Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

29 November – 4 Desember 2021

Oleh:
Desty Ria Safithri, S.Kep
NIM. 2030913320071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

29 November – 4 Desember 2021

Oleh:
Desty Ria Safithri, S.Kep
NIM. 2030913320071

Banjarbaru, November 2021


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Norhayah, S.Kep.,Ns


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19820508 200012 2 002
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri (Depkes, 2000 dalam Direja, 2011).

Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. Defisit
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa.
Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).

Defisit perawatan diri pada klien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting (BAB/BAK) secara mandiri
(Keliat, 2011).

B. Etiologi
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013),
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
menderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
1. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Kuku panjang dan kotor.
 Gigi kotor disertai mulut bau.
 Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif.
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
 Interaksi kurang.
 Kegiataan kurang.
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
 Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :


1. Data subyektif
 Pasien merasa lemah.
 Malas untuk beraktivitas.
 Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
 Rambut kotor, acak-acakan.
 Badan dan pakaian kotor dan bau.
 Mulut dan gigi bau.
 Kulit kusam dan kotor.
 Kuku panjang dan tidak terawat.

D. Klasifikasi
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit perawatan diri
terdiri dari:
1. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air bersih, mengatur suhu, atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
2. Berpakaian dan berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil potongan
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tahap memuaskan, dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien tidak memiliki kemampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menggunakan perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, dan memasukkan makanan ke dalam
mulut.
4. Toiletting
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi
pakaian untuk toiletting dan membersihkan badan setelah toiletting.
E. Rentang Respon
Dermawan (2013) menyatakan bahwa rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :

Adaptif Maladaptif

Pola Perawatan Diri Seimbang Kadang Perawatan Diri Tidak Melakukan

Perawatan Diri

1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan
klien,pengamatan langsung dan pemeriksaan. Setelah pengkajian dilakukan
makaditemukan beberapa tanda dan gejala adanya gangguan defisit perawatan
diri yaitu (Fitria, 2010):
a) Gangguan kebersihan diri (mandi)
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, mempertahankan penampilan
pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan
sepatu.
c) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, mengambil
cangkir atau gelas.
d) BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar atau kamar kecil, duduk atau bangkit
dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena
stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa
mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus
atau merawat dirinya baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, BAB dan BAK.

2. Pohon Masalah

Kerusakan Integritas Kulit (Akibat)

Defisit Perawatan Diri (Masalah)

Isolasi Sosial (Penyebab)

3. Diagnosa Keperawatan
a) Defisit Perawatan Diri
b) Isolasi Sosial
c) Resiko Kerusakan Integritas Kulit

4. Rencana Tindakan

SP Pasien SP Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi masalah perawatan diri, 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
berdandan, makan dan minum serta keluarga dalam merawat pasien
BAB/ BAK 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri serta proses terjadinya Defisit
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri Perawatan Diri. (gunakan booklet)
4. Latih cara menjaga kebersihan diri : 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci Defisit Perawatan Diri
rambut, dan potong kuku. 4. Latih dua cara merawat : kebrsihan
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk diri dan berdandan
latihan mandi, sikat gigi, (2 kali per 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
hari), cuci rambut (2 kali per minggu) jadwal dan memberikan pujian.
potong kuku (satu kali per minggu).
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian. merawat / melatih pasien kebersihan
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan diri. Beri pujian.
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan 2. Latih dua (yang lain) cara merawat :
diri : sisiran, rias muka untuk wanita, makan dan minum, BAB dan BAK
sisiran, cukuran untuk pria 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk jadwal dan memberikan pujian.
kebersihan diri dan berdandan.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan. Beri pujian. meraeat / melatih pasien kebersihan
2. Jelaskan cara dan alat makan minum diri dan berdandan. Beri pujian
3. Latih cara makan dan minum yang baik 2. Bimbing keluarga merawat
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan, makan
latihan kebersihan diri, berdandan, dan minum pasien
makan dan minum yang baik. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan, makan dan minum . Beri merawat / melatih pasien kebersihan
pujian diri, berdandan, makan dan minum.
2. Jelaskan cara eliminiasi / toileting yang Beri pujian
baik 2. Bimbing keluarga merawat BAB dan
3. Latih eliminasi dan toileting yang baik BAK pasien.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM,
latihan kebersihan diri, berdandan, tanda kambuh dan rujukan.
makan dan minum serta BAK & BAB 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian

Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5


1. Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawat /
: kebersihan diri, berdandan, makan dan melatih pasien dalam perawatan diri :
minum, BAB dan BAK. Beri pujian kebersihan diri, berdandan, makan da
2. Latih kegiatan harian minum dan BAB dan BAK, beri
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri pujian
4. Nilai apakah perawatan diri telah baik 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ / PKM
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta, Gosyan Publishing.

Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis keperawatan
jiwa berat. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, BA dan Akemat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai