Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ANAK LAKI-LAKI 15 TAHUN DENGAN PITIRIASIS VERSIKOLOR

1
PENDAHULUAN
2

 Kelainan kulit akibat jamur (dermatomikosis): mikosis superfisial

dan mikosis subkutan


 Mikosis superfisial / non-dermatofitosis: pitiriasis versikolor,
folikulitis Malassezia, piedra, dan tinea nigra palmaris
 Pitiriasis versikolor (PV) merupakan penyakit universal, terutama

ditemukan di daerah tropis  Indonesia, terbanyak ditemukan di


antara berbagai penyakit kulit akibat jamur
 Tujuan terapi pada PV  mengembalikan Malassezia sesuai jumlah

komensalnya, bukan untuk eradikasi


TUJUAN PENULISAN
3

• Membahas mengenai:

• Definisi PV
• Kriteria diagnosis PV berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang
• Diagnosis banding PV dengan penyakit kulit yang mempunyai gejala
dan tanda yang serupa
• Penatalaksanaan PV
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4

 DEFINISI

o PV adalah infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi


genus Malassezia
o Ditandai oleh area depigmentasi atau diskolorasi berskuama
halus, tersebar diskret atau konfluen, dan terutama terdapat pada
badan bagian atas
o Sering disebut panu/panau, tinea versikolor
o Jarang disebut dermatomycoses furfuracea, tinea flava, liver
spots, chromophytosis
EPIDEMIOLOGI
5

 PV terutama ditemukan di daerah tropis (60%)

 Dermatomikosis terbanyak kedua di antara dermatofitosis lain di

Indonesia
 Tidak terdapat perbedaan berdasarkan jenis kelamin

 Terdapat perbedaan kerentanan berdasarkan usia, yakni lebih

banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda, jarang pada


anak dan orang tua
ETIOLOGI
6

 PV disebabkan oleh Malassezia spp., ragi bersifat lipofilik yang

merupakan flora normal pada kulit


 Jamur ini juga bersifat dimorfik, bentuk ragi dapat berubah

menjadi hifa
 Dahulu ragi ini digolongkan sebagai genus Pityrosporum (P.

ovale dan P. orbiculare)


 Spesies lipofilik pada kulit manusia: M. furfur, M. sympodialis,

M. globosa, M. restrica, M. slooffiae, M. obtuse


PATOGENESIS
7

 Malassezia spp. yang semula berbentuk ragi saprofit akan berubah

menjadi bentuk miselia


 Lesi hipopigmentasi disebabkan oleh asam azeleat, suatu asam

dikarboksilat metabolit Malassezia spp. yang bersifat menghambat


tirosinase dalam alur produksi melanin
 Mekanisme terjadinya lesi hiperpigmentasi belum jelas, tetapi studi

menunjukkan pada pemeriksaan mikroskop elektron didapati


ukuran melanosom yang lebih besar dan lapisan keratin yang lebih
tebal
PATOGENESIS
8

 Malassezia spp. juga memproduksi senyawa indol


o Pityriacitrin yang mengabsorbsi sinar UV, sehingga berperan
sebagai tabir surya
o Pityrialactone, yang berpendar (fluoresensi) di bawah sinar UV 366
nm memberikan warna kuning-kehijauan
o Pityriarubins, yang menghambat respiratory burst neutrofil dan
menghambat aktivitas 5-lipoksigenase
o Malassezin, suatu agonis reseptor; aryl-hydrocarbon yang
menyebabkan apoptosis dalam melanosit, sehingga hipopigmentasi
bertahan lama
o Indirubin dan indolo[3,2-b] carbazole, yang menghambat maturasi
sel dendritik dan kemampuannya mempresentasikan antigen
GAMBARAN KLINIS
9

 Penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia (terutama 20-40 tahun)

 Predileksi lesi terutama di badan bagian atas, leher, perut, dan

ektremitas sisi proksimal. Kadang pada wajah, skalp, aksila, lipat paha,
dan genitalia
 Lesi berupa makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi,
hiperpigmentasi dan kadang eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran,
dan berskuama halus (pitriasiformis).
 Umumnya tidak disertai gejala subyektif, hanya berupa keluhan

kosmetis, kadang menimbulkan rasa gatal terutama bila berkeringat


GAMBARAN KLINIS
10

 Lesi awal berupa makula atau patch berbatas tegas, tertutup skuama

halus yang terkadang tidak tampak jelas


 Untuk menunjukkan adanya skuama pada lesi yang kering dapat

digores dengan ujung kuku sehingga batas lesi akan tampak lebih jelas
(finger nail sign) atau dengan menggunakan kaca objek, scalpel, atau
ujung kuku (coup d’ongle of Besnier)
 Pada penyakit yang telah lanjut lesi akan menjadi bercak luas,

berkonfluens atau tersebar


GAMBARAN KLINIS
11

A B

Makula hipopigmentasi batas tegas dengan skuama halus di atasnya di lengan atas kiri (A)
Bercak kehitaman (hiperpigmentasi) tersebar di dada, miliar dan lentikular, berskuama halus (B)
DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
12

 Dugaan diagnosis PV jika ditemukan gambaran klinis adanya lesi di

daerah predileksi berupa makula berbatas tegas berwarna putih,


kemerahan, sampai dengan hitam, yang berskuama halus
 Pemeriksaan dengan lampu Wood untuk melihat fluoresensi kuning

keemasan akan membantu diagnosis


 Konfirmasi diagnosis dengan didapatkannya hasil positif pada
pemeriksaan mikologis kerokan jaringan kulit
 Kultur jamur tidak diperlukan
DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
13

 Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat memperlihatkan fluoresensi


kuning keemasan akibat metabolit asam dikarboksilat, namun tidak
semua lesi PV menunjukkan fluoresensi dengan lampu Wood
 Pemeriksaan mikologis langsung sediaan kerokan kulit dengan KOH
20% menunjukkan kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat, kadang
oval  ‘spaghetti and meatballs’ atau ‘bananas and grapes’.

Gambaran ‘spaghetti and meatballs’ pada pemeriksaan


Malassezia dengan KOH 20%

Fluoresensi kuning keemasan pada pemeriksaan lampu Wood


DIAGNOSIS BANDING
14

 Diagnosis banding PV dengan lesi hiperpigmentasi antara lain yaitu

pitiriasis rosea, eritrasma, dermatitis seboroik, dan tinea korporis


 Diagnosa banding PV dengan lesi hipopigmentasi antara lain yaitu

pitiriasis alba, vitiligo, morbus hansen tipe tuberkuloid, hipopigmentasi


paska inflamasi, pinta, chemical leucoderma, dan progressive macular
hypomelanosis
PENATALAKSANAAN
15

 Topikal
o Sampo ketokonazol 2% sekali/hari selama 3 hari berturut-turut
o Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari selama 3 hari dan diulangi
seminggu kemudian. Terapi rumatan sekali setiap 3 bulan
o Sampo zinc pyrithione 1% sekali/hari atau 3-4 kali seminggu
o Khusus untuk daerah wajah dan genital digunakan vehikulum solutio atau
golongan azol topikal (krim mikonazol 2 kali/hari)
o Krim terbinafin 1% 2 kali/hari selama 7 hari

 Sistemik
o Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari
o Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari atau 100 mg/hari selama 2 minggu
o Fukonazol 400 mg dosis tunggal atau 300 mg/minggu selama 2- 3 minggu
LAPORAN KASUS
16

 IDENTITAS PASIEN
 Nama : An.
 Umur : 15 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Pekerjaan : Pelajar
 Status maritas : Belum menikah
 Alamat :
 Tanggal Pemeriksaan : 14 Januari 2021
ANAMNESA
17

 KU: Bercak putih pada bagian wajah, leher, lengan atas dan bawah, punggung,

dada, dan perut


 RPS: Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD pada tanggal 14

Januari 2021 dengan keluhan bercak putih di bagian wajah, leher, lengan atas
dan bawah, punggung, dada, serta perut yang muncul ± 1 tahun yang lalu.
Awalnya bercak putih pertama kali muncul di leher bagian belakang dengan
jumlah yang sedikit, lama-kelamaan bertambah banyak dan menyebar ke
bagian wajah, lengan kiri dan kanan, dada, perut serta punggung. Bercak tidak
disertai gatal, nyeri, dan mati rasa. Bila bercak digaruk atau digores akan
muncul sisik halus berwarna putih. Pasien memiliki kebiasaan jarang mandi
dan mengganti baju setelah beraktivitas.
ANAMNESA
18

 RPD: Pasien pernah berobat ke PKM dengan keluhan yang sama ± 1 tahun

yang lalu, pasien diduga menderita kusta berdasarkan gambaran klinis, tetapi
tidak dilakukan pemeriksaan apusan kerokan jaringan kulit karena
keterbatasan fasilitas di Puskesmas Sarmi. Pasien diberikan pengobatan multy
drug therapy (MDT) untuk kusta tipe multibasiler selama 1 tahun. Pasien
memulai terapi MDT kusta tipe MB pada awal bulan Januari 2020 dan
menyelesaikan terapinya pada akhir Desember 2020. Tidak ada perbaikan
gejala setelah pengobatan dengan MDT. Riwayat alergi makanan, alergi obat,
hipertensi, dan diabetes mellitus disangkal
 RPK: Riwayat keluhan yang sama pada keluarga maupun kerabat disangkal

 Kebiasaan: Pasien sering berolahraga sepak bola di sore hari, dan jarang

mandi serta mengganti pakaian setelah berolahraga. Pasien juga jarang


mengganti sprei kasur.
PEMERIKSAAN FISIK
19

Status Generalis
Kepala dan Leher

20

a. Kepala dan leher


 Kepala : Normocephal, simetris, tidak ada kelainan, warna rambut
hitam
 Muka : Simetris, edema (-)
 Mata : Exoftalmus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-
), edema palpebra (-/-), pupil bulat isokor, reflex cahaya
(+/+).
 Hidung : Tidak dilakukan
 Telinga : Deformitas (-), sekret (-), nyeri tekan tragus (-), pembesaran
KGB local (-), pembesaran N. Aurical magnus (-).
 Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), oral candidiasis (-),
stomatitis (-), caries (-).
 Leher : Perubahan warna kulit (-), tidak tampak benjolan dan tidak
teraba benjolan/pembesaran KGB lokal.
Thoraks
21

a. Thorax
1) Paru  Inspeksi : Pergerakan dada simetris,retraksi (-/-).
 Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra.
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, wheezing (-
/-), rhonki (-/-).
2) Jantung  Inspeksi : Tidak tampak pulsasi
 Palpasi : Thrill (-).
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

22

a. Thorax
1) Paru  Inspeksi : Pergerakan dada simetris,retraksi (-/-).
 Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra.
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara napas vesikuler/vesikuler, wheezing
(-/-), rhonki (-/-).
2) Jantung  Inspeksi : Tidak tampak pulsasi
 Palpasi : Thrill (-).
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Abdomen  Inspeksi : Datar, jejas (-).
 Auskultasi : Bising usus (+) normal 4-5 x/menit
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali
cepat, pemeriksaan hepar/lien tidak
dilakukan
 Perkusi : Tidak dilakukan
Ekstremitas, Genitalis, Vegetatif

23

a. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Asimetris. Warna kulit sawo matang, sianosis (-), ikterik
(-),Akral hangat, CRT < 2 detik, Udem (-).
Ekstremitas bawah : Simetris. Warna kulit sawo matang, sianosis (-), ikterik
(-), Akral hangat, CRT < 2 detik, Udem tungkai (-)

b. Genitalia  sex : Laki-Laki , tidak dilakukan evaluasi.

c. Vegetative  Makan : Normal, makan cukup, nafsu makan baik


 Minum : Normal, dalam jumlah yang cukup
 BAK : Frekuensi normal dan warna urin bening
 BAB : Normal, mencret (-)
Status Lokalis

24
Status Lokalis
25

Makula hipopigmentasi, batas tegas, multipel, ditutupi skuama halus pada


daerah wajah, leher, lengan atas dan bawah, dada, punggung, perut
26

 DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis versikolor

 DIAGNOSIS BANDING

 Pitiriasis alba
 Vitiligo
 Morbus Hansen tipe multibasiler
27

PENATALAKSANAAN
• Non farmakologi

• Selalu mengganti pakaian setelah berolahraga dan sprei tempat tidur


• Menghindari penggunaan pakaian yang ketat
• Farmakologi
• Itrakonazol kapsul 100 mg/hari selama 7 hari
• Ketokonazol cream 2%
PEMBAHASAN
28

PENEGAKAN DIAGNOSIS PV

Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien laki-laki usia 15 tahun datang


dengan keluhan bercak putih yang awalnya muncul di bagian leher
dengan jumlah sedikit, lalu menyebar ke wajah, lengan atas dan lengan
bawah, dada, punggung serta perut. Bercak muncul ± 1 tahun yang lalu,
bercak tidak disertai gatal, nyeri dan mati rasa, serta muncul sisik halus
berwarna putih jika bercak digores atau digaruk dengan jari. Pasien
memiliki kebiasaan jarang mandi dan mengganti baju setelah
beraktivitas.
PEMBAHASAN
29

 Hal ini sesuai dengan tinjaun literatur, PV lebih banyak ditemukan

pada remaja dan dewasa muda, jarang pada orang tua, dan tidak
perbedaan berdasarkan jenis kelamin
 Teori bahwa dominasi M. furfur sebagai salah satu jamur penyebab PV

terbanyak menyerang area ekstremitas proksimal ataupun punggung,


dapat dijelaskan dengan produksi sebum yang lebih tinggi di area
tersebut bila dibandingkan dengan area lain
PEMBAHASAN
30

 Pada kasus ini didapatkan fenomena coup d’ongle of Besnier

 Menurut Keddie F (1963), fenomena yang khas terjadi pada PV ini dapat

terjadi karena perubahan pada konsistensi lapisan tanduk epidermis, yang


telah diinfiltrasi oleh M. furfur. Infiltrasi ini menyebabkan deskuamasi
(pelepasan) lamela
 Faktor resiko pada kasus ini adalah kebiasaan jarang mandi dan mengganti

pakaian setelah berolahraga, faktor resiko lainnya adalah pasien tinggal di


negara yang beriklim tropis
 Kebiasaan seperti ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

perubahan M. furfur dari flora normal menjadi flora yang patogen


PEMBAHASAN
31

 Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan status dermatologis berupa

adanya makula hipopigmentasi, berbatas tegas, ukuran bervariasi, bentuk


bervariasi (bulat, oval, ireguler), dan tertutup oleh skuama tipis berwarna
putih
 Hal ini sesuai dengan gambaran lesi PV berdasarkan tinjauan literatur.

Penyakit ini ditandai dengan lesi makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi,


atau eritematous. Makula berbatas tegas, dengan bentuk bulat atau oval
 Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

wood lamp dan pengecetan dengan hidroksida potasium (KOH) 10% untuk
membantu mengorfimasi diagnosis PV
DIAGNOSIS BANDING
32

 PITIRIASIS ALBA
o Prevalensinya adalah anak dan remaja usia 3-16 tahun
o Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa perlindungan serta
higienitas (mandi yang sering dan mandi dengan air panas)
berhubungan dengan perkembangan PA.
o PA biasanya muncul sebagai patch berwarna merah muda dengan
batas meninggi, yang akan hilang setelah beberapa minggu menjadi
bercak pucat yang ditutupi dengan skuama putih
o Lesi ini akan berkembang menjadi makula hipopigmentasi tak
berskuama, dan keadaan ini bertahan selama bulanan atau tahunan.
o Daerah predileksinya adalah wajah, leher, punggung atas, dan
ekstremitas proksimal
o Pada pemeriksaan lampu Wood, didapatkan lesi hipopigmentasi.
DIAGNOSIS BANDING
33

 Pasien didiagnosa banding dengan PA karena lesi dan area predileksi

yang hampir sama dengan PV, yaitu makula hipopigmentasi dan area
di wajah, leher, punggung dan ekstremitas proksimal. Namun pada
kasus in lesi tidak muncul setelah pajanan matahari atau jumlah mandi
yang berlebihan, dan dari pemeriksaan fisik, didapatkan fenomena
Coup d’ongle of Besnier yang tidak ditemukan pada PA
 Dari pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan lampu Wood pada PV

didapatkan fluoresensi berwarna kuning keemasan, hasil pemeriksaan


lampu Wood seperti ini tidak didapatkan pada pitiriasis alba.
DIAGNOSIS BANDING
34

 VITILIGO

 Suatu hipomelanosis yang didapat bersifat progresif, seringkali familial


ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas, dan
asimtomatis
 Makula hipomelanosis yang khas berupa bercak putih seperti putih kapur,
bergaris tengah beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter, berbentuk
bulat atau lonjong dengan tepi berbatas tegas dan kulit pada tempat tersebut
normal dan tidak mempunyai skuama
 Pada pemeriksaan dengan lampu Wood makula amelanotik pada vitiligo
tampak putih berkilau, sedangkan pada PV didapati lesi makula berwarna
kuning keemasan.
DIAGNOSIS BANDING
35

 MORBUS HANSEN

 Makula hipopigmentasi yang terdapat pada penderita Morbus Hansen


mempunyai ciri yang khas yaitu makula anestesi, alopesia, anhidrosis, dan
atrofi.
 Pada kasus ini tidak ditemukan adanya gangguan sensibilitas pada lesi,
pasien masih dapat merasakan sensasi perabaan ketika dilakukan pengujian
sensibilitas raba dengan menggunakan kapas.
 Pada kasus ini, pasien sebelumnya diduga menderita kusta tipe multibasiler
berdasarkan gambaran klinis, sehingga diberikan multy drug therapy
(MDT) selama 1 tahun, tetapi tidak ada perbaikan gejala.
TATALAKSANA
36

 Pada kasus ini pasien diberikan kombinasi obat sistemik dan topikal,

yaitu itrakonazol kapsul 100 mg/hari selama 7 hari dan ketokonazol


cream 2%. Hal ini sesuai dengan tinjauan literatur, obat sistemik
dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan, dan gagal dengan terapi
topikal, antara lain dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10 hari
atau itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari
 Pada kasus ini diberikan obat topikal dengan pertimbangan lesi yang

luas. Ketokonazol diberikan dalam bentuk cream karena aplikasinya


bertahan lebih lama di kulit dibandingkan dengan bentuk sampo.
KESIMPULAN
37
38

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai