Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar: Praktik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:

Refi Ista’shama

4002160052

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA

BANDUNG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI


A. Definisi
[CITATION THH12 \l 1033 ] mendefinisi defisit perawatan diri sebagai
suatu gangguan didalam melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri,
berhias, makan, toileting). Sedangkanperawatan diri merupakan salah satu
kemampuan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
Defiit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi. Defiit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat [ CITATION AhY15 \l 1033 ].
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan,
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keeprawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
[ CITATION Ade111 \l 1033 ]

B. Tanda dan Gejala (data subjektif dan data objektif)


Berikut ini tanda dan gejala yang muncul pada deficit perawatan diri:
1. Data Subjektif
Menurut [ CITATION Nur16 \l 1033 ] pasien mengatakan tentang :
a. Malas mandi
b. Tidak mau menyisir rambut
c. Tidak mau menggosok gigi
d. Tidak mau memotong kuku
e. Tidak mau berhias/ berdandan
f. Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri
g. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan
minum
h. BAB dan BAK sembarangan
i. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah
BAB dan BAK
j. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

2. Data Objektif
a. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
b. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak
menyisir rambut, atau mencukur kumis.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan
membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya
beberapa suap makanan dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan
defekasi atau berkemih tanpa bantuan [ CITATION AhY15 \l 1033 ].

C. Klasifikasi
Menurut Nanda (2012) dalam [ CITATION Dam12 \l 1033 ], jenis perawatan
diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

D. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak


diri seimbang tidak seimbang melakukan
perawatan diri

Gambar 1. Rentang respon deficit perawatan diri Sumber: [ CITATION


Dam12 \l 1033 ]

Keterangan :
1. Pola perawatn diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pla perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan stressor
E. Faktor Predisposisi (Biologis, psikologis dan social)
1. Biologis
Seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik
dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
2. Psikologis
Factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal
ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu
sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa
mengalamai deficit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
kurang sehingga menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan
lingkungannya termasuk perawatan diri.

3. Sosial
Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam perawatan diri [ CITATION Nur16 \l 1033 ].

4. Faktor Presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar, 2012).

5. Mekanisme Koping
Menurut [ CITATION Dam12 \l 1033 ] Mekanisme koping berdasarkan
penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif


Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut [ CITATION AhY15 \l 1033 ] kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air besar [BAB] atau
buang air kecil [BAK]) secara mandiri.

III. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


1. Status mental :
a. Penampilan
- Penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian
tidak seperti biasanya
2. Kebutuhan sehari-hari :
a. Makan :
- Observasi dan tanyakan tentang : frekuensi, jumlah, variasi, macam
suka/tidak suka/pantang dan cara makan
- Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat
makan
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK
- Pergi, menggunakan dan membersihkan WC
- Membersihkan diri dan merapikan pakaian
c. Mandi
- Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
cuci rambut, guting kuku, cukur (kumis, jenggt dan rambut)
- Observasi kebersihan tubuh dan bau badan
d. Berpakaian
- Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian dan alas kaki
- Observasi penampilan dandanan klien
- Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian
- Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien : mengambil, memilih, dan
mengenakan pakaian

IV. MASALAH KEPERAWATAN


1. Defisit perawatan diri.
2. Harga diri rendah.
3. Resiko tinggi isolasi sosial.

V. ANALISA DATA

No. Symptom Dx

DS: Defisit perawatan diri


Klien mengatakan malas mandi,tidak
mengetahui cara merawat diri,
mengatakan belum mandi.

DO :
Pasien rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan
1.
kotor.Rambut acak-acakan,tidak disisir,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, makan dan minum
diambilkan oleh keluarga, makan
berceceran, dan tidak pada tempatnya.
Tidak menyiram dan membersihkan diri
setelah BAB dan BAK

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Defiit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK/BAB
VII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PERENCANAAN
No
Diagnose
. Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi Rasional
1. Kurang Pasien manpu: Setelah ….. SP. 1 SP. 1
perawatan diri 1. Melakukan pertemuan pasien 1. Identifikasi 1. Menggali masalah yang
kebersihan diri dapat menjelaskan - Kebersihan diri dialami oleh pasien
secara mandiri pentingnya: - Berdandan 2. Agar pasien mengerti
2. Melakukan 1. Kebersihan diri - Makan tenteng pentingny merawat
berhias/berdanda 2. Berdandan/berhi - BAB/BAK diri
n secara abik as 2. Menjelaskan 3. Agar pasien mengerti
3. Melakukan 3. Makan pentingnya kebersihan bagaimana cara
makan dengan 4. BAB/BAK diri membersihkan diri berserta
baik 5. Dan mampu 3. Jelasakan alat dan cara peralata yang digunakannya.
4. Melakukan BAB melakukan cara kebersihan diri 4. Agar rutinitas pasien
dan BAK secara merawat diri 4. Masukan dalam jadwal terjadwal
baik harian pasien
SP. 2 SP. 2
1. Evaluasi kegiatan pada 1. Melihat bagaimana hasil
yang lalu (SP. 1) dari asuhan keperawatan
2. Menjelasakan sebelumnya
pentingnya berdandan 2. Agar pasien mampu dan
latih cara berbandan mengerti pentingnya
- Untuk pasien laki- berdandan
laki meliputi cara: 3. Agar rutinitas pasien
 Berbpakaian terjadwal
 Menyisir rambut
 Bercukur
- Untuk pasien
perempuan meliputi
cara:
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Berhias
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP. 3 SP. 3
1. Evaluasi kegiatan pada 3. Melihat bagaimana hasil
yang lalu (SP. 1 dan asuhan keperawatan
SP. 2) sebelumnya
2. Jelsakan cara dan alat 4. Agar pasien bisa makan
makan yang benar mandiri dan tau bagaiuana
- Jelaskan cara cara menggunakan peralatan
mempersiapkan makan
makan 5. Menerapakan cara makan
- Jelaskan cara dan penggunaan alat makan
merapihkan yang telah diajarkan
peralat makan 6. Agar rutinitas pasien
setelah makan terjadwal
- Praktikan makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik
3. Latih kegiatan
makan
4. Masukan kedalam
jadwal keseharian
pasien

SP. 4 SP. 4
1. Evaluasi kegiatan pada 1. melihat bagaimana hasil
yang lalu (SP. 1,2 dan dari asuhan keperawatan
3) sebelumnya
2. Melatih cara BAB dan 2. Agar pasien mengetahhui
BAK yang benar cara BAB dan BAK yang
- Menjelaskan temat benar serta mampu
BAB dan BAK yang menerapakannnya secara
sesuai mandiri
- Menjelasakan cara 3. Agar jadwal kegiatan pasien
membersihnkan diri tertata
setelah BAB dan
BAK
3. jadwal kegiatan pasien

Keluarga mampu: Setelah …. SP. 1 SP. 1


Merawat anggota Pertemuan keluarga 1. Identifikasi masalah 1. Mengidentifikasi masalah
keluarga yang mampu meneruskan keluarga dalam keluarga dalam merawat
mengalami masalah melatih pasien dan merawat pasien dengan pasien
kurang perwatan diri mendukung agar masalah: 2. Menjelasakan masalah
kemampuan pasien - Kebersihan diri deficit perawatan diri
dalam perawatan - Berdandan yang dialami oleh pasien
dirinya meningkat - Makan 3. Agar keluarga mampu
- BAB dan BAK melakuan perawatan pada
2. Jelaskan deficit pasien
perawtan diri 4. Agar keluarga mampu
3. Jelasakan tentang merawat pasien
cara merawat: 5. Agar RTL keluarga/
- Kebersihan diri jadwal merawat pasien
- Berdandan terjadwal
- Makan
- BAB dan BAK
4. Latih (stimulasi)
cara merawat
5. RTL keluarga/
jadwal merawat
pasien
SP. 2
1. Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 1)
2. Latih keluarga merawat
langsung pasien
3. Kebersihan diri dan
berdandan
4. RTL keluarga/ jadwal
kelarga untuk merawat
pasien
SP. 3 SP. 3
1. Evaluasi
1. Agar keluarga dapat
kemampuan
mengingat kembali apa saja
keluarga (SP. 1 dan yang sudah diajarkan
2) dipertemuan sebelumnya
2. Latih keluarga 2. Agar keluarga lebih paham
merawat langsung dalam mengajarkan klien
pasien cara makan cara makan yang baik dan
3. RTL keluarga/ benar
jadwal keluarga 3. Agar keluarga dapat
untuk merawat melakukan perawatan diri
pasien pada klien secara teratur

SP. 4 SP. 4
1. Evaluasi 1. Agar keluarga dapat
kemampuan mengingat kembali apa saja
keluarga (SP. 1, 2 yang sudah diajarkan
dan 3) dipertemuan sebelumnya
2. Evaluasi 2. Untuk mengetahui
kemampuan pasien perkembangan klien dalam
3. RTL kelaurga/ perawatan dirinya yang
jadwal keluarga sudah diajarkan oleh
dalam merawat keluarga
pasien 3. Agar keluarga dapat
- Follow up melakukan perawatan diri
- Rujukan pada klien secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.

Herdman, T. H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition and


Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.

Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurhalimah, S. M. (2016). Modul Cetak Bahan Ajar: Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan Kemenkes.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawat Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai