Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU POST PARTUM


DENGAN KOMPLIKASI

By : Anita Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep


PERDARAHAN POST PARTUM
 Pengertian :
 Perdarahan post partum adalah perdarahan
dalam kala IV lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
 Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2
bagian:
 Perdarahan post partum primer (early post
partum hemorrhage) : yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir
 Perdarahan post partum sekunder (late post
partum hemorrhage) : yang terjadi setelah 24
jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari
postpartum
 Etiologi :
 Atonia uteri
 Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri
adalah :
 Umur : umur terlalu muda atau tua
 Paritas : sering dijumpai pada multipara dan
grande multipara
 Partus lama dan partus terlantar
 Uterus terlalu regang dan besar, misalnya :
pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
 Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri
 Faktor sosio ekonomi, yaitu malnutrisi
 Sisa plasenta dan selaput ketuban
 Penyakit darah
 Kelainan pembekuan darah misalnya
hipofibrinogenemia yang sering dijumpai
pada:
 Perdarahan banyak
 Solusio plasenta
 Kematian janin yang lama dalam
kandungan
 Pre-eklampsi dan eklampsi
 Infeksi, hepatitis dan septik syok
 Diagnosis :
 Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi
fundus uteri
 Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap
atau tidak
 Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
 Sisa plasenta dan ketuban
 Robekan rahim
 Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks,
vagina dan varises yang pecah
 Pemeriksaan laboratorium : periksa darah, Hb clot
observation test (COT) dan lain-lain.
 Penanganan :
 Atonia uterus. Obat-obatan oksitoksik diberikan
setelah kelahiran plasenta untuk mencegah atonia
uterus. Tinggi serta kekerasan fundus ditentukan;
jika uterus belum keras dan berkontraksi dengan
memadai, setelah pengeluaran paksa plasenta,
maka perlu dilakukan pengurutan fundus. Jika
terjadi perdarahan yang berlebihan, dokter bisa
melakukan kompresi uterus bimanual. Diberikan
oksigen melalui masker, dengan laju 6-10 L/mnt.
Kadar hematokrit, hemoglobin, masa tromboplastin
parsial dan protombrin, serta fibrinogen, dipantau.
Untuk penatalaksanaan atoni uterus bisa diberikan
Metilergonovin maleat (Methergine) IM dengan
segera.
 Fragmen plasenta yang tertahan. Inspeksi plasenta
terhadap setiap tanda terdapatnya kotiledon, atau
bagian membran yang diduga hilang,perlu dilakukan
eksplorasi uterus. Pemeriksaan sonografi bisa
dipertimbangkan untuk mencari bila ada fragmen yang
tertahan. Siapkan pemberian Methergine per IM / per
oral. Prostaglandine IM bisa digunakan untuk mencapai
suatu kontraksi yang cepat dan terus menerus.

 Laserasi. Laserasi pada traktus genetalia sebaiknya


dicurigai , ketika terjadi perdarahan yang berlangsung
lama, yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
Dilakukan pemeriksaan serviks yang dalam, untuk
menghentikan perdarahan.
 Hematoma. Hematoma terjadi karena kompresi yang
kuat disepanjang traktus genetalia, dan tampak
sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau
perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi
dengan es, analgesik, dan pemantauan yang terus
menerus. Biasanya hematoma ini diserap kembali
secara alami. Hematoma yang lebih besar atau
ukurannya meningkat perlu diinsisi dan didrainase
untuk mencapai hemostasis. Perdarahan pembuluh
diligasi (diikat). Jika diperlukan dapat dilakukan
penyumbatan dengan pembalut vagina untuk
mencapai hemostasis. Pembalut vagina yang terlalu
besar dapat membuat berkemih menjadi sulit, dan
sering dilakukan pemasangan kateter menetap, karena
tindakan insisi dan drainase bisa meningkatkan
kecenderungan ibu terinfeksi, perlu diberikan antibiotik
spektrum luas. Jika dibutuhkan, berikan transfusi darah
dan faktor-faktor pembekuan.
 Pengkajian Keperawatan :
 Kaji TD, frekuaensi nadi, dan pernapasan. Jika
ada perdarahan vagina, kaji TD, frekuensi nadi
dan pernapasan setiap 15 menit.
 Waspada hipotensi dan takikardia, yang dapat
menjadi tanda hipovolemia, disertai pula
takipnea, penurunan TD, pucat, sianosis, kulit
dingin dan lembab, serta tidak dapat
beristrirahat.
 Kaji keadaan fundus setelah kelahiran pervagina.
Uterus seharusnya keras, berada dibawah
umbilikus. Kontraksi fundus memadai ,
mengeyampingkan adanya atonia uterus.
 Kaji jumlah kehilangan darah / perdarahan per
vagina dan setiap penggumpalan darah yang
terlihat.
 Tehnik pengkajian : pengkajian visual; lakukan
penghitungan pembalut, pada waktu tertentu, atau
timbang pembalut perineum (1 mL darah beratnya 1
gr).
 Waspada terhadap kehilangan darah. Untuk
menentukan jumlah keluarnya darah, kaji tidak hanya
bagian dalam pembalut saja, tetapi juga bagian
bawah pembalut bila kemungkinan terdapat
genangan darah. Agar dapat melakukan hal ini,
anjurkan ibu untuk berbalik arah.
 Periksa area perineum dan bokong terhadap
perbahan warna, penonjolan, terdapat nyeri tekan.
Jika ibu masih dalam pemulihan anasthesi lokal,
penting untuk melakukan visualisasi
perineum/bokong. Palpasi untuk nyeri tekan dan
fluktuasi pada massa yang tampak jelas.
 Kaji tingkat nyeri ibu. Setelah efek anesthesi telah
menghilang, hematoma vagina dan vulva tetap ada,
dikaitkan dengan nyeri perineum atau kompresi pada
rektum
 Periksa area vagina atau rektum bila ada massa
yang menonjol. Tehnik pengkajian : posisikan ibu
miring, naikkan bagian atas bokong, lalu perintahkan
untuk mengedan.
 Waspada terhadap massa yang menonjol berwarna
keungu-unguan, yang bisa tampak jelas pada
saluran vagina, atau suatu massa yang lembut, yang
dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektum.
 Kaji distensi kandung kemih (mengganggu
keefektifan kontraksi uterus dan proses involusi)
 Kaji asupan dan haluaran setiap 8 jam
 Waspada terhadap keharusan untuk menjaga haluaran
urine agar tetap pada kisaran > 30 ml/jam, karena hal
ini mengindikasikan perfusi ginjal yang baik
 Kaji hasil laboratorium
 Waspada terhadap penurunan kadar hematokrit
(keluarnya darah sebanyak 500 ml, dapat direfleksikan
sebagai penurunan kadar hematokrit sebanyak 4 poin)
 Kaji respon koping ibu, tingkatkan pemahaman
keadaannya, serta keadaan emosional.
 Kaji kemampuan ibu untuk dapat merawat bayinya,
karena adanya keletihan yang berhubungan dengan
kehilangan darah. Juga kaji keberadaaan sistem
pendukung yang ada di rumah.
 Diagnosa Keperawatan :
 Defisit volume cairan b/d kehilangan darah
sekunder akibat atonia uterus, fragmen
plasenta yang tertahan, laserasi atau
pembentukan hematoma.
 Resiko infeksi b/d trauma dan perdarahan
 Intervensi Keperwatan:
 Pijat dengan lembut baggi uterus, sambil
menyokong segmen uterus bagain bawah.
 Pantau tipe dan jumlah perdarahan, serta
konsistensi uterus yang menyertai perdarahan.
 Berikan kompres es selama jam pertama setelah
kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami
hematoma vagina
 Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai
cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk
pemberian produk darah, jika diperlukan
 Berikan oksitoksik sesuai pesanan. Catat dengan
seksama respon kompresi uterus dan tekanan
darah, terhadap pengobatan.
 Pantau asupan dan haluaran cairan setiap
jam.
 Berikan oksigen melalui masker atau nasal
kanula, dengan laju 7-10 L/mnt, bila terdapat
tanda kegawatan napas
 Berikan pengobatan nyeri untuk mengatasi
ketidaknyamanan sesuai pesanan
 Sediakan bangku tidak bersandar atau
tempat duduk biasa, untuk digunakan saat
mandi bila ibu mengalami pusing atau
kelemahan.
 Evaluasi :
 Tanda perdarahan pasca partum telah dideteksi
dengan cepat dan diatasi secara efektif
 Pembentukan hematoma telah dideteksi dengan cepat
dan diatsi dengan berhasil
 Ketidaknyamanan ibu berkurang dengan efektif
 Ibu mampu mengidentifikasi perubahan yang tidak
normal, yang mungkin terjadi menyusul adanya rabas,
serta memahami pentingnya melapor pada perawat,
jika perubahan tersebut timbul
 Perlekatan hubungan ibu-bayi berhasil dipertahankan.
INFEKSI SALURAN
REPRODUKSI POSTPARTUM
Tipe/Penyebab Tanda/Gejala Pengobatan
Infeksi terlokalisir Demam tingkat Antibiotik oral,
dari genetalia rendah (<38,30C), melepaskan
eksterna :Episiotomi nyeri terlokalisir, jahitan untuk
atau laserasi yang edema, meningkatkan
membentuk sutura; kemerahan, rabas drainase,
area perineum, vulva, seropurulen. penggunaan kasa
vagina, atau insisi Berikutnya : saline untuk luka
abdomen yang perubahan warna agar lesi tetap
terinfeksi kulitmenjadi tidak terbuka, mandi
berwarna, syok, rendam duduk,
luka bisul, analgesik
temperatur tinggi,
dan menggigil
Tipe/Penyebab Tanda/Gejala Pengobatan
Endometritis Suhu mulai paling Antibiotik IV
(Metritis) :Infeksi rendah sampai (Sepalosporin atau
endometrium total 39,40C, menggigil, ampisilin), oksitoksik
dan sisi plasenta frekuensi nadi cepat, untuk menstimulasi
sakit kepala, sakit kontraksi dan
punggung, malaise, drainase lochea,
kram, uterus nyeri. posisi semi fowler
Rabas berwarna atau ambulasi untuk
gelap-coklat, jumlah meningkatkan
sedikit- banyak yang drainase, kultur darah
berbau busuk. Ibu dan lochea, dilatasi
sedang menglami dan kuretase untuk
infeksi - hemolitik, jaringan plasenta
lochea jumlah sedikit yang tertahan, hidrasi
dan tidak berbau
Tipe/Penyebab Tanda/Gejala Pengobatan
Parametritis Demam tinggi Antibiotik
(Selulitis yang khas (38,9- berspektrum luas
pelvik) : 400C), menggigil, (IV), hidrasi
Infeksi jaringan di nyeri tekan pada (hingga 2000
sekitar uterus abdomen pada ml/hari), transfusi
melalui sitem satu sisi atau darah untuk kadar
limfatik (sering keduanya, nyeri hemoglobin yang
mengikuti selama rendah, tirah
endometritis) pemeriksaan baring, analgesik.
pelvik, abses
pada vagina,
rektum dan
abdomen
 Pengkajian Keperawatan :
 Kaji TD, frekuensi nadi, dan pernapasan setiap
2-4 jam.
 Kaji suhu tubuh setiap 4 jam, kecuali kalau
nilainya meningkat pemantauan dilakukan
setiap 2 jam.
 Kaji tinggi fundus, tonus, dan sensasi. Catat
setiap ketidaknyamanan, atau nyeri
intensitasnya lebih tinggi dari yang dapat
diantisipasi, dan catat nyeri setelah melahirkan
yang berlangsung lama.
 Kaji perineum setiap 8 jam. Inspeksi perineum
perlu dilakukan dengan sumber cahaya yang
cukup. Tehnik pengkajian : suruh ibu berbaring
menyamping dengan ujung kaki sedikit
diangkat dan diarahkan ke depan. Setelah
mengenakan sarung tangan sekali pakai,
angkat bokong untuk memperlihatkan area
perineum dan rektum. Jika tidak terdapat lesi
pascaepisiotomi, maka kulit sekitar perineum
seharusnya tampak utuh. Kaji area episiotomi
atau laserasi yang membentuk sutura, bila
terdapat kemerahan, edema, ekimosis, rabas,
pinggir luka yang saling berdekatan (ujung kulit
bersama), serta nyeri tekan
 Kaji tipe, jumlah dan bau lochea
 Kaji hasil laboratorium apakah terdapat kadar
pasca partum dibawah normal, khususnya
jumlah sel darah putih.
 Kaji keadaan hidrasi
 Kaji terbentuknya abses
 Diagnosis Keperawatan :
 Resiko infeksi b/d kulit terbuka atau jaringan
yang terkena trauma
 Nyeri b/d adanya infeksi
 Gangguan proses menjadi orang tua b/d
kelemahan dan gejala infeksi lainnya pada ibu
 Intervensi Keperawatan :
 Pantau suhu tubuh setiap 4 jam dan
identifikasi kecenderungan terjadi peningkatan
 Pantau perubahan lochea, bila ada tanda
kegagalan involusio normal
 Ajarkan ibu tentang kebersihan daerah
perinium, seperti mencuci tangan sering setiap
mengganti pembalut, lakukan mandi rendam
duduk, dan perawatan perineum.
 Lakukan kultur lochea, luka dan urine (untuk
mencegah terjadinya infeksi saluran kemih
asimtomatik)
 Berikan obat antibiotik, oksitoksik dan
analgesik sesuai pesanan
 Bantu ibu yang menderita endometritis untuk
ambulasi dan berbaring pada posisi semi
fowler untuk memfasilitasi drainase lochea
 Jika terjadi parametritis, najurkan tirah baring
dan pertahankan cairan IV. Pantau asupan
dan haluran serta berat jebis urine
 Pertahankan interaksi ibu dan bayi. Bantu ibu
untuk menyeimbangkan kebutuhan
beristirahat, dengan kebutuhan untuk
meluangkan waktu bersama bayinya.
 Evaluasi :
 Infeksi dapat diidentifikasi dengan cepat dan
diterapi dengan berhasil, tanpa komplikasi
lebih lanjut
 Ibu memahami tentang infeksi dan tujuan
terapi ; ia tetap melanjutkan terapi antibiotik,
bila nantinya didapati pengeluaran rabas
 Kasih sayang ibu-anak dapat dipertahankan.
THANKS FOR
YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai