Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PENGHEMATAN

PAJAK MELALUI
PEMILIHAN BADAN
USAHA
(PERTANIAN, INDUSTRI
DAN REAL ESTATE)
Oleh :
1. ASEP PRANATA (C1C018025)
2. ILHAM ROFIANDA
RAMADHAN(C1C018067)
3. KIRANA EXCELSA (C1C018069)
4. ZELLYCIA ULVA AKBAR (C1C018094)
5. RITA RAHAYU (C1C018115)
Usaha Bidang
Pertanian
Pertimbangan yang perlu
diperhatikan
- Pertimbangan pengenaan
ng usaha pertanian meliputi: PPh
- Pertimbangan
Pertanian, perkebunan, dan pengenaan PPN
kehutanan
Peternakan, perburuan
atau penangkapan maupun
penangkaran
Perikanan baik dari
penangkapan maupun
budidaya
Pertimbangan Perlakuan PPh
Badan usaha industri/eksportir di bidang ini ditunjuk
sebagai pemungut PPh pasal 22 atas pembelian bahan-
bahan untuk keperluan industri atau untuk diekspor
dari pedagang pengumpul
Bagi pedagang pengumpul pertanian, pengenaan PPh-
nya diperlakukan sama seperti kegiatan perdaganagan
lain. Hanya saja atas penjualan barang pertanian ke
industri akan dipungut PPh pasal 22, yang merupakan
kredit pajak bagi pengumpul.

Pembebasan PPN atas BKP strategis pertanian


tertentu akan membuat harga komoditas pertanian ini
memiliki daya saing lebih dibandingkan produk
selain BKP strategis pertanian atau produk lainnya
Usaha Bidang
Industri
Wajib pajak industry perlu
mempertimbangkan
perlakuan perpajakan yang
diterapkan pada masing
kegiatan industry

, yaitu :
Pertimbangan PPh
Pertimbangan PPN
Pertimbangan Pengenaan PPh Bidang Industri
Kewajiban pemungutan seperti PPh pasal 22 hanya diwajibkan pada
industry tertentu :
N Industri Pemungutan PPh Sifatnya
Apabila Wajib Pajak mempunyai PKP
o sebesar 10% dari DPP dan tariff PPh 25% maka
. besarnya PPh terutang adalah 2,5% dari DPP.
Pemungutan PPh pasal 22 tidak finak jika
1 Industri 0,1% DPP Tidak Final
dikreditkan tetap masih kurang jika dibandingkan
. Kertas dengan yang akan terutang.

2 Industri Baja 0,3% DPP Tidak Final Namun demikian kalau pemungutan PPh
. pasal 22 tersebut bersifat final
3 Industri 0,25% DPP Final
maka PPh tersebut tidak bias dikreditkan
dan bukan merupakan biaya, sedangkan terhadap
. Semen penghasilan distributor tetap masih terutang.
4 Industri 0,45% DPP Tidak Final
. Otomotif
Pertimbangan Pengenaan PPN Bidang Industri

Pengenaan PPN Produk


industry dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
- Dasar pengenaan dan tarifnya
- Cara pelunasan No. Industri PPN Dasar Pengenaan
PPN
1. Industri Kertas 10% DPP
Dasar pengenaan dan tariff PPn pada industry
umumnya sebesar 10% dari DPP. Tetapi untuk 2. Industri Baja 10% DPP
industry tertentu tidak menggunakan dasar dan tarif 3. Industry Hasil Tembakau 8,4% Harga Banderol
tersebut. 4. Industri Semen 10% DPP
5. Industri Otomotif 10% DPP
Cara pelunasan PPN pada umumnya melalui mekanisme
PKPM (pajak keluaran-pajak masukan) namun pada 6. Industry Rekaman Gambar 10% Harga jual rata-rata
industry tertentu melibatkan Ditjen Bea Cukai, karena 7. Industry Rekaman Suara 10% Harga jual rata-rata
berkaitan dengan kegiatan cukai maupun bea masuk,
seperti untuk rokok, rekaman suara dan gambar juga 8. Industri Minyak Goreng Ditanggung pemerintah Ditanggung
impor pemerintah
Usaha di
Bidang Real
Estate
Pada dasarnya real estate mengandung pengertian yaitu lahan tanah
beserta objek benda berupa bangunan maupun lainnya yang berdiri
secara permanen diatas tanah tersebut.

Real estate pertama kali diatur oleh pemerintah sebagai suatu


industri adalah di tahun 1974.
Kegiatan usaha dalam jenis real estate tergolong sangat potensial
untuk jangka panjang. Berbagai daerah dan kota di Indonesia tengah
mengembangkan lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara
optimal untuk dikelola lebih lanjut sebagai bidang usaha real estate,
properti dan pemenuhan kebutuhan lainnya.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh industri real
estate antara lain:

1. Melakukan kegiatan operasional dan pengelolaan atas nama pemilik lahan


beserta bangunanya. Bangunan yang dimaksudkan adalah seperti hunian, gedung
perkantoran, kondominium apartemen dan bangunan lainnya.
2. Bertindak selaku pengelola, pemelihara dan pengambangan proyek real estat,
termasuk pemeliharaan dan perbaikan gedung.
3. Berlaku sebagai perusahaan real estate yang turut berinvestasi pada anak
perusahaan untuk mengembangkan perekonomian perusahaan
4. Melakukan perdagangan umum sebagai langkah promosi dan penjualan.
5. Dapat bertindak sebagai penyewa bangunan tersebut, misalnya gedung untuk
perkantoran, apartemen, hotel dan lain sebagainya.
6. Memenuhi kebutuhan fasilitas penunjang bangunan seperti listrik, telepon,
instalasi air bersih dan saluran pembuangan.
7. Mendukung kegiatan pembangunan kota atau daerah seperti infrastruktur,
fasilitas kota dan jasa penunjang lainnya.
8. Pengembangan real estate secara berkala untuk terus mengedepankan
pelayanan dan penyediaan kebutuhan.
Pada usaha real estate, terdapat beberapa perlakuan perpajakan yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
Pertimbangan Perlakuan PPh
• Penjual dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) PP Nomor 71/2008 tentang Perubahan ketiga PP48/1994 tentang Pembayaran PPh atas
Penghasilan dari Pengahlihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, adalah sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan, kecuali atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan Pajak Penghasilan sebesar
1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan.

Pembeli Real Estate Mewah dikenakan PPh Pasal 22 yang bisa dikreditkan. Pemungut Pajak Penghasilan dari
Pembeli atas Penjualan Barang Yang Tergolong Sangat Mewah harus memungut PPh wajib memungut Pajak Penghasilan Pasal 22
pada saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah, dengan ketentuan:
(1) Barang yang tergolong sangat mewah adalah:
i. rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan luas
bangunan lebih dari 500m2 (lima ratus meter persegi);
ii. apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) dan/atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus meter persegi);
(2) Pemungut Pajak wajib memungut Pajak Penghasilan pada saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah
(3) Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebesar 5% (lima persen) dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
(4) Pajak Penghasilan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang
melakukan pembelian barang yang tergolong sangat mewah.
Pertimbangan Perlakuan PPn
• PPN Dibebaskan
Peraturan yang terkait dengan PPN Dibebaskan adalah:
1. Rusunami
2. Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana
yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai
3. Rumah Susun Sederhana
4. Pondok Boro
5. Asrama Mahasiswa dan Pelajar
6. Perumahan Lainnya
Pertimbangan Perlakuan PPn BM

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.03/2009 tentang Perubahan Ketiga


atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 620/PMK.03/2004 tentang Jenis Barang
Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah

a. “Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenakan PPnBM apabila


memenuhi persyaratan sebagai berikut: Apartemen, kondominium, town house dari
jenis strata title, dan sejenisnya dengan luas bangunan 150 m2 atau lebih;
b. Rumah dan town house dari jenis non strata title, dengan luas bangunan 350
m2 atau lebih”.
c. PPnBM dikenakan sebesar 20% dikalikan Dasar Pengenaan Pajak sebesar
Harga Jual.
 
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai