Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK III

SYOK HEMORAGI
DEFINISI
Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other
Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan
disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang
sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).
Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke adalah suatu keadaan
yang timbul karena terjadi gangguan perdarahan di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian.
Faktor-faktor yg mempengaruhi
Menurut Muttaqin (2008; 129), ada beberapa faktor risiko stroke hemoragik,
yaitu.
1. Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi
yang menekan dinding arteri sampai pecah.
2. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.
3. Peningkatan hemotokrik meningkatkan risiko infark serebral.
4. Kontasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi).
5. Konsumsi alkohol.
6. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
payudara, kulit, dan tiroid.
7. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih
besar.
8. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
9. Overdosis narkoba, seperti kokain.
Etiologi
Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke hemoragik
umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan
intracranial dengan gejala peningkatan tekana darah
systole > 200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg
pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan,
sianosis, dan pernafasan mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu :
 Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.

 Pecahnya pembuluh darah di otak karena

kerapuhan pembuluh darah otak.


 Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
Patofisiologi
 Gangguan pasokan aliran darah otak dapat
terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke
jaringan otak terputus selama 15-20 menit
maka akan terjadi infark atau kematian
jaringan.
Manifestasi klinis
 Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
 Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
 Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
 Kesulitan menelan.
 Kesulitan menulis atau membaca.
 Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk,
atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
 Kehilangan koordinasi.
 Kehilangan keseimbangan.
 Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
 Mual atau muntah.
 Kejang.
 Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal
atau kesemutan.
 Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut Batticaca (2008; 60), Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat dilakukan
adalah :
 Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa
gas darah, biokimia darah, elektolit.
 CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga untuk

memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.


 Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah sistem

arteri karotis ) .
 Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan atau obstruksi arteri.


 MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang mengalami infark,

hemoragik ).
 EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

 Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah

yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosit serebral ; klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subarachnoid.
komplikasih
Menurut Batticaca (2008; 60)
 Gangguan otak yang berat.

 Kematian bila tidak dapat mengontrol respons

pernafasan atau kardiovaskular.


Penatalaksaan klinis
( Sylvia dan Lorraine, 2006 ). Penatalaksanaan penderita dengan stroke hemoragik adalah
sebagai berikut :
 Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
 Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan.
 Tanda – tanda vital diusahakan stabil.
 Bed rest.
 Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.
 Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu kateterisasi.
 Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonok.
 Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK.
 Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. apabila kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
 Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat neuroprotektor,
antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic, antihipertensi, dan tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.
Konsep keperawatan
 Pengkajian
 Diagnosa
 Intervensi
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai