Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA PASIEN
TYPOID
KELOMPOK 1.
Pengertian typoid

■ Demam Typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut


yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran. (Nursalam, 2005 ; 152 dan Suriadi,
2006 ; 254)
Etiologi

■ Penyebab demam tifoid adalah infeksi bakteri Salmonella typhi yang


merupakan kelompok bakteri gram negative , motil dan tidak
menghasilkan spora. Tumbuh dan berkembang biak dengan sangat baik
sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit
serta dapat mati pada suhu 70o C. Bakteri ini memiliki makromolekuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel
dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh
plasmid factor-R yang berkaitan dengan resitensi terhadap multiple
antibiotic.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit tifoid
■ 1. Faktor Host
■ 2. Faktor Agent
■ 3. Faktor Agent
Tanda dan Gejala

■ Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.
■ Anoreksia
■ Rasa malas
■ Sakit kepala bagian depan
■ Nyeri otot
■ Lidah kotor
■ Gangguan perut (Haryono, 2012 dalam Soedarto, 2009).
■ Gambaran klasik demam typhoid (Gejala Khas)
Minggu Pertama (awal infeksi)
■ Demam tinggi lebih dari 40ºC, nadi lemah bersifat dikrotik, denyut nadi
80-100 per menit.
Minggu Kedua
■ Suhu badan tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak
kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limfa
teraba.
Minggu Ketiga
■ Keadaan penderita membaik jika suhu menurun, gejala dan keluhan
berkurang.
■ Selain itu tekanan perut meningkat. Terjadi meteorismus dan timpani,
disertai nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps akhirnya
meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi miokardial toksik.
Minggu Keempat
■ Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami penyembuhan
Patofisioligi

■ Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan


oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang
ada di dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat
masuk ke usus halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus
(lakpeyer) dan jaringan limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi
masuk melalui folikel limfa ke saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik
sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang sistem
retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang, kemudian
selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf
pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Curtis, 2006 dalam Muttaqin & Sari, 2011)
Komplikasi
Komplikasi Intestinal
A. Perdarahan Usus
B. Perforasi Usus

Komplikasi Ekstraintestinal
A. Komplikasi kardiovaskuler
B. Komplikasi darah
C. Komplikasi paru
D. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis
F. Komplikasi ginjal
G. Komplikasi tulang
H. Komplikasi neuropsikiatrik
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

■ Rekomendasi:
Pemeriksaan penunjang demam tifoid dan interpretasinya
■ Kultur
■ Pemeriksaan PCR
■ Pemeriksaan serologis
1. Pemeriksaan serologis test cepat/ rapid test
2. Pemeriksaan Widal
3. Pemeriksaan hematologi
STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
■ Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
3. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake caira
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Hipertermia
Penyebab :
■ Dehidrasi
■ Terpapar lingkungan panas
■ Proses penyakit
■ Ketidak sesuaian dengan suhu lingkungan
■ Peningktan laju metabolisme
■ Aktivitas berlebih
■ Penggunaan inkubatorIntervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan ■ Sediakan lingkungan ■ Hindari pemberian
yang dingin antipiretik atau aspirin
MANAJEMEN
HIPERTERMIA ■ Longgarkan atau ■ Batasi oksigen, jika perlu
lepaskan pakaian
1. Observasi 3. Edukasi
■ Basahi dan kipasi
■ Monitor suhu tubuh permukaan tubuh ■ Anjurkan tirah baring
■ Monitor kadar elektrolit ■ Berikan cairan oral 4. Kolaborasi
■ Monitor keluaran urine ■ Ganti linen setiap hari ■ Kolaborasi cairan dan
atau lebih sering jika elektrolit intravena, jika
2. Terapeutik perlu
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
■ Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
■ REGULASI TEMPERATUR ■ Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
1. Observasi
3. Edukasi
■ Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi ■ Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
■ Monitor warna dan suhu kulit
■ Jelaskan cara N pencegahan hipotermi
■ Monitor dan catat  tanda dan gejala karena terpapar udara dingin
hipotermia dan hipertermia
4. Kolaborasi
2. Terapeutik
■ Kolaborasi pemberian antipiretik jika
■ Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi perlu
yang adekuat
Defisit Nutrisi

Penyebab :
■ Ketidakmampuan menelan makanan
■ Ketidakmampuan mencerna makanan
■ Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
■ Peningkatan kebutuhan metabolism
■ Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
■ Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
Intervensi Keperawatan ■ Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
MANAJEMEN NUTRISI 3. Edukasi
1. Observasi ■ Anjurkan posisi duduk, jika
2. Terapeutik mampu
■ Identifikasi status nutrisi
■ Lakukan oral hygiene ■ Ajarkan diet yang
■ Identifikasi alergi dan sebelum makan, jika perlu diprogramkan
intoleransi makanan
■ Fasilitasi menentukan 4. Kolaborasi
■ Identifikasi makanan yang pedoman diet (mis.
disukai Piramida makanan) ■ Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
■ Identifikasi kebutuhan ■ Sajikan makanan secara (mis. Pereda nyeri,
kalori dan jenis nutrient menarik dan suhu yang antiemetik), jika perlu
■ Monitor asupan makanan sesuai
■ Kolaborasi dengan ahli gizi
■ Monitor berat badan ■ Berikan makan tinggi serat untuk menentukan jumlah
untuk mencegah konstipasi kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
■ Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
■ Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hipovolemia

Penyebab :
■ Kehilangan cairan aktif
■ Kegagalan mekanisme regulasi
■ Peningkatan permeabilitas kapiler
■ Kekurangan intake cairan
■ Evaporasi
Intervensi Keperawatan ■ Berikan posisi modified 4. Kolaborasi
trendelenburg
MANAJEMEN HIPOVOL ■ Kolaborasi pemberian
EMIA ■ Berikan asupan cairan cairan IV issotonis (mis.
oral cairan NaCl, RL)
1. Observasi
3. Edukasi ■ Kolaborasi pemberian
■ Periksa tanda dan gejala cairan IV hipotonis (mis.
hipovolemia (mis. ■ Anjurkan memperbanyak glukosa 2,5%, NaCl
frekuensi nadi asupan cairan oral 0,4%)
meningkat, nadi teraba ■ Anjurkan menghindari
lemah, tekanan darah ■ Kolaborasi pemberian
perubahan posisi cairan koloid (mis.
menurun, tekanan nadi mendadak
menyempit,turgor kulit albumin, plasmanate)
menurun, membrane ■ Kolaborasi pemberian
mukosa kering, volume produk darah
urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus dan lemah)
■ Monitor intake dan
output cairan
PEMANATAUAN CAIRA ■ Monitor elastisitas atau turgor 2. Terapeutik
N kulit
■ Atur interval waktu
1. Observasi ■ Monitor jumlah, waktu dan pemantauan sesuai dengan
berat jenis urine kondisi pasien
■ Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi ■ Monitor kadar albumin dan ■ Dokumentasi hasil
protein total pemantauan
■ Monitor frekuensi nafas
■ Monitor hasil pemeriksaan 3. Edukasi
■ Monitor tekanan darah serum (mis. Osmolaritas
serum, hematocrit, natrium, ■ Jelaskan tujuan dan prosedur
■ Monitor berat badan kalium, BUN) pemantauan
■ Monitor waktu pengisian ■ Identifikasi tanda-tanda  ■ Informasikan hasil
kapiler hipovolemia (mis. Frekuensi pemantauan, jika perlu.
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat,
Nyeri Akut

Penyebab :
■ Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
■ Agen pencedra kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
■ Agen pencidra fisik (mis. Abses, trauma, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat,prosedur operasi,trauma, latihan fisik berlebihan
Intervensi Keperawatan ■ Monitor keberhasilan terapi ■ Jelaskan penyebab, periode,
komplementer yang sudah dan pemicu nyeri
MANAJEMEN NYERI diberikan
■ Jelaskan strategi meredakan
1. Observasi ■ Monitor efek samping nyeri
penggunaan analgetik
■ Lokasi, karakteristik, durasi, ■ Anjurkan memonitor nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas 2. Terapeutik secara mandiri
nyeri
■ Berikan teknik ■ Anjurkan menggunakan
■ Identifikasi skala nyeri nonfarmakologis untuk analgetik secara tepat
mengurangi rasa nyeri (mis.
■ Identifikasi respon nyeri non TENS, hypnosis, akupresur, ■ Ajarkan teknik
verbal terapi musik, biofeedback, nonfarmakologis untuk
terapi pijat, aroma terapi, mengurangi rasa nyeri
■ Identifikasi faktor yang
memperberat dan teknik imajinasi terbimbing, 4. Kolaborasi
memperingan nyeri kompres hangat/dingin, terapi
bermain) ■ Kolaborasi pemberian
■ Identifikasi pengetahuan dan analgetik, jika perlu
keyakinan tentang nyeri ■ Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
■ Identifikasi pengaruh budaya Suhu ruangan, pencahayaan,
terhadap respon nyeri kebisingan)
■ Fasilitasi istirahat dan tidur
PEMBERIAN 3. Edukasi
ANALGETIK
2. Terapeutik ■ Jelaskan efek terapi dan
1. Observasi efek samping obat
■ Diskusikan jenis
■ Identifikasi karakteristik analgesik yang disukai 4. Kolaborasi
nyeri (mis. Pencetus, untuk mencapai analgesia
pereda, kualitas, lokasi, ■ Kolaborasi pemberian
optimal, jika perlu
intensitas, frekuensi, dosis dan jenis analgesik,
durasi) ■ Pertimbangkan sesuai indikasi
penggunaan infus
■ Identifikasi riwayat alergi kontinu, atau bolus
obat opioid untuk
mempertahankan kadar
■ Monitor tanda-tanda vital
dalam serum
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic ■ Tetapkan target
efektifitas analgesic
■ Monitor efektifitas
untuk mengoptimalkan
analgesic
respon pasien
■ Dokumentasikan respon
Implementasi dari Jurnal

■ Implementasi hipertermia sesuai dengan intervensi keperawatan yang


sudah direncanakan. Berdasarkan data diatas, Pasien 1 dan 2 dilakukan
implementasi keperawatan seperti, Monitor TTV mencakup suhu, nadi
respirasi, rate, dan tekanan darah, memberikan kompres hangat, dan
menganjurkan untuk menggunakan pakain tipis, pada kolaborasi dengan
tim medis klien 1 dan klien 2 mendapat antibiotikdan anti piretik. Yang
berbeda hanya di pemantauan nadi karena nadi pasien 2 dalam batas
normal.
■ Implementasi untuk Defisit Nutrisi memberikan implementasi sesuai
dengan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan. Berdasarkan
data diatas, baik pasien 1 dan 2 dilakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan keadaan kedua pasien dalam bentuk tindakan mandiri
maupun kolaborasi. Pada pasien 1 dan 2 dari 9 intervensi yang telah
direncanakan seluruhnya dilakukan dalam bentuk tindakan. Pada pasien 1
hasil yang didapatkan yaitu dapat menghabiskan 1 porsi makan pada hari
ketiga dan pasien 2 hanya menghabiskan 1 sendok makan.
■ Imlementasi Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake caira
memberikan implementasi sesuai dengan intervensi Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan kondisi pasien.
■ Implementasi nyeri akut memberikan implementasi sesuai dengan intervensi
keperawatan yang sudah direncanakan yaitu pemberian tindakan non
farmakologi hanya pada nyeri ringan sampai dengan sedang menyertai terapi
farmakologis, Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)

Anda mungkin juga menyukai