Anda di halaman 1dari 26

ILMU PENYAKIT UMUM

Pokok Bahasan

1. Keadaan Kesehatan Bayi dan Balita di


Indonesia
2. Upaya Menurunkan Angka Kematian dan
Kesakitan Bayi dan Balita di Indonesia
3. Obat-Obat Alternatif yang dapat
digunakan dalam Kebidanan
4. Patofisiologi dan Cara Penanganan
Berbagai Gangguan Sistem Tubuh
2 Upaya Menurunkan Angka Kematian &
Kesakitan Bayi dan Balita di Indonesia
Laporan SDKI 2017

AKB merupakan indikator yang mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dan


kualitas hidup masyarakat suatu negara.

Sejak 2015 lalu, dunia mulai bekerja keras ke arah agenda pemgembangan global yang
baru, yaitu Suistainable Development Goals (SDGs). Ini bertujuan untuk menurunkan AKB
sekurang-kurangnya 12/1.000 kelahiran hidup pada 2030.

Menurut WHO secara global kematian bayi pada 2015 mencapai 4,5 juta atau 75% dari
seluruh kematian pada periode usia di bawah 5 tahun (The UN Inter-agency Group for
Child Mortality Estimation, 2015).

Perlu diketahui bahwa 99% kematian bayi secara global terjadi di negara yang sedang
berkembang, dan 25-45% kematian tersebut terjadi 24 jam pertama setelah lahir
(Siddhartha Gogia dan Harshpal Singh Sachdev, 2010).
Laporan SDKI 2017

Kematian neonatal di desa/kelurahan per tahun


sebanyak 83.447, di Puskesmas kematian neonatal per
tahun sebanyak 9.825, di rumah sakit per tahun
sebanayak 2.868.

Sementara penyebab kematian neonatal tertinggi


disebabkan oleh komplikasi kejadian intraparum
tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan
kardiovaskular 21.3%, BBLR dan premature 19%,
kelhiran kongenital 14, 8%, akibat tetanus neonatorum
1,2%, infeksi 7.3% dan akibat lainnya 8.2%.
Laporan SDKI 2017

Dari tahun ke tahun AKB mengalami penurunan


signifikan. Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran
hidup pada 1991, hingga 24 kematian per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2017.

Hampir seluruh Puskesmas telah melaksanakan


kelas ibu hamil :
• 96,1% ibu hamil pernah mendapatkan ANC
sekali selama kehamilan,
• 86 % ibu hamil periksa sekali sewaktu trimester
I,
• 74,1% ibu hamil periksa sesuai standar,
• 86 % Persalinan di faskes.
Laporan SDKI 2017

Tanah Air masih merupakan 1 dari 10 negara yang jadi


fokus kampanye Every Child Alive 2018 UNICEF.

Sebanyak sembilan negara lain yang jadi fokus adalah


Bangladesh, Etiopia, Guinea-Bissau, India, Malawi, Mali,
Nigeria, Pakistan dan Republik Persatuan Tanzania.
Negara-negara ini terpilih lantaran mereka lah sumber
lebih dari setengah kematian bayi baru lahir di dunia.

https://www.unicef.org/every-child-alive
Angka Kematian Bayi 2019

Menurunnya AKB di
Data PBB - AKB di
Indonesia pada 2019 Indonesia banyak
adalah 21,12. dipengaruhi oleh :
Angka ini menurun dari - meningkatnya penyediaan
catatan pada tahun faskes di berbagai daerah.
sebelumyna, - menurunnya penyakit
2018, AKB = 21,86
infeksi
2017, AKAB = 22,62.
- meluasnya
cakupan imunisasi pada
bayi.
Angka Kematian Bayi 2019

AKB di Indonesia masih tergolong tinggi


dibanding negara Asia Tenggara lainnya.
Pada 2019, negara Asia Tenggara dengan
angka kematian bayi paling rendah adalah
Singapura (2,26), disusul Malaysia (6,65),
Thailand (7,80), Brunei Darussalam (9,83), dan
Vietnam (16,50).
TANTANGAN
1. Penyebab kematian pada anak.

SKRT 1995 -- ISPA, komplikasi perinatal, dan diare -- 75 %


kematian bayi.

Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak


berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab
perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit
saraf.
2. Kesehatan neonatal dan maternal

Tingginya kematian anak pada usia hingga


satu tahun, yaitu sepertiganya terjadi dalam
satu bulan pertama setelah kelahiran dan
sekitar 80 persen kematian neonatal ini
terjadi pada minggu pertama.

Rendahnya akses dan kualitas faskes ibu


dan anak.

Perilaku ibu hamil dan keluarga serta


masyarakat yang bersifat negatif.
3. Perubahan Perilaku

 PHBS
 Mencari Yankes
 Akses -----> Mutu MTBS,
 Sanitasi,
 Pengendalian penyakit
menular,
 Gizi yang cukup.
4. Variasi Antardaerah

Memperkecil kesenjangan antara


perkotaan dan pedesaan dan
kesenjangan antarprovinsi dan
kabupaten/kota.

Intervensi golongan miskin dan


kelompok rentan di pedesaan dan
wilayah terpencil.

Daerah tertentu dengan angka kematian


yang tinggi di perkotaan, terutama pada
kematian neonatal.
5. Sinkronisasi dan Koordinasi

Sinkronisasi dan koordinasi


program-program antarinstansi
dan antara pemerintah dan
swasta dan lembaga swadaya
yang melibatkan peran aktif
masyarakat perlu ditingkatkan.
6. Perlindungan dan Pelayanan Kesehatan

Perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi


bayi dan balita dari keluarga miskin.

AKB pada penduduk termiskin pada 1995


hampir dua kali lebih tinggi daripada penduduk
terkaya. Walaupun perbedaan ini mengecil, AKB
pada 2001 untuk penduduk miskin masih 1,5 kali
lebih tinggi dibanding penduduk terkaya.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia, yaitu


sekitar 37,34 juta jiwa (2003), -- merupakan
tantangan berat yang masih harus dihadapi.
7. Desentralisasi Kesehatan

Penerapan desentralisasi kesehatan


sejak 2001 menjadi tantangan yang
cukup berat bagi upaya penurunan
kematian bayi dan balita.

Masih belum jelasnya penjabaran


tugas dan wewenang antara
pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten merupakan kendala yang
perlu diatasi.
PROGRAM DAN KEBIJAKAN
Beberapa langkah yang dilakukan, antara lain:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kebersihan dan sanitas di tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat.
- Menyediakan air bersih
- Memberantas penyakit menular
- Meningkatkan cakupan imunisasi
- Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk
pelayanan kontrasepsi dan ibu
- Menanggulangi gizi buruk
- Promosi pemberian ASI ekslusif
- Pemantauan pertumbuhan bayi melalui fasilitas kesehatan.
Program Pembangunan Nasional

Selama ini upaya penurunan angka


kematian bayi dan balita merupakan salah
satu prioritas dalam pembangunan
kesehatan.

Dalam dokumen Propenas 2000–2004,


upaya-upaya ini termaktub dalam tiga
program kesehatan nasional, yaitu
Program Lingkungan Sehat, Perilaku
Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat;
Program Upaya Kesehatan; serta
Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
Strategi dan Usaha

 Penyediaan air bersih,


 meningkatkan perilaku hidup
sehat,
 kepedulian terhadap
kelangsungan dan perkembangan
dini anak;
 pemberantasan penyakit menular,
 meningkatkan cakupan imunisasi
 meningkatkan pelayanan
kesehatan reproduksi
Jaring Pengaman Sosial

Pelayanan kesehatan dasar dan


rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi untuk
keluarga miskin, serta bantuan
pembangunan sarana kesehatan.
Peraturan perundangan

UU No. 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak, kesempatan anak
Indonesia untuk hidup sehat, tumbuh, dan
berkembang secara optimal menjadi
semakin terbuka.

Dalam undang-undang itu dinyatakan


bahwa setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental
spiritual, dan sosial.
Program Nasional bagi Anak Indonesia

Program Nasional Bagi Anak Indonesia


(PNBAI) :
Strategi nasional bagi upaya penurunan
kematian bayi dan balita adalah
pemberdayaan keluarga, pemberdayan
masyarakat, meningkatkan kerja sama
dan kordinasi lintas sektor, dan
meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan anak yang komprehensif dan
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai