Anda di halaman 1dari 43

Latar belakang

• Utamakan keselamatan “ Safety first ‘telah


menjadi issue global termasuk juga pelayanan
yang diberikan kepada di rumah sakit. Lima
issue tersebut adalah keselamatan pasien,
keselamatan para pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan semua
peralatan rumah sakit , dan keselamatan
lingkungan.
• Patient safety atau Keselamatan pasien bukan suatu
pilihan, tetapi merupakan hak setiap pasien yang
mempercayakan dirinya dilayani oleh oleh tenaga
kesehatan yang ada di rumah sakit termasuk
perawat . Juga merupakan suatu system dimana
rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien
agar merasa lebih aman. System tersebut meliputi
assessment resiko, identifikasi hal hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden
• Keselamatan pasien ( Patient Safety ) merupakan salah
satu dimensi mutu yang saat ini menjadi pusat perhatian
para praktisi pelayanan kesehatan dalam skala nasional
maupun global. Hal ini tercermin dengan diangkatnya
patient safety sebagai isu utama pada konferensi
International Society for Quality in Health care (ISQua)
yang diselenggarakan di kota Vancouver Canada pada
bulan ontober 2005, sementara di Indonesia patient
safety juga merupakan salah satu isu utama yang melatar
belakangi diberlakukannya UU No 29/2004 yang juga
mulai berlaku pada bulan tersebut.
• Ketepatan dalam pelayanan kesehatan ,
kecepatan , dan bebas dari bahaya dan
kesalahan merupakan tiga unsur utama dari
keselamatan pasien yang dapat terwujud
dengan adanya regulasi pelayanan kesehatan,
system informasi yang memadai, sumber daya
manusia kesehatan yang professional dan
pengelolaan sumber daya yang lain.
• Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia
dalam beberapa dekade terakhir tumbuh
demikian pesatnya, peningkatan tersebut juga
disertai dengan peningkatan rerata tingkat ilmu
pengetahuan dan sosial ekonomi masyarakat.
Perubahan faktor faktor tersebut secara tidak
langsung akan meningkatkan needs dan
demands masyarakat dalam mencari layanan
kesehatan yang bermutu, aman dan terjangkau.
• Dalam menyikapi perubahan perubahan tersebut
diperlukan kesiapan yang baik dari seluruh tenaga
kesehatan termasuk perawat serta semua unit pendukung
di tatanan pelayanan kesehatan. Bentuk respon yang tidak
siap, tidak sigap dan tidak adekuat dapat berpotensi
menimbulkan berbagai macam permasalahan sebagai
akibat kelalaian dalam upaya penanganan yang akhirnya
akan berujung pada munculnya adverse event
( peristiwa/kejadian yang merugikan pasien ).
•  
• Hasil dari riset terakhir yang dilaksanakan di USA ,
negara dengan teknologi kedokteran dan sistem
rekam medik yang jauh lebih maju dari Indonesia
mencatat, 1 diantara 200 pasien yang berobat ke
rumah sakit beresiko mendapatkan medical error,
bandingkan dengan resiko akibat human error dalam
bidang penerbangan yang hanya 1 berbanding
2.000.000. Publikasi dari institute of medicine seperti
yang sudah dikemukakan sebelumnya menyebutkan
bahwa di USA setiap tahunnya
• sekitar 48.000 hingga 98.000 pasien meninggal dunia akibat
medical error serta menyebabkan cidera lebih dari 1 juta pasien
pertahun. Angka tersebut sangat mencengangkan bila
dibandingkan dengan angka kematian akibat AIDS ( 16.500
orang/tahun ). Masih di USA sekitar seperempat pasien ICU
yang tergolong sakit gawat dan terpaksa menggunakan
ventilator seringkali mengalami Ventilator associated
pneumonia ( VAP ). Penelitian lain mengenai adverse event
dilakukan oleh The Harvard Medical Practice melibatkan lebih
30.000 pasien yang dipilih secara random dari 51 rumah sakit di
new York, menyimpulkan terjadi adverse event pada 3,7 %
pasien rawat inap,
• yang akhirnya memerlukan perpanjangan lama hari
rawat atau menimbulkan kecacatan pasien pasca
perawatan. Analisis lebih lanjut dari riset diatas
menunjukkan bahwa lebih dari 58 % adverse event
tersebut sebenarnya dapat dicegah dan 27,6 % terjadi
akibat kelalaian rumah sakit atau klinik. Pada follow up
yang berikutnya menunjukkan bahwa sebagian kecacatan
akibat adverse event tersebut pulih dalam waktu tidak
lebih dari 6 bulan, namun 13,65% diantaranya akhirnya
meninggal dan 2,65 % mengalami kecacatan permanen.
• WHO mengemukakan bahwa sehubungan
dengan kejadian tidak diharapkan di rumah
sakit di berbagai Negara menunjukkan 3 – 16
% adalah jumlah yang tidak kecil . Angka ini
bisa meningkat karena belum terdata dan
terlaporkan dengan baik Diperkirakan bahwa
setiap saat lebih dari 1,4 juta orang diseluruh
dunia menderita infeksi yang diperoleh di
rumah sakit.
• Memang kasus kecelakaan yang terjadi pada pasien bisa
terjadi di Negara manapun. Di beberapa Negara
berkembang termasuk Indonesia, angka kesalahan
menangani pasien diperkirakan lebih tinggi. Tidak heran
jika kemudian WHO menegaskan pentingnya
keselamatan pasien. . Patient safety sendiri merupakan
proses pelayanan rumah sakit secara lebih aman
termasuk assessment risiko, identifikasi terhadap pasien,
pelaporan analisis insiden serta menerapkan solusi untuk
meminimalkan risiko terhadap kejadian yang tidak
diharapkan.
• Dari data data yang terungkap diatas, maka
kita sudah harus menyadari bahwa
keselamatan pasien merupakan suatu keadaan
yang sudah banyak terjadi. Pertanyaannya
sudahkah kita melakukan upaya upaya
pencegahan terhadap kejadian yang tidak
diharapkan tersebut. Tentu kita tidak bisa
menunggu sampai angka KTD tersebut
semakin meningkat.
• Beberapa institusi kemudian mulai mengembangkan upaya
upaya patient safety misalnya yang diawali oleh the Australian
Council on healthcare standars, di inggris mengawali konsep
Clinical governance melalui the national institute for clinical
Excellent. Di Indonesia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
dalam rangka mewujudkan RSCM bertaraf internasional telah
memiliki unit patient safety yang berfungsi untuk melakukan
analisis maping dari semua unit kerja yang terkait pasient
safety dimana perawat ikut terlibat dan sangat berperan .
Rumah sakit Palang Merah Indonesia di Bogor telah
mengimplementasikan program keselamatan pasien dengan
• 3 prinsip : benar apa yang akan dikerjakan, benar
tempatnya dan benar cara pelaksanaannya.
Kemudian Rumah sakit Hasan sadikin Bandung juga
telah menerapkan program keselamatan pasien
dengan janji layanan SIGAP ( 5 S : senyum ,sapa
,salam, sopan dan santun ,Inovasi dalam
berkarya,gelorakan semangat pelayanan prima,
Amanat menjaga keselamatan pasien dan peduli,
perhatian dan perasaan ), dan beberapa institusi lain
yang juga sudah mencoba menerapkan program ini.
• Sebagai tenaga keperawatan tidak ada pilihan lain kecuali belajar terus
sepanjang hayat, sebab tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan makin hari semakin
meningkat, karena masyarakat semakin kritis dan sadar akan haknya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang etik , bermutu tinggi.
•  
• Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan untuk melakukan
praktik keperawatan dengan mutu yang dapat dipertanggung jawabkan
secara professional atau yang memenuhi standar profesi. Praktik
keperawatan yang demikian itu hanya dapat dilaksanakan apabila perawat
telah dipersiapkan dalam pendidikan profesinya dengan sejumlah ilmu
pengetahuan yang didasari standar praktik , serta memperoleh berbagai
keterampilan teknis, keteramplan analisis serta keterampilan mengambil
keputusan.
• Menurut, Canadian Nurses association ( CNA, 2002 ), patient safety
bukan hanya issue yang dibiarkan berkembang, bukan hanya bagian
apa yang saya lakukan tetapi komitmen perawat terhadap kode etik
untuk menjaga keselamatan pasien, kompeten dan etis dalam
keperawatan, serta merupakan fundamental untuk melaksanakan
asuhan keperawatan dan tidak hanya tergantung dimana dia bekerja
misalnya di rumah sakit, puskesmas ataupun perawatan di rumah
.Sebagian besar kesalahan bukan hanya bersumber dari SDM saja
tetapi system organisasi yang tidak mendesain pencegahan dan
kesalahan tersebut seperti studi yang dilakukan di Amerika
menunjukkan 75 % kejadian yang merugikan adalah karena obat hal
ini disebabkan karena kelemahan system dan kesalahan yang
dilakukan antara lain staffing,
• Medical error merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pasien. Ruang
lingkupnya mulai dari kegagalan melaksanakan sepenuhnya suatu rencana
atau menggunakan rencana yang salah. Kesalahan juga terjadi karena
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Dalam perawatan pasien, fungsi perawat menjadi sangat penting bisa
dikatakan bahwa karena perawat bekerja 24 jam, maka tanggung jawab
terdepan dalam pengelolaan keselamatan pasien ada ditangan perawat.
Sehingga pelayanan keperawatan merupakan posisi kunci karena 24 jam
secara terus menerus berada di Rumah Sakit, dengan jumlah tenaga yang
relative paling besar dan melaksanakan kontak terlama dengan pasien
sehingga resiko membuat kesalahan juga besar, artinya perawat
mempunyai tanggung jawab yang cukup berat untuk mengkawal issu
patient safety saat ini.
• Patient safety dalam praktik paling sederhana dapat dilihat dari p kegiatan
yang dilaksanakan oleh perawat. Misalnya Apakah perawat sudah
memberikan obat kepada pasien dengan tepat ? Apakah perawat sudah
memberikan obat tepat waktu ? apakah perawat sudah memberikan sesuai
dosis yang tepat ?. kemudian perawat harus pula mengetahui apa
dampaknya jika terjadi keterlambatan pemberian obat kepada pasien.
• Kesalahan pemberian obat itu bisa dieliminir dengan memasang papan
nama pasien yang ter update setiap hari. Sehingga i memudahkan perawat
mengecek kebenaran identitas pasien saat memberikan obat. Kata kunci
untuk mengeliminir kesalahan perawat dalam bekerja, harus mengacu
pada ketentuan seperti yang tertera pada pasal 15 Kepmenkes 1239 /2001,
bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan harus sesuai dengan
standar profesi, Standar praktek, kode etik keperawatan Indonesia yang
ditetapkan oleh organisasi profesi.
• KENDALA
• Dari pengamatan selama ini respon dari berbagai institusi pelayanan, tentang
implementasi keselamatan pasien sangat positif ,hanya saja bukan berarti
tidak ada kendala.
• Kendala Pertama, disebabkan karena perbandingan rasio perawat dengan
pasien masih sangat kecil. Bagaimana mungkin mengutamakan keselamatan
pasien jika saat berdinas sore perawat hanya dua orang, tapi pasiennya 30
orang.
• Kedua, Saat ini belum semua perawat mempunyai standar kompetensi sesuai
ruangan dan lingkup tugasnya.
• Ketiga, Kepatuhan perawat terhadap Standar Operasional prosedur yang
merupakan landasan untuk bekerja. Diharapkan perawat memegang nilai
nilai moral etik karena dalam nilai itu ada kejujuran, keikhlasan dan
kecermatan.
Yang menjadi akar permasalahan dalam pelaksanaan
program ini adalah
• Permasalahan komunikasi
• Aliran informasi yang tidak adekuat
• Masalah manusia
• Issue yang berhubungan dengan pasien
• Transfer pengetahuan dalam organisasi
• Pola staffing/work flow
• Kesalahan teknis
• Kebijakan dan prosedur yang kurang adekuat
• , maka kewajiban perawat secara umum
• Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhi standar
• Melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan kompetensi
• Menjalin hubungan empati dengan pasien
• Mendokumentasikan secara lengkap
• Teliti, objektif dalam setiap melakukan kegiatan
• Memperbaharui data
• Mengikuti peraturan dan kebijakan institusi
• Peka terhadap terjadinya cedera yang merupakan kelalaian dalam
pemberian obat, darah, dekubitus, penggunaan restrain dan lain lain
•  
• Peran perawat dalam melaksanakan program patient
safety
• Dari pemaparan diatas maka sebagai profesi
keperawatan, apa yang menjadi kontribusi kita terhadap
patient safety. Kita semua sepakat bahwa mencegah itu
lebih baik daripada mengobati, sehingga pertanyaan yang
muncul dari diri kita sebagai profesi keperawatan adalah
bagaimana upaya yang harus kita lakukan agar jumlah
pasien yang mengalami kejadian tidak diharapkan akan
menurun dari tahun ketahun. Apa bentuk kontribusi agar
pasien terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan .
• upaya yang dapat kita lakukan :
• Pemantauan dan pembinaan tenaga keperawatan, agar
keselamatan pasien berkesinambungan , maka kemampuan
perawat terus menerus ditingkatkan. Peningkatan
kemampuan perawat yang menjadi pelaku penting dam
penerapan pasien safety melalui pelatihan kompetensi dasar
atau 12 basic nursing skill dan pelatihan kompetensi lanjutan

• Tatanan pelayanan kesehatan ( RS maupun puskesmas )
diharapkan memiliki unit patient safety untuk melakukan
analisis maping dari semua unit kerja terkait.
• Membentuk sebuah komunitas “ Patient safety forum “ yang
dilaksanakan pada hari hari tertentu untuk melaksanakan pelaporan
kasus sepekan dan brain storming penyelesaian masalah keselamatan
pasien yang ditemukan.
•  
• Menyusun daftar kompetensi perawat mulai dari jenjang karier
perawat klinik I sampai dengan perawat klinik V sesuai dengan ruang
tempat tugas /tempat kerja masing masing.
•  
• Upaya penataan system pendidikan keperawatan
• Pola pendidikan dikembangkan dan berorientasi kepada tuntutan dan
kebutuhan masyarakat serta perkembangan kesehatan terutama
• Upaya penataan system pendidikan keperawatan
• Pola pendidikan dikembangkan dan berorientasi kepada tuntutan dan
kebutuhan masyarakat serta perkembangan kesehatan terutama
pembangunan keperawatan professional dan perkembangan IPTEK
Keperawatan. Pendidikan keperawatan dibangun dan dibina agar
mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas atau kompeten.
Sebagai ilmuwan keperawatan ( nursing Scientist ) maupun sebagai
professional keperawatan (Nursing professional).Semua ini dapat
dicapai dengan mengintegrasikan kurikulum kedalam kurikulum
berbasis kompetensi. Tidak hanya sampai disitu tetapi setelah lulus
maka semua lulusan berkewajiban untuk mengikuti program
sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan terhadap kompetensi yang
dimiliki baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan
• Tenaga keperawatan diharapkan agar terus menerus
meningkatkan kemampuan profesi yang kita cintai ini.
Tantangan kita kedepan semakin besar dan semakin
membutuhkan kesediaan kita untuk melakukan kegiatan
kreatif dan inovatif. .
• Namun prinsip yang harus diperhatikan adalah tidak
mungkin perawat berusaha mengamankan keselamatan
pasien tetapi perawat sendiri lupa keselamatan dirinya

 
7 Tujuh langkah penerapan patient safety
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf untuk komit dan fokus pada
keselamatan pasien
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi terbuka dengan pasien dan
keluarga pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien
1. Membangun kesadaran akan nilai
keselamatan pasien

Rekayasa budaya Budaya


Oerganisasi keselamatan
pasien

 Assesment Budaya
 Bahan/materi pelatihan
 Identifikasi titik lemah
 Re asses budaya
2. Memimpin dan mendukung staf untuk
komit dan fokus pada keselamatan pasien
• Komunikasikan
• Pastikan dan lakukan selalu
• Komitmen dan leadership yang kuat
• Deklarasi
• Ronde keselamatan pasien
• Ketua tim – Campion
• Briefing debriefing
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan
resiko
• Patient care related risks
• Medical staff related risks
• Employes related risks
• Property related risks
• Financial risks
• Environmental risks
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko serta lakukan
identifikasi dan asesment hal yang potensial bermasalah

Penyusunan renstra manajemen resiko


4. Mengembangkan sistem pelaporan

• Pastikan dengan mudah staf anda melaporkan


kejadian
Non Blamini
Internal culture Eksternal

• Alur pelaporan
• Format pelaporan
• SOP pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi terbuka
dengan pasien dan keluarga
URGENSI

Kehendak pasien

Etik dan moral


Kembangkan cara
komunikasi terbuka dengan
Pengurangan biaya
hukum pasien dan keluarga pasien
Kepercayaan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien
Dorong staf untuk melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem
Keselamatan pasien

Pailure
mode &
effect
analysis Langkah
1. Penentuan topik
2.Membentuk tim
Redisign proses 3. Gambar alur proses
proaktif
antisipatif
4. Analisis Hazard Score
1. Prediktif 5. Terlaksana dan
pengukuran outcome
6(enam) goals sasaran patient safety

1. Identifikasi
2. Komunikasi efektif
3. Pemberian obat yang aman
4. Cegah salah pasien, salah posisi dan salah
tindakan/prosedur
5. Cegah infeksi
6. Cegah pasien jatuh
1. Identifikasi

Upaya membudayakan petugas


senantiasa memeriksa gelang
identitas setiap kali melakukan
pemberian obat,pengambilan
sampel darah,pengambilan foto
radiologis,pemberian tindakan dll
2. Komunikasi efektif
3. Pemberian obat yang aman
 Pembuatan daftar obat LASA
 Pembenahan penyimpanan pemberian obat
dan alkes
 Penerapan 5 benar pemberian obat
 Pembuatan cheklist penyiapan obat
 Pembuatan cheklist pemberian obat
4. Cegah salah pasien, salah posisi dan salah
tindakan/prosedur
• Pengecekan informed concent
• Pengecekan identitas pasien
• Penandaan area operasi
• Pelaksanaan time out
• Pengecekan hasil penunjang secara terus
menerus
5. Cegah infeksi
• Cuci tangan sesuai standar
• Cuci tangan pakai alkohol tiap kali akan
memeriksa 1 pasien
• Cuci tangan pakai sabun dan air tiap kali
selesai memeriksa 5 pasien
6. Cegah pasien jatuh
• Identifikasi pasien resiko jatuh : assesment
resiko jatuh cara Morse
• Melakukan intervensi untuk mengurangi
resiko jatuh
• Melakukan penyuluhan kepada pasien dan
keluarga
Skala pengkajian resiko jatuh
menurut Morse

Faktor resiko Skala Score


Hasil Standar
Riwayat jatuh Yes 25
No 0
Diagnosa sekunder Yes 15
No 0
Menggunakan alat Menyokong tongkat/alat
bantu penopang/Walker

Heparin

Gaya berjalan

Kesadaran

Jumlah score
7(tujuh) standard menilaipatient
safety
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai