Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

“Kebutuhan Dasar Dalam Berpakaian”

Disusun oleh:

Reggy Satrio Putro

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

BEKASI 2021
1. Definisi
Kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhnnya guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya (Sulastri, 2012). Menurut Herdman (2012), Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas
perawatan diri untuk diri sendiri; mandi; berpakaian dan berhias untuk diri
sendiri aktifitas makan sendiri; dan aktifitas eliminasi sendiri. Herdman (2012)
membagi Defisit perawatan diri menjadi 4 kegiatan; mandi, berpakaian/berhias,
makan, dan toileting.

Menurut Sutejo, (2016) Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang


mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan Pasien untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi.

2. Tujuan
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia salah satunya defisit perawatan
diri: berpakaian.

3. Fisiologi

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri


Kehilangan fungsi tubuh,
kurangnya motifasi

Pohon Masalah Defisit perawatan diri (Sutejo, 2017).


4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
 Faktor predisposisi
- Biologis: penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri dan faktor herediter.
- Psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Kemampuan realitas turun, pasien gangguan jiwa yang kemampuan
realitas kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
- Sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri.
 Faktor presipitasi

Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri adalah


penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, yang
di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.Sedangkan menurut Potter dan Perry (di dalam
buku Sutejo 2016), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene yaitu:
- Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersiahan
diri. Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu
untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
- Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan keperawatan
diri yang penting seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo. Selain itu,
hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan
tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial yang diperaktikan oleh kelompok
sosial pasien.
- Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik keperawatan diri.
- Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik keperawatan yang berbeda pula.
- Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan keadaan
fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan
diri.
5. Masalah yang ditemukan

- Ketidakmampuan mengancing pakaian

- Ketidakmampuan mendapatkan pakaian

- Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian

- Ketidakmampuan mengenakan sepatu

- Ketidakmampuan mengenakan kaus kaki

- Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian

- Ketidakmampuan melepas sepatu

- Ketidakmampuan melepas kaus kaki

- Hambatan memilih pakaian

- Hambatan mempertahanakan penampilan yang memuaskan,

- Hambatan mengambil pakain

- Hambatan mengenakan pakaian pada bagia tubuh bawah


- Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas

- Hambatan memasang sepatu

- Hambatan memasang kaus kaki

- Hambatan melepaskan pakaian

- Hamabatan melepas sepatu

- Hamabatan melepas kaus kaki

- Hambatan mengunakan alat bantu

- Hambatan menggunakan resleting.

6. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Defisit perawatan diri dapat dinilai dari pertanyaan pasien tentang kebersihan
diri, berdandan dan berpakaian dan didukung dengan data hasil observasi.
 Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
- Malas mandi
- Tidak mau menyisir rambut
- Tidak mau menggosok gigi
- Tidak mau memotong kuku
- Tidak mau berhias/berdandan
- Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
- Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar.

 Data objektif
- Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak mampu
berdandan memilih, mengambil dan memakai pakaian, memakai sendal,
sepatu, tidak pandai memakai resleting, memakai barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, melepas barang-barang yang perlu dalam
berpakaian.
II. Diagnosa Keperawatan
 Defisit perawatan diri
III. Intervensi Keperawatan
Observasi Terapeutik Edukasi
Identifikasi usia dan - Sediakan pakaian pada - Informasikam pakaian
budaya dalam tempat yang mudah yang tersedia untuk
membantu berpakaian dijangkau dipilih, jika perlu
dan berhias - Ajarkan
- Sediakan pakaian
mengenakan pakaian
pribadi, sesuai
kebutuhan

- Fasilitasi mengenakan
pakaian jika perlu

- Fasilitasi berhias (mis,


menyisir rambut
merapihkan
kumis/jenggot

- Jaga privasi selama


berpakaian

- Tawarkan untuk
laundry, jika perlu

- Berikan pujian terhadap


kemampuan berpakaian
secara mandiri.

IV. Implementasi Keperawatan


Proses implementasi adalah melaksanakan rencana tindakan yang sudah disusun
dan disesuaikan dengan kondisi saat itu. Pelaksanaan tindakan keperawatan bisa
lebih dari apa yang telah direncanakan atau lebih sedikit dari apa yang sudah
direncanakan bahkan mampu memodifikasi dari perencanaan yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan pada saat asuhan diberikan.
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan
intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit meningkat,
mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental (Damaiyanti,
2012).
V. Evaluasi
 Evaluasi kemampuan pasien Defisit perawatan diri berhasil apabila pasien
dapat:
- Mandi, memcuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku dengan
benar.
- Mengganti pakaian dengan bersih
- Membereskan pakaian kotor
- Berdandan dengan benar

 Evaluasi kemampuan keluarga Defisit perawatan diri berhasil apabila


keluarga dapat:
- Mengenal msalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda
dan gejala, dan proses terjadinya Defisit perawatan diri)
- Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien.

7. Daftar Pustaka
Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai