Anda di halaman 1dari 25

KRISIS, PEMULIHAN DAN

EVOLUSI STANDAR HIDUP


SEJAK KEMERDEKAAN
Kelompok 9
Anggota :

Kinanda Maulani Eka Putri


(170810301208)
Prillnaya Yudhistira
(170810301211)
Moch. Nidhom
(170810301310)
Ahmad Syaiti
(180810301221)
Krisis dan Reformasi
Tidak seperti pada krisis pertengahan 1960-an, yang telah banyak dipridiksi
banyak orang karna kebijakan makro ekonomi pemerintah yang kacau dan
sembrono, krisis finansial dan ekonomi akhir tahun 1990-an adalah relatif
tidak terduga. Hanya sedikit para ahli yang memprediksikan terjadinya krisis
indonesia, dan tentunya tidak seorang pun yang menduga ke dalaman
dampaknya (Hofman et. 2004:49). Namun kenyataannya indonesia adalah
perekonomian yang paling buruk terkena dampak krisis. (Lihat Tabel 9.1)
Tabel 9.1
Indikator-Indikator Ekonomi Asia Tenggara 1991-8

  Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand


Pertumbuhan          
GDP          
1991-5 7,8 8,7 2,2 8,5 8,6
1996 8,0 8,6 5,5 6,9 5,5
1997 4.7 8,0 5,1 7,8 -0,4
1998 -13,6 -6,7 0 1,3 -6,5

Inflasi          
1991-5 8,9 3,6 10 2,6 4,8
1996 6,5 3,5 8,4 1,4 5,8
1997 11,6 2,6 5,1 2,0 5,6
1998 65 5,4 9,0 -0,2 8,1
Rek Brjalan/ GDP          
1991-5          
1996 -2,4 -7,0 -3,6 12,9 -6,2
1997 -3,3 -4,9 -4,5 15,0 -7,9
1998 -2,9 -5,2 -5,2 15,4 -2,0
5,4 7,5 1,2 17,8 8,1

Neraca          
Pemerintah/ GDP          
1991-5          
1996 -0,2 0,3 -1,6 12,4 2,8
1997 1,2 1,1 -0,4 13,9 2,4
1998 1,2 5,5 -1,8 6,0 -0,4
-5,5 -1,0 -3,6 -1,0 -4,5
Thailand adalah pemicu krisis asia. Indonesia melonggarkan sokongannya
terhadap nilai rupiah pada pertengahan agustus. Meski demikian nilai rupiah yang
mengambang mengikuti pasar (Floating) ternyata memperburuk krisis, sehingga
para investor banyak yang keluar dari mata uang ini. Ditambah lagi pemerintah
memperketat kebijakan moneter dengan meniikkan suku bunga secara bertahap.
Sehingga melemahkan sistem perbankan dan mengakibatkan kontraksi dalam
ekonomi riil.
Pada tanggal 21 mei berakhirlah era 32 tahun kekuasaan soeharto dan
mengangkat wakil presiden B.J Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia
ketiga. Pada titik inilah nilai tukar rupiah menjadi Rp. 16.000 pada pertengahan
juni, inflasi mendekati 100 persen, dan harga pokok mengalami kenaikan
sehingga mengakibatkan pendduduk miskin berlipat ganda hingga 27 persen.
Sebab Krisis

Pertama, kelemahan institusional memainkan peran khusus yang penting dala


sektor finansial. sektor finansial indonesia adalah “terlalu dijamin tidak diataur”.
Dan kedua melemahnya sistem politik karna terlalu tergantung pada sosok
Presiden Soeharto dan dibangun atas dasar korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Soeharto berpandangan bahwa kompetisi politik dan wacana kebijaksanaan
politik yang tebuka telah menyebabkan kekacauan pada tahun 1960-an sehingga
mendorongnya menciptakan posisi kepresidenan yang sangat kuat dengan dibantu
oleh sekelompok kecil penasihat internal
Reformasi dan Pemulihan
pertengaha • Presiden baru B. J. Habibie berhasil
menyelenggarakan pemilihan umum parlementer
n 1999

• Abdurrahman Wahid terpilih sebagai presiden


Oktober
setelah terselenggaranya pemilihan umum
1999 demokratis pertama sejak 1955.

• MPR secara bulat memutuskan untuk memberhentikan presiden


Abdurrahman Wahid dan menggantinya dengan Megawati. Dia memulai
23 Juli jabatannya dengan cukup menjanjikan karena dia mengakat sejumlah
materi dari kalangan profesional yang termuka dan memiliki kualifikasi.

• Susilo Bambang Yudhoyono dilantik sebagai presidan


23 Oktober Indonesia ke enam. Terpilihnya SBY berhasil mendongkrak
2004 kepercayaan investor menghasilkan peningkatan investasi,
sementara pada saat yang sama ekspor juga beranjak naik.

• SBY terpilih kembali sebagai presiden denga


Boediono sebagai wakil presidennya. SBY dan
tahun 2009 wakilnya mengumumkan target ekonomi yang
ambisius untuk dicapai selama masa jabatan
SBY yang kedua ini.
Perubahan Konstitusional?

Sejak tahun 1999 Bank Dunia Bank Dunia menunjukkan bahwa antara
menerbitkan the World Wide Governance tahun 1996 dan 2005, Indonesia telah
Indicator. Indikator- indikator tersebut membaik pada satu indikator
menilai enam dimensi pemerintahan. pemerintahan, namun memburuk di
1. Penyuaraan hak dan akuntabilitas lima indikator lainnya. Perbaikan pada
penyuaraan hak dan akuntabilitas jelas
2. Tabilitas politik dan absennya adalah berkah dari gerakan reformasi
kekerasan dan demokrasi yang terwujud sejak
3. Efektivitas pemerintah jatuhnya Soeharto.namun demikian,
dilima indikator lainnya Indonesia pada
4. Kualitas pengaturan
awalnya masih buruk, sebelum kembali
5. Penegakan hukum ke level kualitas pemerintahan yang
6. Kontrol atas praktik korupsi sebanding dengan pemerintahan pada
akhir Orde Baru.
Catatan Simpul

Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa Indonesia sejak krisis Asia telah
berhasil membuat kemajuan yang meskipun lamban tapi cukup signifikan. Ia
berhasil melewati transisi dari kekuasaan otoriter ke demokrasi dalam kurun
waktu kurang dari satu dekade, dan pertumbuhan telah kembali, yang didukung
oleh manajemen makroekonomi yang lebih bijaksana.
Evolusi Standar Hidup Sejak
Kemerdekaan
Selama lebih dari enam puluh tahun sejak Indonesia secara resmi merdeka
sebuah transisi ekonomi dan politik yang nyata telah terjadi. GDP per kapita
telah tumbuh hingga mendekati 500 persen, atau rata- rata 3,1 persen per tahun
antara 1949 dan 2007. Pada tahun 1949 hampir 70 persen penduduk bekerja di
sektor pertanian, angka ini jatuh menjadi 45 persen padah tahun 2007.
Upah Riil

Grafik diatas menggambar GDP


per kapita dan upah riil tenaga
kerja tidak terampil. Pada grafik
tersebut dapat dilihat pada
tahun 1950 sampai 1967 terjadi
stagnasi pada GDP per kapita,
sedangkan upah riil tenaga kerja
tidak terampil mengalami
penurunan.
Tinggi Badan

Grafik diatas menggambarkan


hubungan antara tahun
kelahiran dengan tinggi badan
di pulau Jawa dan luar pulau
Jawa. Pada grafik tersebut,
dapat dilihat bahwa penduduk
yang lahir pada tahun 1930
sampai 1940 an mengalami
penurunan
Grafik disamping
menggambarkan hubungan
antara tahun kelahian
dengan tinggi badan
penduduk petani dan non-
petani. Grafik tersebut
menunjukkan bahwa
postur tubuh penduduk
non- petani lebih tinggi
dibandingkan penduduk
petani.
Pembentukan Sumber Daya Manusia

Grafik diatas menggambarkan


hubungan antara tahun
kelahiran dengan tingkat
penumpukan usia antara laki-
laki dengan permpuan. Dari
grafik tersebut dapat dilihat
bahwa terdapat penurunan
yang signifikan pada tahun
1920 an.
Latar belakang

 Pertumbuhan dengan pemerataan adalah pesan kunci dari Bank Dunia dalam
kajiannya yang terkenal mengenai keajaiban Pertumbuhan Asia Timur (East
Asian Growth Miiracle) (World Bank 1993). Dalam periode Soeharto,
karakteristiknya yang utama adalah kombinasi pertumbuhan pesat dari semua
segmen penduduk telah memperoleh keuntungan. gagasan diatas didasarkan
atas data yang terbatas dan sedikit problamatik.
 Pada grafik 9,7, menjelaskan sumber data utama mengenai tren kensenjangan selama
masa kepresidenan Soeharto (1966-1998). Koefisien Gini dari distribusi pengeluaran
konsumsi nasional berfluktuasi antara 0,33 dan 0,38 yang menunjukan kesenjangan di
Indonesia adala relatife sedang (Modest) dibandingkan dengan standart Internasional
dan telah cukup stabil dari waktu ke waktu.
 Boediono (1990), menyimpulkan angka pertumbuhan yang tinggi di Indonesia telah
diasosiasikan dengan penurunan cukup menyeluruh dalam total kesenjangan, yang
menegaskan kesuksesan trilogi pembangunan Soeharto.
Permasalahan yang dihadapi

 Dick dkk (2002: 227) berpendapat dalam bukti statistik itu, orang memandang
bahwa disparitas memperkaya diri sendiri yang eksesif di dalam lingkaran elite
di sekitar keluarga soeharto ditambah meningkatnya kesenjangan pendapatan
antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
 Mishra (2004: 5) mengatakan survei Susenas cenderung meniadakan
penduduk yang sangat kaya karena mereka sangat sulit ditemui oleh para
enumerator, dan jika mereka dimasukan ke dalam data tersebut kebanyakan
dikeluarkan dari data sebagai orang yang tidak bisa ditemui (outliers).
 Nyberg (1976) menunjukkan kelemahan lain dari Sunsenas, yaitu waktu
pelaksanaan surveynya. Pada beberapa tahun, hari raya Islam – yakni lebaran
di akhir bulan puasa dimasukkan, sementara di tahun-tahun lain tidak yang
mungkin mempengaruhi pada pengeluaran penduduk. Ini membuat data
Sunsenas sulit dibandingkan antar tahun.
Paradigma yang digunakan

 Frankema dan Marks (2009), memfokuskan pada tiga :


 Rasio upah tenaga nonterampil terhadap GDP per pekerja, yang memberikan
informasi tentang tingkat perolehan relatif dari sebuah kategori besar pekerja
upahan non terampil Vis-à-vis gabungan pendapatan dari pekerja terampil dan
pemilik modal.
 Koefisien- Theil dari distribusi upah antar industri dalam sektor manufaktur.
Memingat besarnya ukuran variasi dalam ketrampilan relatif, modal, dan
intensitas-teknologi, distribusi upah sektor manufaktur memberikan titik terang
tentang kesenjangan perolehan relatif antara industri yang tipikal padat tenaga
kerja dan industri yang padat modal atau ketrampilan.
 Perkembangan ukuran relatif sektor informal perkotaan, yang diperkirakan
melalui besaran persentase mereka yang bekerja mandiri dalam total pekerjaan
non pertanian
Pendekatan suatu kebijakan yang
diambil
 Perkembangan besar saham upah tenaga bukan terampil di Indonesia
menunjukkan beberapa persamaan, namun juga terdapat perbedaan penting
dengan tiga negara patokan. Penurunan terjadi pada tahun 1970 – 1998 pada
saat terjadinya krisis ekonomi dan turunnya Soeharto sebagai presiden
Indonesia. Tetapi rasio itu tidak serendah negara Meksiko dan Brasil dan stabil
di sekitar 20 % sesudah masa krisis.
 Untuk menganalisis distribusi penghasilan di Indonesia yakni ukuran ini tidak
hanya memiliki kelebihan datanya secara komparatif terstandardisasi dengan
baik, dan dipercaya cenderung bisa menangkap pergerakan yang lebih luas
dari arah disparitas upah dalam ekonomi perkotaan.
 Perluasan sektor informal perkotaan. Banyak literatur telah menetapkan adanya
hubungan antara tingkat aset yang tinggi, kesenjangan pendapatan dan ledakan sektor
informal perkotaan pada paruh abad ke-20. Pada grafik 9.11 membandingkan besar
saham dari pekerja mandiri perkotaan di Indonesia dengan Brasil, Meksiko, dan AS.
Pada grafik itu besar saham pekerja mandiri di Indonesia sejak awal 1960-an sebanding
cukup baik dengan perkembangan di Brasil dan Meksiko.
Implikasi Kebijakan

 adanya kurang berani mensurvey statistik tentang keluarga pak soeharto


dengan tidak secara rill karena Soeharto melindungi orang orang kaya supaya
tidak di survey. Perpu juga dibuat bukan untuk melindungi rakyat melainka
melindungi pejabat pejabat atau keluarga cendana. Seharusnya survey tidak
harus memasuka data pada akhir tertentu sepertu hari raya dan akhir bulan
Ramadhan . seharusmya dimasukan setiapbulan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai