Anda di halaman 1dari 48

Referat

“Tb Paru”
Disusun Oleh:
Alamul Huda, S. Ked.

Program Pendidikan Profesi


Bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2020
1
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium
tuberculosis.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penularan : droplet nuclei

2
Latar Belakang
Kuman mikobakterium tuberkulosa → Robert Koch
1882
Sudah lama ada dan di kenal sejak dahulu
Obat-obatnya belum lama dikenali
Diagnosis sulit
Latar Belakang
Kuman mikobakterium tuberkulosa → Robert Koch
1882
Sudah lama ada dan di kenal sejak dahulu
Obat-obatnya belum lama dikenali
Diagnosis sulit
Tujuan penulisan
Untuk mengetahui definisi dan penangan
tuberkulosis paru tanpa komplikasi
Epidemiologi
• WHO 1990 → 3,8 juta kasus baru TB ( 49% di Asia
Tenggara)
• 1984-1991 → ↑ kasus di seluruh dunia kec Amerika dan
Eropa
• Survey Kesehatan Rumah Tangga depkes RI 1972→
penyebab kematian no 3 tersering
1980 → penyebab kematian no 4 tersering
1992 → penyebab kematian no 2 tersering
1995 → penyebab kematian no 3 (usia) dan no 1
(penyakit infeksi)
Tahun 2004 : Laporan WHO, kematian
terbesar akibat TB terdapat di Asia tenggara
yaitu 625.000 orang. Angka mortalitas
sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.

Angka mortaliti tertinggi : Afrika yaitu


sebesar 83 per 100.000 penduduk.

7
Morfologi
Batang, tidak berspora dan tidak berkapsuk
Lapisan lemak tinggi (asam mikolat) → struktur
komplek sehingga bersifat tahan asam
Patogenesis.....
10
Klasifikasi
• Tuberkulosis paru
1. berdasarkan hasil pemeriksaan BTA
→ + dan -
2. berdasarkan tipe pasien
→ kasus baru, relaps, drop out, gagal, kronik, pindahan,
bekas TB
• Tuberkulosis ekstra paru
→KGB, otak, tulang, kulit, usus, ginjal, sal kencing,
pleura, perikard
Diagnosis
Gejala klinik
1. Lokal
2. Sistemik
3. Ekstra paru
Gejala Klinis TB paru
batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
 dahak bercampur darah
 batuk darah
 sesak nafas
 badan lemas
 nafsu makan menurun
 berat badan menurun
 Malaise
 berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
 demam meriang lebih dari satu bulan.
13
Diagnosis TB paru
Ditemukannya kuman TB dengan pemeriksaan 3
spesimen dahak yaitu
sewaktu (S) : saat datang pertama kali (hari pertama)
pagi (P): dahak pagi hari dari rumah (hari kedua)
sewaktu (S) : dahak yang dikumpulkan saat
menyerahkan dahak pada hari kedua

14
Diagnosis TB ekstra paru :
Gejala dan keluhan tergantung organ
yg terkena : kaku kuduk (meningitis),
pleuritis, gibbus (spondilitis tb) dll

15
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan
dahak mikroskopis:
Tuberkulosis paru BTA positif.
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
- 1 spesimen dahak SPS BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
- 1 spesimen dahak SPS BTA positif dan biakan kuman
TB positif.
- 1 atau lebih spesimen dahak positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika
non OAT.
16
Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA
positif.
Kriteria diagnostik harus meliputi:
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS BTA negatif
- Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
- Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.

17
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Kasus baru
pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).

Kasus yang sebelumnya diobati :


- Kasus kambuh (Relaps)
pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).

18
- Kasus setelah putus berobat (Default )
pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.
- Kasus setelah gagal (failure)
pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

19
• Kasus Pindahan (Transfer In)
Pasien yang dipindahkan keregister TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya

• Kasus lain:
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan
diatas seperti:
 Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya
 Pernah diobati, tp tdk diketahui hsl pengobatannya
 Kembali diobati dengan BTA negatif

20
Alur
Diagnosis
TB

21
Pengobatan TB
bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT

22
Pengelompokan OAT
Golongan dan jenis Obat
Gol 1./Obat Lini Pertama Isoniazid (H) Pirazinamide (Z)
Ethambutol (E) Rifampisin (R)
Streptomycin (S)

Gol 2./obat suntik/ obat Kanamycin (Km) Amikacin (Am)


suntikan lini kedua Capreomycin (Cm)

Gol 3./ golongan Ofloxacin (Ofx) Moxifloxacin (Mfx)


floroquinolon Levofloxacin (Lfx)

Gol 4./ obat Ethionamide (Eto) Para amino salisilat(PAS)


bakteriostatik lini kedua Prothionamide (Pto) Terizidone (Trd)
Cycloserine (Cs)

Gol 5./ obat yang belum Clofazimine (Cfz) Thioacetazone (Thz)


terbukti efikasinya dan Linezolid (Lzd) Clarithromycin (Clr)
tidak direkomendasikan Amoxilin- Imipenem (Ipm)
WHO clavulanate(Amx-Clv)

23
Jenis, sifat dan dosis OAT

24
Panduan OAT di Indonesia
1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien baru TB paru BTA positif.
 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
 Pasien TB ekstra paru

25
Tabel 1. dosis paduan OAT KDT kategori 1

26
Tabel 2. dosis paduan OAT-Kombipak kategori 1
Tahap Lama Dosis Perhari/ kali Jumlah
pengoba pengoba Tab Kaplet Tablet Tab hari/kali
tan tan isoniazid rifampisin pirazinamid etambutol menelan
300mg 450mg 500mg 250mg obat

Intensif 2 bln 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bln 2 1 - - 48

27
2. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif
yang telah diobati sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

28
Tabel 3. dosis paduan OAT KDT kategori 2

29
Tabel 4. dosis paduan OAT Kombipak
kategori 2
Tahap Lama Tab Kap Tab Etam butol Strepto Jumlah
pengoba pengo isonia rifampi pirazi misin hari/
tan batan zid sin namid inj kali
300mg 450mg 500mg Tab Tab menelan
250mg 400mg obat

Tahap 2 bln 1 1 3 3 - 0,75gr 56


intensif 1 bln 1 1 3 3 - - 28
(dosis
harian)

Tahap 4 bln 2 1 - 1 2 - 60
lanjutan
(dosis
3xseming
gu)

30
OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket
untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama
sebulan (28 hari)

Tabel 5. dosis KDT untuk sisipan

31
Pemantauan kemajuan pengobatan TB
Tipe pasien Tahap Hasil Tindak lanjut
TB pengobatan pemeriksaan
dahak

Pasien baru Akhir tahap Negatif Tahap lanjutan dimulai


dengan intensif
pengobatan
kategori 1
Positif Dilanjutkan dgn OAT sisipan 1 bln
Jika stlh sisipan msh positif:
-Tahap lanjutan tetap diberikan
-Jika memungkinkan, lakukan
biakan, tes resistensi atau rujuk ke
layanan TB-MDR

Pada bln ke 5 Negatif -Pengobatan dilanjutkan


pengobatan
Positif -Pengobatan diganti dgn OAT
kategori 2 mulai dari awal.
-Jika memungkinkan lakukan
biakan,tes resistensi atau rujuk ke
layanan TB-MDR

32
Tipe pasien Tahap Hasil Tindak lanjut
TB pengobatan pemeriksaan
dahak

Pasien baru Akhir Negatif Pengobatan dilanjutkan


dgn pengobatan
pengobatan Positif -Pengobatan diganti dgn OAT
kategori 1 kategori 2 mulai dari awal.
-Jika memungkinkan lakukan
biakan,tes resistensi atau rujuk ke
layanan TB-MDR

Pasien baru Akhir intensif Negatif Teruskan pengobatan dgn tahap


BTA positif lanjutan
dgn
pengobatan Positif Beri sisipan 1 bln.
ulang kategori Jika stlh sisipan msh positif:
2 -Tahap lanjutan tetap diberikan
-Jika memungkinkan, lakukan
biakan, tes resistensi atau rujuk
ke layanan TB-MDR

33
Tipe pasien TB Tahap Hasil Tindak lanjut
pengobatan pemeriksaan
dahak
Pasien BTA positif Pada bulan ke-5 Negatif Pengobatan
dgn pengobatan pengobatan diselesaikan
ulang kategori 2 positif Pengobatan
dihentikan, rujuk
ke layanan TB-
MDR
Akhir pengobatan Negatif Pengobatan
diselesaikan
Positif Pengobatan
dihentikan, rujuk
ke layanan TB-
MDR.

34
Hasil pengobatan pasien TB BTA positif

• Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada AP dan
pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya
• Pengobatan Lengkap
pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak
ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya
• Meninggal
pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
• Pindah
pasien yang pindah berobat ke unit pencatatan dan pelaporan
(register)lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
35
Default (Putus berobat)
pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
• Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama pengobatan.

36
Efek samping ringan OAT

37
Efek samping berat OAT

38
Kegawatdaruratan
paru

Suatu keadaan pertukaran gas dalam paru


terganggu, atau suatu kegagalan paru
dalam sirkulasi CO22 dan O22

hiperkarbia hipoksemia

Gangguan asam basa &


Stress oksidatif

Kerusakan Sel &


nekrosis jaringan
Hemoptisis
masif

Kegawat
Edema Pneumotorak
paru
daruratan ventil
paru

Status
asmatikus
Hemoptisis Hemoptisis atau batuk darah adalah
ekspektorasi darah atau dahak yang
mengandung darah, akibat perdarahan dari
saluran nafas dibawah laring atau perdarahan
yang keluar ke saluran nafas dibawah laring.

Hemoptisis ringan   + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam


bentuk garis-garis dalam sputum
++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml

Hemoptisis sedang   +++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml

Hemoptisis masif  ++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml


Infeksi 
jaringan
parenkim 
Infeksi
Infeksi (TB,
(TB,
pembuluh
jamur)
jamur)
Kongesti darah pecah
(aneurisma
aliran darah Pembentukan
Pembentukan
rassmussen) jaringan
vena jaringan dan
dan
pembuluh
pembuluh darah
darah
pulmonalis
Bronkiektasis
Bronkiektasis Keganasan
Keganasan
baru
baru yg
yg rapuh
rapuh
 kapiler  mudah
 mudah
pecah ruptur
ruptur nn pecah
pecah

Etiologi
Adanya
Kelainan kompresi yg
Gangguan
Gangguan menyebabkan
pada faktor
Vascular
Vascular &
& kerusakan
Trauma
Trauma
pembekuan
pembekuan
pembekuan
parenkim paru
darah
darah
darah dan pembuluh
Membran
darah
basalis
Gangguan
terganggu
Gangguan
Imun/Autoimun
Imun/Autoimun
Good
pastures
syndrome
Keadaan Hemoptisis Hematemesis
Rasa tidak enak
Keluhan yg muncul Mual, Stomach distress
ditenggorokan, ingin batuk

Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan dapat


Onset
disertai dengan muntah disertai dengan batuk
Bentuk darah Berbuih Tidak Berbuih
Warna darah Merah segar Merah tua
Leukosit, mikroorganisme,
Isi Sisa makanan
makrofag, hemosiderin

Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)

Riwayat penyakit Gangguan lambung,


Menderita kelainan paru
dahulu kelainan hepar

Anemi Kadang-kadang Selalu


Warna tinja bisa berwarna
Tinja Warna tinja normal
hitam
Batuk dan ekspektorasi dahak bersifat mukopurulen atau
purulen (adanya infeksi seperti bronkitis, pneumoni atau
abses paru serta bronkiektasis)

Adanya riwayat kelainan katup jantung, adanya stenosis


katup mitral. Perdarahan dari anastomosis vena
bronkopulmonal di dinding bronkus

Adanya batuk darah disertai hematuri akan menimbulkan


kecurigaan kita adanya kelainan yang disebabkan oleh
Goodpastures syndrome atau Lupus erythematosus.

Adanya batuk darah pada penderita yang merokok dan telah


berlangsung lama serta berumur lebih dari 40 tahun, akan
mengarahkan perhatian kita terhadap proses keganasan di
paru
Penatalaksanaan
Terapi konservatif Terapi definitif

Pasien harus dalam keadaan posisi Reseksi bedah segera pada tempat
istirahat, yakni posisi miring (lateral perdarahan, dengan pertimbangan
decubitus). Kepala lebih rendah dan 1. Terjadinya hemoptisis masif yang
miring ke sisi yang sakit untuk mencegah mengancam kehidupan pasien
aspirasi darah ke paru yang sehat atau 2. Kematian pada perdarahan yang masif
posisi trendelenburg menurun dari 70% menjadi 18%
dengan tindakan operasi
Pemberian obat – obat penghenti
perdarahan (obat – obat hemostasis), Pertimbangan lain:
misalnya vit. K, ion kalsium, trombin, 1. batuk darah >600 cc / 24 jam dan
Carbazochrome Na sulfonate (Adona), perdarahan tidak berhenti
asam traneksamat 2. batuk darah <600 cc / 24 jam dan
tetapi >250 cc / 24 jam jam dgn kadar
Hb <10 g%, batuk darah tetap
Pemberian cairan atau darah sesuai
berlangsung
dengan banyaknya perdarahan yang
3. batuk darah <600 cc / 24 jam dan
terjadi & pemberian oksigen
tetapi >250 cc / 24 jam, Hb <10 g%, 48
jam dengan perawatan konservatif
batuk darah tersebut tidak berhenti
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama, TY,. Chairil, AS,. 2002. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Jakarta : Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.
2. World Health Organization. 2010. Epidemiologi tuberkulosis di Indonesia diakses pada 23 Maret
2010 pukul 14:39 WIB <http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologi-tb-di-
indonesia/article/55/000100150017/2>
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta.
4. Daniel, M. Thomas. 1999. Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu penyakit dalam Edisi 13 Volume 2.
Jakarta : EGC : 799-808.
5. Brooks, G.F., Butel, J. S. and Morse, S. A., 2004. “Jawetz, Melnick & Adelbergh’s: Mikrobiologi
Kedokteran”. Buku I, Edisi I, Alih bahasa: Bagian Mikrobiologi FKU Unair, Jakarta : Salemba
Medika.
6. Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta :
BPFKUI; 988-994.
7. Bahar, A., Zulkifli Amin. 2007. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI; 995-1000.
8. Crofton, John. 2002. Tuberkulosis Klinis Edisi 2. Jakarta : Widya Medika.
9. Bayupurnama, Putut. 2007. Hepatoksisitas karena Obat dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI;471-474.
10. World Health Organization. 1993. Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National
programmes. Geneva : 3-15.

47
TERIMA KASIH

48

Anda mungkin juga menyukai