Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELOMPOK 1

( SHALAT MAKUTBAH )
D3 FARMASI
Nama Anggota Kelompok

ADELLIA NATASYA AMANDA ADELIA AULIA FADJRIN MONALISA RATU LIU


20484011033 HELMA ASHARI.K 20484011048
20484011038 20484011040
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa
diharapkan:
1. Mampu memahami pengertian shalat maktubah
2. Dapat memahami waktu disyariatkan ibadah shalat
3. Dapat mengetahui dalil-dalil shalat maktubah
4. Dapat mengetahui waktu-waktu shalat fardhu
Pendahuluan

Shalat menurut bahasa adalah do’a dalam hal kebaikan, sedangkan
menurut terminology, shalat adalah perbuatan dan perkataan yang dilakukan
secara khusus, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
dengan syarat-syarat tertentu. Ia disebut shalat karena ia menghubungkan
seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan manifestasi
penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah Swt. Dari sini, maka shalat
dapat menjadi media permohonan pertolongan dalam menyingkirkan segala
bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan Hidupnya.
Pengertian Sholat
Makutbah
Shalat Maktubah adalah shalat-shalat yang difardhukan atas tiap-tiap muslim
yang mukallaf, yaitu: Shubuh, Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya. Shalat-shalat ini
mulai disyari’atkan pada malam diisyra’kannya Rasulullah Saw ke Baitul Maqdis,
kemudian dimi’rajkan ke langit. Disana Allah telah mewajibkan atas Nabi-Nya dan
seluruh kaum muslimin 50 shalat sehari semalam. Sebenarnya dengan shalat itu
kita sedang melakukan instropeksi. Di samping instropeksi, shalat juga berfungsi
sebagai sarana untuk memotivasi setiap langkah hidup kita, sekaligus alat bagi kita
untuk mencegah perbuatan yang tidak benar.
Hal ini sangat ditekankan sekali oleh Allah Swt, sehingga shalat ini dicanangkan
sebagai perintah yang sangat penting sekali. Shalat juga merupakan ibadah yang
sempurna. Andaikata ada tukang foto dunia yang mengabadikan orang Islam
ketika shalat, maka akan kelihatan sekali kekompakannya. Rukunnya sama,
sujudnya sama, bacaan dan seluruh rukunnya semua sama. Tak ada sedikitpun
yang berbeda.
Unsur kesamaan itu apabila kita jabarkan dalam dunia kerja, maka tidak ada
pekerjaan yang berat apabila dikerjakan secara berjamaah atau gotong-royong.
Waktu Diisyaratkan Ibadah Shalat
Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
para shahabat sudah melakukan ibadah shalat. Hanya saja
ibadah shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang
ini. Barulah pada malam mi`raj disyariatkan shalat 5 kali dalam sehari
semalam yang asalnya 50 kali.
Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa shalat
disyariatkan pada malam mi’raj, namun bukan 5 tahun sebelum hijrah,
melainkan pada tanggal 17 Ramadhan 1,5 tahun sebelum hijrah nabi.
Dalil - Dalil Shalat

Shalat diwajibkan dengan dalil yang qath`i dari AlQuran, As-Sunnah dan
Ijma’ umat Islam sepanjang zaman. Sebab semua dalil yang ada
menunjukkan kewajiban shalat secara mutlak untuk semua orang yang
mengaku beragama Islam yang sudah akil baligh. Dan boleh dipukul bila
masih tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh.
1.. Dalil dari Al-Quran
Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran Al-Kareim

‫ين ٱلْقَ ِي ّ َم ِة‬


ُ ‫ٱلصل َٰو َة َوي ُ ْؤتُوا۟ ٱل َّزك َٰو َة ۚ َو َٰذلِ َك ِد‬ ُ ‫ٓاء َويُ ِق‬
َّ ‫يمو ۟ا‬ َ َ‫ين ُحنَف‬ ّ ِ ‫ين ل َُه‬
َ ‫ٱلد‬ َ ‫خلِ ِص‬
ْ ‫ُم‬

Arab-Latin: Wa mā umirū illā liya'budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa


yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah

Terjemahnya:
"...Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus."(QS. AlBayyinah : 5).
2.. Dalil dari As-Sunnah
Dalam sunnah Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada banyak sekali perintah shalat
sebagai dalil yang kuat dan qath`i tentang kewajiban shalat. Diantaranya adalah hadits-hadits
berikut ini yang artinya :

“Dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,"Islam didirikan di atas lima hal. Sahadat bahwa tiada tuhan
kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat,
pelaksanaan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah bila mampu".
(HR. Bukhari dan Muslim).
3.. Dalil dari Ijma`
Seluruh umat Islam sejak zaman nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
hingga hari ini telah bersepakat atas adanya kewajiban shalat dalam
agama Islam. Lima kali dalam sehari semalam. Dengan adanya dalil
dari Quran, sunnah dan ijma`di atas, maka lengkaplah dalil kewajiban
shalat bagi seorang muslim. Maka mengingkari kewajiban shalat
termasuk keyakianan yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan
bisa divonis kafir bila meninggalkan shalat dengan meyakini tidak
adanya kewajiban shalat.
Hukum Orang yang meninggalkan Shalat

Ulama sepakat bahwa seorang muslim yang sudah akil baligh bila
meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya adalah kafir dan murtad
dari agama Islam, sehingga halal darahnya. Pihak pemerintah Islam melalui
mahkamah syar`iyah berhak memvonis mati orang yang murtad karena
mengingkari kewajiban shalat.

Namun bila seseorang tidak shalat karena malas atau lalai, sementara dalam
keyakinannya masih ada pendirian bahwa shalat itu adalah ibadah yang wajib
dilakukan, maka dia adalah fasik dan pelaku maksiat.
Secara duniawi, hukuman seorang muslim yang tidak mau
mengerjakan shalat menurut para ulama antara lain:

1. Al-Hanafiyah
Menurut kalangan Al-Hanafiyah, orang muslim yang tidak mau mengerjakan
shalat hukumannya di dunia ini adalah dipenjara atau dipukul dengan keras hingga
keluar darahnya. Hingga dia merasa kapok dan mau mengerjakan shalat. Bila tidak
mau juga, maka dibiarkan terus di dalam penjara hingga mati.

2. Ulama lainnya
Ulama lainnya mengatakan bahwa bila ada seorang muslim yang malas tidak
mau mengerjakan shalat tanpa ‘udzur syar`i, maka dia dituntun untuk bertobat
dengan masa waktu tiga hari.
3. Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyah
Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyah mengatakan kebolehan untuk dibunuhnya itu
karena dasar hudud , bukan karena pelakunya kafir. Kondisinya sama dengan
seorang muslim yang berzina, mencuri, membunuh dan sejenisnya. Sehingga
jasadnya pun tetap harus dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan Islam Jumhur
ulama sepakat bahwa muslim yang tidak mengerjakan shalat bukan karena jahd ,
tidak dianggap orang kafir.
Dasarnya adalah firman Allah Swt:

َ ‫ٓاء ۚ َو َمن يُ ْش ِر ْك ِبٱلل َّ ِه َفقَ ِد ٱ ْفتَ َر ٰىٓ ِإثْ ًما‬


ً ‫ع ِظ‬
‫يما‬ َ ‫ِإ َّن ٱلل َّ َه ل َا يَ ْغ ِف ُر أَن يُ ْش َر َك ِب ِهۦ َويَ ْغ ِف ُر َما ُد‬
ُ ‫ون َٰذلِ َكلِ َمن يَ َش‬
Arab-Latin: Innallāha lā yagfiru ay yusyraka bihī wa yagfiru mā dụna żālika limay
yasyā`, wa may yusyrik billāhi fa qadiftarā iṡman 'aẓīmā

Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (QS. An-Nisa : 48).
Shalat dalam berbagai kondisi :
Shalat lima waktu adalah kewajiban/fardhu `ain bagi setiap muslim dan
muslimah. Allah telah menentukan waktuwaktunya. Sebagaimana Allah Swt
juga telah memberikan rukhsah
keringanan bagi musafir atau orang sakit dalam pelaksanaannya. Namun
rukhsah (keringanan) yang Allah berikan tidak berarti boleh dikerjakan
sesukanya.
Tayammum misalnya, baru boleh dikerjakan bila memang tidak
didapat air setelah berusaha mencarinya. Namun dalam kondisi berada di
tengah peradaban atau kota, tidak bisa dikatakan bahwa dia boleh
bertayammum.
Melaksanakan shalat tidak harus di masjid atau mushalla, tetapi sebuah
tempat yang bersih di mana saja asal bisa melakukan shalat. Bisa terminal,
emper toko, halaman, trotoar dan sebagainya. Karena kelebihan umat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dijadikan bumi ini sebagai
masjid, dimana pun kamu harus shalat maka shalatlah di mana pun di muka
bumi. Yang penting sudah punya wudhu.
Alternatif kedua seperti yang dilakukan oleh banyak orang, kita bisa
menunda waktu pulang hingga maghrib tiba lalu tunaikan shalat maghrib di
tempat kerja. Setelah itu barulah pulang ke rumah. Konon bila pulang di atas
Mahgrib, kemacetan jalan sudah mulai berkurang. Sedangkan shalat Isya`
cukup dilakukan nanti di rumah karena waktu masih panjang.
Waktu - waktu sholat fardhu
1. Salat Zuhur. Awal waktunya setelah condong matahari ke barat dari
pertengahan langit dan akhir waktunya apabila bayang-bayang telah sama
panjangnya dengan sesuatu.
2. Waktu ‘Ashar. Waktunya mulai dari habis waktu Zuhur, sampai terbenam
matahari.
Waktu Maghrib. Waktunya dari terbenam matahari, sampai terbenam syafaq
yang merah (cahaya merah di kaki langit sebelah barat)
Salat ‘Isya. Waktu ‘Isya dari hilangnya syafaq merah sampai terbit fajar
shadiq, (Rasulullah Saw kerap kali mengakhirkan ‘Isya hingga sepertiga
malam)
Waktu Subuh. Waktunya dari terbit fajar shadiq sampai terbit matahari.
Kesimpulan Materi
A. shalat adalah perbuatan dan B. Shalat sunnah adalah C. Shalat Maktubah adalah
perkataan yang dilakukan (juga biasa disebut shalat-shalat yang
secara khusus,yang dimulai shalat tathawwu’, difardhukan atas tiap-tiap
dengan takbir dan diakhiri shalat nafilah atau muslim yang mukallaf,
dengan salam, dengan syarat- nawafil) adalah shalat- yaitu: Shubuh, Zhuhur,
syarat tertentu. Ia disebut shalat di luar kelima ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya.
shalat karena shalat fardhu yang Shalat-shalat ini mulai
iamenghubungkan seorang wajib dikerjakan disyari’atkan pada malam
hamba kepada penciptanya, dalam sehari semalam diisyra’kannya Rasulullah
dan shalat merupakan Saw ke Baitul Maqdis,
manifestasi penghambaan dan kemudian dimi’rajkan ke
kebutuhan diri kepada Allah langit. Disana Allah telah
Swt. mewajibkan atas Nabi-Nya
dan seluruh kaum muslimin
50 shalat sehari semalam.
D.Shalat lima waktu adalah E.Dalil - dalil sholat F.Tentang Waktu Shalat dalam
kewajiban/fardhu `ain bagi makutbah = Dalil Kitab-kitab Fiqih = Shalat
setiap muslim dan muslimah. dari Al-Quran , Fajar (Shubuh) , Shalat
Allah telah menentukan Dalil dari As- Zhuhur , Shalat Ashar ,
waktuwaktunya. Sunnah , Dalil dari Shalat Magrib , Shalat Isya.
Sebagaimana Allah Swt juga Ijma`
telah memberikan
rukhsah/keringanan bagi
musafir atau orang sakit
dalam pelaksanaannya
Sebelum shalat lima waktu
yang wajib disyariatkan,
sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
dan para shahabat sudah
melakukan ibadah shalat

Anda mungkin juga menyukai