Anda di halaman 1dari 9

I.

Masalah Utama
Defisit Perawatan diri
II. Proses terjadinya masalah:
a. Pengertian

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat. Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhnnya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (Prabowo, Eko. 2014).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau


menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri; mandi; berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri aktifitas makan sendiri; dan aktifitas eliminasi sendiri. Defisit perawatan
diri menjadi 4 kegiatan; mandi, berpakaian/berhias, makan, dan toileting ( Herman &
Kamitsuru, 2014). Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan Pasien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defist Perawatan
Diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada Pasien gangguan jiwa. (Sutejo, 2018)

b. Tanda dan gejala


a) Fisik: Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor disertai mulut bau dan penampilan tidak rapi.
b) Psikologis: Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial: Interaksi kurang, kegiataan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara
makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018), antara lain:
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1) Menolak melakukan perawatan diri 1) Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri
2) Minat melakukan perawatan diri kurang

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) (Tidak tersedia)

c. Penyebab masalah

1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d) Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri., faktor-faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b) Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik


dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes melitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
d. Akibat masalah
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene ialah;
a) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi
adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencinti, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

III. A. Pohon Masalah

(Effect) Isolasi Sosial

(Core Problem)
Defisit Perawatan Diri

(Causa) Harga Diri Rendah Kronis

(Sumber: Herman & Kamitsuru. (2014). Diagnosa Keperawatan)

A. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Data Subjektif Data Objektif
Defist perawatan diri: mandi - Pasien mengatakan Badan bau, kotor, berdaki,
malas mandi rambut rontok, gigi rontok,
- Pasien mengatakan kuku panjang, tidak
tidak mau menyisir menggunakan alat-alat
rambut mandi, tidak mandi dengan
- Pasien mengatakan benar
tidak mau menggosok
gigi
- Pasien mengatakan
tidak mau memotong
kuku
- Pasien mengatakan
tidak bisa/tidak mau
menggunakan alat
mandi/kebersihan diri
- Pasien mengatakan
tidak mengetahui cara
perawatan diri yang
benar
Defist perawatan diri: - Pasien mengatakan Rambut kusut, berantakan,
berpakaian tidak mau kumis dan jenggot tidak
berhias/berdandan, rapi, tidak mampu
- Pasien mengatakan berdandan memilih,
tidak mengetahui cara mengambil dan memakai
perawatan diri yang pakaian, memakai sendal,
benar sepatu, tidak pandai
memakai resleting,
memakai barang-barang
yang perlu dalam
berpakaian, melepas
barang-barang yang perlu
dalam berpakaian
Defist perawatan diri: - Pasien mengatakan tidak Makan dan minum
makan/minum menggunakan alat makan sembarangan, berceceran,
dan minum saat makan tidak menggunakan alat
dan minum makan, tidak
- Pasien mengatakan tidak mampu(menyiapkan
mengetahui cara makanan, memindahkan
perawatan diri yang makanan ke alat makan,
benar memegang alat makan,
membawa makanan dari
piring ke mulut,
mengunyah, menelan
makanan secara aman,
menyelesaikan makanan).
Defist perawatan diri: - Pasien mengatakan BAB dan BAK tidak ada
elminasi BAB dan BAK tempatnya, tidak
sembarangan membersihkan diri setelah
- Pasien mengatakan BAB dan BAK, Tidak
tidak membersihkan mampu (menjaga
diri dan tempat BAB kebersihan toilet, menyiran
dan BAK setelah BAB toilet).
dan BAK
- Pasien mengatakan
tidak mengetahui cara
perawatan diri yang
benar

IV. Daftar diagnosa keperawatan


1. Defisit Perawatan Diri (D. 0109)
V. Rencana tindakan keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah 1x pertemuan, SP I
- Melakukan pasien dapat - Identifikasi kebersihan diri, berdandan,
kebersihan diri menjelaskan pentingnya: makan, dan BAB/BAK
secara mandiri - Kebersihan diri - Jelaskan pentingnya kebersihan diri
- Melakukan - Berdandan / berhias - Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
berhias / - Makan - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
berdandan - BAB / BAK
secara baik - Dan mampu
- Melakukan melakukan cara
makan dengan merawat diri
baik
- Melakukan BAB / Setelah 2x pertemuan SP 2
BAK secara pasien dapat - Evaluasi SP1
mandiri - Pasien mampu - Jelaskan pentingnya berdandan
melakukan kegiatan - Latih cara berdandan
SP 2 - Untuk pasien laki-laki meliputi cara :
- Pasien mampu - Berpakaian
melakukan kegiatan - Menyisir rambut
SP 2 dengan baik - Bercukur
- Untuk pasien perempuan
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- Berhias
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

SP 3
- Evaluasi kegiatan SP1 dan 2
- Jelaskan cara dan alat makan yang benar
- Jelaskan cara mempersiapkan makan
- Jelaskan cara merapihkan peralatan
makan setelah makan
- Praktek makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik
- Latih kegiatan makan
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan pasien yang lalu
(SP1,2&3)
- Latih cara BAB & BAK yang baik
Setelah 3x pertemuan - Menjelaskan tempat BAB/BAK yang
pasien dapat: sesuai
- Melakukan SP 1, - Menjelaskan cara membersihkan diri
2 setelah BAB/ BAK
- Melakukan
kegiatan di SP 3

Keluarga mampu : Setelah 1x pertemuan SP 1


Merawat anggota keluarga mampu - Identifikasi masalah keluarga dalam
keluarga yang meneruskan melatih merawat pasien dengan masalah
mengalami masalah pasien dan mendukung kebersihan diri, berdandan, makan,
kurang perawatan agar kemampuan pasien BAB/BAK
diri dalam perawatan dirinya - Jelaskan defisit perawatan diri
meningkat - Jelaskan cara merawat kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat pasien
Setelah 2x pertemuan SP 2
keluarga mampu melatih - Evaluasi SP 1
SP1 dan terus - Latih keluarga merawat langsung ke
meneruskan melatih pasien, kebersihan diri dan berdandan
pasien - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 3
Setelah 3x pertemuan - Evaluasi kemampuan SP 2
- Latih keluarga merawat langsung ke
pasien cara makan
- RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien

SP 4
keluarga mampu melatih
- Evaluasi kemampuan keluarga
kegiatan sebelumnya
- Evaluasi kemampuan pasien
- RTL Keluarga :
- Follow Up
- Rujukan
Setelah 4x pertemuan
VI. Daftar Pustaka
Herman & Kamitsuru. (2014). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi NANDA.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai