Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI EMERGENCY
DENGAN INTARGET ORGAN

Oleh :
Fia Delfia Adventy, S. Ked
FAB 118 069

PEMBIMBING :
dr. Tagor Sibarani
dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp. RM
dr. Yosua Hendriko

MODUL REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE


RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK-UNPAR
PALANGKA RAYA
2019
Pendahuluan
• Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
• Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi
tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya.
• Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi
jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90
mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Laporan Kasus
• PRIMARY SURVEY (Tn. H)
• Vital Sign :
• Tekanan darah : 250/120 mmHg
• Nadi : 68 kali/menit, regular, kuat angkat
• Suhu : 36,20C
• Pernapasan : 21 kali/menit
• Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
• Breathing : spontan, 24 kali/menit, torako-abdominal, pergerakan thoraks simetris kanan/kiri
• Circulation: Tekanan darah 2500/130 mmHg, Nadi 68 kali/menit reguler, kuat angkat, CRT <2”
• Disability : GCS 15, pupil isokor +/+, diameter 3 mm/3mm
• Evaluasi masalah : kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu Nyeri
kepala hebat disertai dengan keluar darah dari hicung sebelah kiri.
• Pemberian label : Kuning.
• Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non
bedah dan diberikan pemasangan IV line dan monitor observasi.
Anamnesis
IDENTITAS
• Nama : Tn. H
• Usia : 19 tahun
• Agama : Krisren Protestan
• Alamat : Desa Tuwung
• Tanggal MRS : 24 Desember 2019
ANAMNESIS ( autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan
dari ibu pasien)
• Keluhan utama : Sakit kepala hebat
• Riwayat penyakit sekarang :
• Pasien datang dengan keluhan sakit kepala sebelah kiri
hebat disertai dengan mimisan sejak ± 4 jam SMRS, pada
saat dibawa ke RS mimisan sudah berhenti spontan. Muntah
(+) sebanyak 2 kali, muntah berwarna kecoklatan. Demam
sejak 5 hari yang lalu. Bila pasien demam selalu keluar darah
dari hidung (+), batuk hilang-timbul dan tidak berdahak
sejak 5 hari yang lalu. BAK (+) berwarna kuning, BAB (+) pagi
hari bab cair, bab hitam disangkal. Pasien mengaku bila
terbentur benda maka bagian tubuh pasien yang terkena
akan membiru. Bintik-bintik perdarahan disangkal.
• Riwayat penyakit dahulu :
– Riwayat transfusi darah saat usia 3 – 5 tahun di RS
X karena penyakit anemia aplastik
– Riwayat dirawat di RS Y tahun 2012 karena anemia
aplastik.
• Riwayat penyakit keluarga :
– Riwayat mudah berdarah disangkal.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit berat, kesadaran: compos mentis, GCS: eye
(4), verbal (5), motorik (6).
• Tanda-tanda vital : tekanan darah: 250/130 mmHg, denyut nadi: 68
kali/menit, reguler, kuat angkat, suhu 36,2oC, RR: 21 kali/menit.
• Kulit : turgor <2”, pucat (-), sianosis (-)
• Mata : cojungtiva anemis (+)/(+), sklera ikterik (-), pupil isokor, diameter pupil
3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
• Leher : perbesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
• Toraks : Simetris, retraksi (-), fremitus taktil normal, sonor, vesikuler +/+,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-), ictus cordis terlihat dan teraba pada SIC VI 2 cm
lateral garis midclavicula sinistra, S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-).
• Abdomen : Datar, supel, bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan
epigastrium (+), heparlien tidak teraba membesar, ballotement (-).
• Ekstremitas : akral dingin, CRT <2”, udema (-)
• Status Lokalis : purpura (-), petechie (-),laserasi (-), hidung berdarah (-),
Pemeriksaan penunjang
• Hasil laboratorium :
Hb: 7,9 g/dl, Hct: 21%, trombosit: 16.000/uL,
leukosit: 8.600/uL, GDS: 118 mg/dL, ureum:
250 mg/dL, Creatinin: 14,99 mg/dL, Natrium
134 mmol/L, Kalium 6,47 mmol/L, Chlorida
111 mmol/L
• EKG
DIAGNOSIS
Hipertensi Emergency
Anemia
Acute Renal Failure
Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di IGD :
• Head Up 30º
• O2 nasal kanul 2-4 lpm
• IVFD NaCL 0,9% 500 cc/24 jam
• Amlodipin 10 mg
• Observasi selama 2 jam : keluhan sakit kepala
pasien ↓ , tekanan darah: 180/90
Penatalaksanaan...

Pasien dirawat di ruang ICU. Advice tambahan:


Bagian Neurologi Bagian Penyakit Dalam
• Cek MDT
• Inj. Lansoprazole 1x1
• Transfusi PRC 2 kolf (1 kolf/12
mg jam)
• Po. Codein 3 x 30 mg • Transfusi Trombosit 4 Kolf
• • Injeksi asam tranexamat 3 x
Micardis 1 x 80 mg
500mg
• Amlodipin 1 x 10 mg • Injeksi Ca Gluconas 1 amp (IV)
• Bolus D40% 2 fls
• Injeksi Actrapid 10 im/iv
• Po.Aminoral 3 x 1 tab
• HD cito
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam: dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Pembahasan

Beda hipertensi emergensi atau urgensi dengan menilai adanya


kerusakan organ target, telusuri riwayat penyakit sebelumnya, adakah
hipertensi serta pengobatannya, penyakit ginjal dan jantung serta kelainan
neurology, pemeriksaan fisik tekanan darah dalam beberapa kali
pengukuran, pemeriksaan funduskopi dapat membedakan keadaan urgensi
bila tak ada kelainan pada pembuluh darah retina, tidak ada spasme
maupun eksudat sedangkan pada hipertensi emergensi dijumpai papil
edema dan eksudasi yang berat, pemeriksaan jantung dan aorta ,
pemeriksaan neurologist.

Tes laboratorium meliputi test terhadap proteinuria, hematuria, darah


perifer, faal ginjal berupa elektrolit dan BUN/SC .

Foto thorak diperlukan untuk mencari kardiomegali atau edema paru.

EKG untuk evaluasi kardiologi


Anemia
• Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang
tidak adekuat, memendeknya usia sel darah
merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi
eritropoetin menurun dan anemia berat
terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak
napas.
• Anemia terjadi pada 80-90 % pasien penyakit ginjal
kronik. Anemia pada penyakit ginjal kronik
terutama disebabkan oleh defisiensi ertiropoietin.
Hal-hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya
anemia adalah, defisiensi besi, kehilangan darah
(misal, perdarahan saluran cerna, hematuri), masa
hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya
hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan
sumsum tulang oleh substansi uremik, proses
inflamasi akut maupun kronik.3
• Pada kasus ini didapatkan manifestasi klinis
berupa gejala anemia yaitu penderita tampak
pucat dan mukosa konjungtiva anemis. Pada
kasus ini tidak didapatkan adanya
organomegali. Pada pasien ini juga didapatkan
peningkatan creatinin berdasarkan rumus
perhitungan GFR didapatkan nilai 6,72671
yang berarti termasuk kategori Gagal Ginjal
dan pasien disarankan untuk cuci darah.
• Anemia yang terjadi bersifat idiopatik dan terjadi setelah
anak berumur 3 tahun. Hal ini berdasarkan riwayat
penyakit penderita dan riwayat penyakit keluarga. Anak
tidak pernah menderita sakit sebelumnya. Anak tinggal
bersama orang tua yang bergolongan ekonomi
menengah ke atas. Lingkungan jauh dari daerah
pertanian dan tidak pernah terpapar insektisida atau
bahan sejenisnya. Keluarga anak juga tidak ada yang
menderita penyakit yang serupa, karena penyebab yang
tidak jelas ini maka etiologinya digolongkan idiopatik.
• Pada pasien ini tatalaksana di IGD dilakukan Head Up 30º,
pemberian O2 nasal kanul 2-4 lpm, pemasangan IV line
dengan infus NaCL 0,9% 500 cc/24 jam, amlodipin 10
mgdilakukan observasi selama 2 jam. Setelah 2 jam, sakit
kepala pasien ↓ , tekanan darah: 180/90. Kemudian pasien
dirawat di ruang ICU. Pasien diberikan tambahan terapi dari
bagian neurologi berupa Inj. Lansoprazole 1x1 mg, obat oral
Codein 3 x 30 mg, Micardis 1 x 80 mg, Amlodipin 1 x 10 mg
dan dari bagian penyakit dalam cek MDT, transfusi PRC 2 kolf
(1 kolf/12 jam), transfusi trombosit 4 kolf, injeksi asam
tranexamat 3 x 500mg, injeksi Ca Gluconas 1 amp (IV), bolus
D40% 2 fls, injeksi Actrapid 10 im/iv, obat oral Aminoral 3 x 1
tab pasien disarankan HD cito.
Kesimpulan
• Telah dilaporkan seorang pria, Tn. H, usia 19 tahun, datang
dengan keluhan sakit kepala disertai mimisan sejak 4 jam
SMRS, tetapi sudah berhenti spontan. Muntah (+) sebanyak
2 kali, muntah berwarna kecoklatan. Demam sejak 5 hari
yang lalu. Bila pasien demam selalu keluar darah dari hidung
(+), batuk hilang-timbul dan tidak berdahak sejak 5 hari yang
lalu. BAK (+) berwarna kuning, BAB (+) pagi hari bab cair, bab
hitam disangkal. Pasien mengaku bila terbentur benda maka
bagian tubuh pasien yang terkena akan membiru. Bintik-
bintik perdarahan disangkal. Riwayat transfusi darah saat
usia 3 – 5 tahun di RS X karena penyakit anemia aplastik.
• Riwayat dirawat di RS Y tahun 2012 karena anemia aplastik.
Pemeriksaan fisik didapatkan conjungtiva anemis (+/+),ictus
cordis terlihat dan teraba pada SIC VI 2 cm lateral garis
midclavicula sinistra, nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan
penunjang didapatkan Hb: 7,9 g/dl, trombosit: 16.000/uL,
ureum: 250 mg/dL, Creatinin: 14,99 mg/dL, Kalium 6,47
mmol/L. Juga didapatkan peningkatan creatinin berdasarkan
rumus perhitungan GFR didapatkan nilai 6,72671 yang berarti
termasuk kategori Gagal Ginjal dan pasien disarankan untuk
cuci darah.
• Sehingga berdasarkan temuan diatas pasien didiagnosis
hipertensi emergency, anemia, arf
• Tatalaksana di IGD dilakukan Head Up 30º, pemberian O2 nasal
kanul 2-4 lpm, pemasangan IV line dengan infus NaCL 0,9% 500
cc/24 jam, amlodipin 10 mgdilakukan observasi selama 2 jam.
Setelah 2 jam, sakit kepala pasien ↓ , tekanan darah: 180/90.
Kemudian pasien dirawat di ruang ICU. Pasien diberikan
tambahan terapi dari bagian neurologi berupa Inj.
Lansoprazole 1x1 mg, obat oral Codein 3 x 30 mg, Micardis 1 x
80 mg, Amlodipin 1 x 10 mg dan dari bagian penyakit dalam cek
MDT, transfusi PRC 2 kolf (1 kolf/12 jam), transfusi trombosit 4
kolf, injeksi asam tranexamat 3 x 500mg, injeksi Ca Gluconas 1
amp (IV), bolus D40% 2 fls, injeksi Actrapid 10 im/iv, obat oral
Aminoral 3 x 1 tab pasien disarankan HD cito.
Daftar Pustaka
• Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi 15. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 2009; XXVII : 2059 – 2060
• Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 27. 2014 : 6 – 8.
• Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2012. Hal 2059-2067.
• Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi
Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2009 : 1 – 14.
• Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta 2012.
• Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh pada tanggal 26 Agustus 2016.
Didapatkan dari: www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.html
• Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell pulblishing; 2006. Hal 72-
90.
• Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton dan Lange, 2012
• Pudjaji AH, Hegar B, Handryastuti, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia; Jakarta. 2010. h. 150-2.
• Ministry of health service. Guidelines and protocols febrile seizure. British columbia medical association.
2010.
• Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke Diunduh pada tanggal 26 Agustus
2016. Didapatkan dari: www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.html

Anda mungkin juga menyukai