-12
minggu (52,8%), 3-6 bulan (18,5%), 7-12 bulan (9,4%), 1-5 tahun (8,7%), >5 tahun (11,3%).
Etiologi
◦ Pengobatan ◦ Faktor psikogenik
◦ Makanan ◦ Penyakit sistemik
◦ Alergen pernapasan ◦ Faktor Fisik
◦ Infeksi ◦ Herediter
◦ Urtikaria kontak ◦ Idiopatik
◦ Gigitan serangga
Klasifikasi
Patogenesis

◦ Mekanisme utama adalah pelepasan berbagai mediator dari sel mast (Reaksi hipersensitivitas tipe 1).

◦ Antigen yang masuk ke dalam tubuh mengikat antibodi spesifik pada sel mast dan basofil, menyebabkan pelepasan

banyak mediator, terutama histamin. Hasilnya, terjadi edema akibat eritema dan peningkatan permeabilitas sekunder

akibat vasodilatasi. Sel mast tidak dapat distimulasi ulang sampai terjadi regresi setelah degranulasi, yang menjelaskan

mengapa lempeng urtikaria tidak muncul kembali selama beberapa hari pada daerah tersebut.

◦ Pada urtikaria kronis, antigen yang masuk ke dalam tubuh berikatan dengan reseptor Fc afinitas tinggi IgE (FcεRIα) yang

terletak di sel mast dan basofil yang bersirkulasi di kulit dan terjadi degranulasi dari sel-sel ini. Ketika antigen yang sama

ditemui untuk kedua kalinya, antibodi IgE yang sudah ada pada sel mast dan basofil ini segera mengikat antigen dan

membangun reaksi alergi lebih cepat.


Diagnosis
Pemeriksaan klinis
Anamnesis meliputi: ◦ Gejala subjektif yang dirasakan pada lesi, misal gatal
◦ Waktu mulai munculnya urtikaria (onset) dan nyeri
◦ Frekuensi dan durasi wheals ◦ Riwayat keluarga terkait urtikaria dan atopi
◦ Variasi diurnal ◦ Alergi di masa lampau atau saat ini, infeksi, penyakit
internal, atau penyebab lain yang mungkin
◦ Bentuk, ukuran, dan distribusi wheals
◦ Induksi oleh bahan fisik atau latihan fisik (exercise)
◦ Apakah disertai angioedema
◦ Penggunaan obat (NSAID, injeksi, imunisasi, hormon, ◦ Implantasi bedah
obat pencahar (laxatives), suppositoria, tetes mata atau ◦ Reaksi terhadap sengatan serangga
telinga)
◦ Hubungan dengan siklus menstruasi
◦ Makanan
◦ Respon terhadap terapi
◦ Kebiasaan merokok
◦ Stres
◦ Jenis pekerjaan
◦ Kualitas hidup terkait urtikaria
◦ Hobi
◦ Kejadian berkaitan dengan akhir pekan, liburan, dan
perjalanan ke daerah lain
Pemeriksaan fisik

◦ Urtikaria ditandai secara khas oleh timbulnya urtika dan atau angioedema secara cepat. Urtika terdiri atas
tiga gambaran klinis khas, yaitu:
◦ edema di bagian sentral dengan ukuran bervariasi, hampir selalu dikelilingi oleh eritema.

◦ disertai oleh gatal atau kadang sensasi seperti terbakar.

◦ berakhir cepat, kulit kembali ke kondisi normal biasanya dalam waktu 1-24 jam.

◦ Tes dermografisme (terapi antihistamin harus dihentikan setidaknya 2-3 hari dan terapi immunosupresi
untuk 1 minggu).
Pemeriksaan penunjang
◦ Gambaran histopatologi Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan udem pada dermis atas dan tengah, disertai
dilatasi venula postkapiler dan pembuluh limfatik dermis atas.
Program diagnostik lanjutan (bergantung pada
Grup Sub grup Tes diagnostik rutin
penyebab yang dicurigai)
Urtikaria Tidak ada (kecuali sangat dicurigai pada riwayat pasien, Tidak ada (kecuali sangat dicurigai pada riwayat
Urtikaria akut
spontan misal alergi) pasien, misal alergi)
DL, erythrocyte sedimentation
Tes untuk (i) penyakit infeksi (missal Helicobacter
rate (ESR) /Creactive protein
pylori), (ii) alergi tipe I, (iii) autoantibodi, (iv) hormon
Urtikaria (CRP), menyingkirkan obat yang
  tiroid,
kronik dicurigai, Histamine Release Assay (HRA), The
(iv) tes fisik, (v) diet bebaspseudoalergen untuk 3
autologous
minggu dan triptase, biopsi
serum skin test ASST)
Urtikaria kontak dingin
Urtikaria Tes provokasi (dan threshold DL dan ESR/CRP, cryoproteins menyingkirkan
(cold contact
fisik test) dingin (balok es, air dingin, angina dingin) penyakit lain, terutama infeksi
urticaria)
Delayed
  pressure Tes tekan (0,2- 1,5 kg/cm2 selama 10 dan 20 menit) Tidak ada
urticaria
Urtikaria kontak panas
  (hot contact Tes provokasi panas dan threshold test (air hangat) Tidak ada
urticaria)
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Tatalaksana urtikaria, baik akut maupun kronis terdiri dari 2 hal utama, yaitu identifikasi dan eliminasi faktor
penyebab atau pencetus dan terapi simptomatis.
1. Prinsip.
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi saluran napas. Dapat dilakukan di
unit gawat darurat bersama-sama dengan/atau dikonsulkan ke Spesialis THT.
2. Topikal (Bedak kocok dibubuhi antipruritus mentol dan kamfer)
3. Sistemik.
Urtikaria akut
◦ Antihistamin (AH-1) generasi dua (non-sedatif).
◦ Bila dengan AH nonsedatif tidak berhasil maka diberikan AH-1 generasi satu (sedatif).
Urtikaria kronik
◦ Terapi lini pertama:
Antihistamin H1 generasi kedua (non-sedatif).
◦ Terapi lini kedua:
Jika gejala menetap setelah 2 minggu, antihistamin H1 generasi kedua
(non sedatif) dapat dinaikkan dosisnya 2-4 kali.
◦ Terapi lini ketiga:
Bila gejala masih menetap sampai 1-4 minggu, ditambahkan:
◦ Antagonis leukotrien (montelukast), atau siklosporin atau omalizumab.
◦ Jika terjadi eksaserbasi gejala dapat diberikan kortikosteroid sistemik dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari, tidak
boleh lebih dari 10 hari.
Pengobatan urtikaria pada anak-anak:

◦ Antihistamin H1 generasi baru direkomendasikan sebagai pilihan pertama dalam pengobatan urtikaria karena
profil keamanan jangka panjang yang lebih baik. Antihistamin H1 generasi pertama sebaiknya tidak digunakan
karena memiliki efek sedatif yang kuat dan penurunan kemampuan psikomotorik anak.

◦ Dosis antihistaminik dapat ditingkatkan hingga 2 kali dengan memperhitungkan berat badan anak-anak dalam
kasus yang refrakter terhadap dosis standar.
◦ Tidak ada data yang memadai tentang penggunaan LTRA, siklosporin, dan omalizumab dalam pengobatan
urtikaria pada anak-anak. Bukti efektivitas dan keamanan omalizumab meningkat pada anak di atas 7 tahun.

◦ Siklosporin telah digunakan pada anak-anak yang tidak responsif terhadap terapi antihistamin seperti pada
orang dewasa dan telah terbukti sangat efektif.

◦ Kortikosteroid sistemik dapat digunakan maksimal 10 hari pada pasien anak yang mengalami serangan
angioedema atau urtikaria berat yang meluas.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
◦ Nama : An.
◦ TTL : 04-02-2016
◦ No RM : 47 83 43
◦ Usia : 4 tahun
◦ Status Pernikahan : Belum Menikah
◦ Jenis Kelamin : Laki-laki
◦ Agama : Islam
◦ Pekerjaan : -
◦ Alamat :
◦ Tanggal Pemeriksaan : 14 Januari 2021
◦ Anamnesis : Autoanamnesis

◦ Keluhan Utama : Timbul bentol-bentol kemerahan kurang lebih 2 bulan.

◦ Riwayat Penyakit Sekarang

Pada anamnesa di dapatkan keluhan pasien yaitu timbul bentol-bentol kemerahan di


badan dan kaki pasien sejak 2 bulan. Bentol-bentol timbul mendadak dan hilang timbul
selama 2 bulan ini. Gatal (-), rasa terbakar pada kulit disangkal, demam (-), riwayat
digigit serangga juga disangkal oleh pasien. Bengkak pada bibir (+).
◦ Riwayat Penyakit Dahulu

◦ Riwayat keluhan serupa diakui sejak keluhan hilang timbul sudah 2 bulan

◦ Riwayat Keluarga

◦ Ibu pasien memiliki riwayat alergi udara.

◦ Riwayat Pengobatan dan Alergi

◦ Pasien sudah mengkonsumsi obat (ctm) tetapi keluhan hanya berkurang sementara

◦ Pasien tidak memiliki riwayat alergi


PEMERIKSAAN FISIK
1.Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2.Kesadaran : composmentis, GCS : E4V5M6 : 15
3.Tanda Vital
Nadi : 81 x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,5ºC
Saturasi O2 : 98%
Status Generalis
Kepala
1. Muka : Simetris, edema (-).
2. Mata: Exoftalmus (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+).
3. Hidung : Tidak dilakukan
4. Telinga : Deformitas (-), Sekret (-), darah (-), nyeri tekan tragus (-),
Pembesaran KGB local (-), Pembesaran N. Aurical magnus (-)
5. Mulut : Mukosa bibir lembab, Sianosis (-), oral candidiasis (-),
stomatitis (-), caries(-), edema (+).
Leher
Perubahan warna kulit (-), tidak tampak benjolan dan tidak teraba benjolan/pembesaran KGB
lokal
Thoraks

Paru - Paru
◦ Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi (-/-)
◦ Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra
◦ Perkusi : Tidak dilakukan
◦ Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung
◦ Inspeksi : Tidak tampak pulsasi
◦ Palpasi : Thrill (-)
◦ Perkusi : Tidak dilakukan
◦ Auskultasi : BJ I-II Reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
◦ Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), umbilikus tampak
dan tidak ada inflamasi, kaput medusa (-), sikatrik bekas operasi (-).
◦ Auskultasi
Peristaltik (+) normal.
◦ Perkusi
Timpani (+), ascites (-), shifting dullnes (-)
◦ Palpasi
Supel, lien dan hepar tidak teraba membesar, ginjal tidak teraba, nyeri
ketok costovertebrae (-), defans muskular (-)
Pemeriksaan Dermatologis

◦ Distribusi Lesi : Regional


◦ Bentuk : Tidak teratur (ireguler)
◦ Lokasi Lesi : Regio ekstremitas inferior,
region thoracoabdominal, region ◦ Batas : Sirkumskripta
facialis. ◦ Ukuran : Lentikuler, Numular
Karakteristik Lesi: Efloresensi:
◦ Jumlah : Multiple ◦ Primer : Urtika, Eritem, Udema
◦ Penyebaran : Diskret ◦ Sekunder : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSA BANDING

◦ Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan ◦ Pitiriasis rosea


◦ Urtikaria pigmentosa
DIAGNOSA KERJA

◦ Urtikaria Kronik
TATALAKSANA
 Tatalaksana Umum
◦ Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai perjalanan penyakit urtikaria yang tidak mengancam
nyawa, dan fakta jika penyebab urtikaria terkadang tidak dapat ditemukan.
◦ Menghindari faktor-faktor yang memperberat seperti terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
◦ Hindari mengaruk untuk mencegah luka dan infeksi.
◦ Menggunakan sabun yang tidak mengandung antiseptik dan tidak iritatif.
◦ Tidak menggunakan pewangi pakaian saat mencuci pakaian.

Tatalaksana Khusus (Farmakologi)


◦ Cetirizine 1x1 tab
◦ Methylprednisolone 1x4 mg
BAB IV
PEMBAHASAN

Bagaimana Diagnosa pada kasus?

◦ Diagnosis urtikaria meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, tes diagnostik rutin, tes diagnostik lanjutan
dilakukan jika perlu. Tujuan diagnosis adalah menentukan tipe dan subtipe urtikaria serta mengidentifikasi
etiologi.

◦ Urtikaria dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan faktor yang menginduksi (induced vs spontaneus).
Berdasarkan durasi, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria akut dan kronis. Urtikaria akut terjadi <6 minggu,
apabila >6 mimggu disebut sebagai urtikaria kronis. Klasifikasi berdasarkan durasi penting untuk
mengetahui patogenesis dan menentukan terapi.
◦ Pada anamnesa di dapatkan keluhan pasien yaitu timbul bentol-bentol kemerahan di badan dan kaki pasien
sejak 2 bulan. Bentol-bentol timbul mendadak dan hilang timbul selama 2 bulan ini. Gatal (-), rasa terbakar
pada kulit disangkal, demam (-), riwayat digigit serangga juga disangkal oleh pasien. Bengkak pada bibir (+).
Pasien sudah mengkonsumsi obat (ctm) tetapi keluhan hanya berkurang sementara. Riwayat keluarga (Ibu
pasien alergi udara), riwayat alergi (-).

Pemeriksaan Dermatologis

◦ Lokasi Lesi : Regio ekstremitas inferior, region thoracoabdominal , region facialis.

◦ Karakteristik Lesi : Multipel, penyebaran diskret, bentuk tidak teratur (ireguler), batas tegas,
dengan ukuran sebagian lentikular sebagian nummular.

◦ Efloresensi : Urtika, Eritem, Udema.


◦ Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan bentol-bentol kemerahan yang hilang
timbul sudah 2 bulan (8 minggu), tidak gatal, serta terdapat bengkak pada wajah. Efloresensi yaitu
urtika, eritem, dan udema. Maka dari itu dapat di klasifikasikan menjadi urtikaria spontan kronis.
◦ Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang diagnostik. Pemeriksaan yang dianjurkan
sesuai dengan klasifikasi yang di dapatkan yaitu urtika spontan kronik.
Bagaimana Penatalaksanaan pada kasus?
◦ Tatalaksana urtikaria, baik akut maupun kronis terdiri dari 2 hal utama, yaitu identifikasi dan eliminasi faktor
penyebab atau pencetus dan terapi simptomatis.
◦ Antihistamin-H1 non-sedatif/ generasi kedua memiliki efikasi sangat baik, keamanan tinggi, dan dapat
ditoleransi dengan baik, sehingga saat ini digunakan sebagai terapi lini pertama.

◦ Apabila keluhan menetap dengan pemberian antihistamin-H1 non-sedatif selama 2 minggu, dosis
antihistamin-H1 nonsedatif dapat ditingkatkan sampai 4 kali lipat dosis awal yang diberikan.

◦ Antihistamin generasi pertama sudah jarang digunakan, hanya direkomendasikan sebagai terapi tambahan
urtikaria kronis yang tidak terkontrol dengan antihistamin generasi kedua. Antihistamin generasi pertama
sebaiknya diberikan dosis tunggal malam hari karena mempunyai efek sedatif.
◦ Pada pasien diberikan terapi farmakologi cetirizine 1x1 tablet dan methylprednisolone 1x4 mg. Hal
ini sesuai pada guideline pada table dimana terapi pada urtikaria kronis spontan dapat diberikan
kombinasi prednisone dan antihistamin-H1.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai