Anda di halaman 1dari 51

1

WORKSHOP PEMAHAMAN STANDAR


AKREDITASI
DI KABUPATEN TRENGGALEK
TAHUN 2020

dr. Rahayu Zulaikah. MKM


2017 2018 2019 2020

CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT

AKTIF BERPROSES
PDCA/PDSA
REVIEW DOKUMEN
TINDAK LANJUT REKOMENDASI

ISTIRAHA
T DULU SANTAI… HIBERN
TIDUR ASI
AH.. BELANDA
CAPEK MASIH JAUH LUPA
AKREDITASI VS REAKREDITASI

AKREDITASI PERDANA REAKREDITASI


Mulai dari 0 Mulai dari rekomendasi (RPS)
PENGENALAN PEMAHAMAN dan penerapan
Bimbingan 80% Telusur dan wawancara
DOKUMEN ORIENTED SISTEM ORIENTED
TELUSUR RM 3 BLN TERAKHIR TELUSUR 1 TAHUN TERAKHIR,
BILA MEMUNGKINKAN s/d 3 tahun
Dokumen awal Review dokumen
Survei ulang akreditasi

 •Paling lambat harus dilakukan 1 bulan sebelum masa berlaku sertifikat habis
 •Seluruh rekomendasi yang diberikan oleh surveyor pada survey sebelumnya sudah
ditindak lanjuti
 •Semua dokumen regulasi yang disusun sudah memenuhi persyaratan tata naskah
 •Semua dokumen regulasi minimal sudah direview satu kali, dan jika diperlukan
dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan dan jika ada perubahan peraturan perundangan
 •Telusur akan difokuskan pada implementasi setahun terakhir (tidak menutup
kemungkinan meluas telusur tahun-tahun sebelumnya)
 •Proses pengajuan sama dengan proses pengajuan survei yang pertama
Pendampingan
 Tiap 6 bulan sekali melakukan pendampingan pasca akreditasi untuk memonitor tindaklanjut yang dilakukan puskesmas
terhadap rekomendasi surveyor
 •Pada tahun ketiga:
 •Pastikan semua rekomendasi dari survei sebelumnya sudah ditindak lanjuti
 •Pastikan proses perencanaan puskesmas dilakukan sesuai dengan PMK 44/2016
 •Buat program pendampingan untuk tahun ketiga:
 •Penggalangan ulang komitmen
 •Review standar dan instrument akreditasi
 •Review dokumen-dokumen regulasi yang sudah disusun dan lakukan revisi jika diperlukan
 •Lakukan self assessment awal dan buat rencana tindak lanjut
 •Pastikan implementasi dilakukan pada tahun terakhir dengan pendokumentasian yang lengkap
 •Susun jadual pendampingan sesuai kebutuhan
 •Lakukan self assessment dan tindak lanjut sesuai kebutuhan
 •Pastikan nilai paling tidak 10 % diatas nilai minimal dari kelulusan yang ditargetkan
4 ASPEK PENTING
DALAM MENYIAPKAN REAKREDITASI

 KOMITMEN
 INFRA STRUKTUR
 KESIAPAN DOKUMEN
 SISTEM
Implementasikan Kaizen (dan dokumentasikan)
Awali dg menerapkan tata graha( 5 R )

RAWAT

RINGKA
S

RAJIN
RESIK

RAPI
REVIEW DOKUMEN

 PMK 75 BERUBAH MENJADI PMK 43 TAHUN 2019


 PMK 27 TAHUN 2017 TENTANG PPI
 PMK 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
 PMK 47 TAHUN 2018 TENTANG KEGAWATDARURATAN
 PMK 52 TAHUN 2018 TENTANG K3
 PMK 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RS DAN KEWAJIBAN PASIEN
 KMK 413 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID 19
 PMK 4 TAHUN 2019 TENTANG SPM
 JUKNIS PELAYANAN PUSKESMAS DI MASA PANDEMI
 DLL
BAB 7
UKP – Pmk 46/2015 UKP P – SIAP 219
St. 7.1 Proses pendaftaran paujukansien 3.1 Hak dan kewajiban
7.2 Pengkajian 3.2 Proses pendaftaran
7.3 Keputusan layanan klinis 3.3 Pengkajian, rencana asuhan dan
7.4 Rencana layanan klinis pemberian asuhan
7.5 Rencana rujukan 3.7 Rujukan, audit klinis
7.6 Pelaksanaan layanan
7.7 Pelay. Anest lokal sedasi dan 3.4 Anestesi lokal dan pembedahan minor
pembedahan
7.8 Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan
konseling
7.9 Makanan dan terapi nutrisi 3.5 Pemberian makanan dan terapi gizi
7.10 Pemulangan dan tindak lanjut 3.6 Pemulangan dan tindak lanjut
BAB 8
UKP- PMK 46/2015 UKPP SIAP 2019
St. 8.1 Pelayanan Laboratorium 3.9 Pelayanan Laboratorium
8.2 Pelayanan Farmasi 3.10 Pelayanan Farmasi
8.3 Pelayanan Radiodiagnostik 3.11 Pelayanan Radiodiagnostik
8.4 Manajemen informasi dan Rekam 3.8 Manajemen RM
medik
8.5 Manajemen keamanan lingkungan 1.4 MFK
8.6 Manajemen peralatan 1.4 MFK
8.7 Manajemen SDM 1.5 Manajemen SDM
BAB 9
BAB 9 BAB 5
9.1 Tanggung jawab tenaga klinis 5.1 Peningkatan mutu berkesinambungan

9.2 Pemahaman mutu layanan klinis 5.2 Program manajemen resiko

9.3 Pengukuran mutu layanan klinis dan SKP 5.3 Sasaran keselamatan pasien

9.4 Peningkatan mutu layanan klinis dan KP 5.4 Pelaporan insiden keselamatan pasien

5.5 Program PPI


Prinsip dasar (esensi) dari Bab VII

 7.1 sd 7.10. Continuity of care (kesinambungan pelayanan klinis):


 Access (Akses/pendaftaran)
 Entry (Masuk)
 Assess (Pengkajian) dan keputusan layanan klinis
 Plan (Perencanaan)
 Implementation (Pelaksanaan)
 Evaluation (Penilaian)
 Discharge (Pemulangan)
Proses Perjalanan Pasien

H&K AUDIT
PASIEN KLINIS
RENCANA
LAYANAN ANESTESI
PENDAFTARAN KLINIS PEMULANGAN
DAN BEDAH

PELAKSANAAN MAKANAN &


PENGKAJIAN NUTRISI
LAYANAN

KOMPETENSI RENCANA
RUJUKAN
KOORDINASI
7.1. Pendaftaran

 Proses pendaftaran sesuai kebutuhan dan keselamatan Pasien


 Informasi yang harus ada di pendaftaran:
 Sarana pelayanan: Jenis pelayanan, tariff, ketersediaan layanan, rujukan, dsb
 Hak dan kewajiban pasien
 Tahapan pelayanan
 Pendaftaran memperhatikan kendala yang dimiliki oleh pasien
Hak dan kewajiban pasien

 memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;


 •memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
 •memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
 •memilih dokter dan dokter gigi serta kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas;
 •meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter dan dokter gigi lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas;
 •mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; ( Lihat juga KMP : 1.6.12)
 •mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan sertya perkiraan
biaya pengobatan;
 •memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya;
 didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
 •menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal tersebut tidak mengganggu
pasien lainnya;
 •memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Puskesmas;
 •mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap dirinya;
 •menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut;
 •mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk kerahasiaan rekam medik;
 •mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;
 •memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian dalam suatu penelitian kesehatan;
 •menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan yang diterima;
 •mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 •menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.
KEWAJIBAN PASIEN, MELIPUTI:

 mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;


 •menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
 •menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
Puskesmas ;
 •memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;
 •memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;
 •mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh Pasien
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
 •menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
 •memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
7.2. Pengkajian & 7.3. Keputusan Layanan
klinis

 Paripurna, mengakomodasi kebutuhan dan harapan pasien


 Berisi kajian: medis, keperawatan, kajian kesehatan yang lain
 Dicatat dalam rekam medis
 Pemberian prioritas pada pasien dengan kedaruratan
 Keputusan layanan klinis dilakukan oleh tenaga yang kompeten
 Pengkajian dilakukan dengan peralatan dan sarana memadai
7.4. Rencana layanan

 Dipandu dengan kebijakan dan prosedur yang efektif


 Disusun bersama dengan pasien dengan memerhatikan kebutuhan biopsikososiospiritual,
dan tata nilai budaya
 Disusun secara komprehensif oleh tim kesehatan jika diperlukan
 Rencana layanan disusun dengan mempertimbangkan risiko
 Rencana layanan memuat pendidikan pasien
 Rencana layanan didokumentasikan dalam rekam medis
 Persetujuan tindakan medis
7.5. Rencana rujukan

 Dipandu prosedur yang jelas


 Informasi rujukan
 Kerjasama dengan fasilitas rujukan
 Kewajiban membuat resume tertulis tentang kondisi klinis
 Didampingi oleh staf yang kompeten
7.6 sd 7.9. Pelaksanaan layanan

 7.6. Pelaksanaan layanan:


 Dipandu oleh pedoman pelayanan klinis
 Kebijakan dan Prosedur khusus untuk kasus gawat darurat dan berisiko tinggi
 Kebijakan dan prosedur penanganan pemberian obat/cairan intravena
 Sesuai dengan rencana layanan
 Mempertimbangkan hak pasien
 Menghindari pengulangan yang tidak perlu
 Hak pasien untuk menolak/tidak melanjutkan pengobatan
 7.7. Pelayanan anestesi local dan pembedahan
 Jika melakukan anestesi, sedasi, dan pembedahan: dipandu oleh standar yang baku
 7.8. Pendidikan kesehatan dan konseling kepada pasien/keluarga
 7.9. Pengelolaan nutrisi sesuai standar pada pasien rawat inap
7.10 .Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut

 Dipandu oleh prosedur


 Ada kriteria pemulangan
 Prosedur tindak lanjut
 Tindak lanjut terhadap umpan balik dari sarana rujukan
 Prosedur untuk pasien yang memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin dilakukan
 Prosedur rujukan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pasien
8.1.Pelayanan laboratorium
 Jenis pemeriksaan yang tersedia dan prosedurnya
 Pelaksanaan pemeriksaan dan pemantauannya
 Petugas yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan
 Pengelolaan reagen, labeling, penyimpanan, ketersediaan reagen esensial
 Penetapan nilai normal dan rentang nilai
 Interpertasi oleh tenaga yang kompeten
 Penanganan specimen berisiko tinggi
 Penanganan B3B dan pembuangan limbah
 Ketepatan waktu penyerahan hasil
 Penyampaian hasil yang kritis
 PMI dan PME: kalibrasi, validasi internal, dan pemantapan mutu eksternal
 Program peningkatan mutu dan keselamatan: indicator pelayanan, analisis, upaya peningkatan mutu dan
keselamatan dan tindak lanjutnya
 Program pemeliharaan alat: inventarisasi alat dan pemeliharaan
8.2. Pengelolaan obat

 Jenis dan jumlah obat yang tersedia, formularium


 Prosedur peresepan obat dan pelayanan obat
 Bgm menjamin ketersediaan obat
 Pengelolaan obat psikotropik dan narkotik
 Kebersihan, keamanan penyimpanan, penyiapan dan penyampaian obat kepada pasien
 Penyimpanan dan prosedur penanganan obat LASA
 Penanganan obat kedaluwarsa
 Penanganan efek samping obat dan alergi (MESO)
 Pelaporan dan tindak lanjut jika terjadi medication error
 Ketersediaan obat-obat emergensi
 Program peningkatan mutu dan manajemen risiko pada pelayanan obat: indicator pelayanan obat, analisis dan
tindak lanjut, identifikasi risiko pelayananan obat, analisis dan tindak lanjut
8.3. Pelayanan radiodiagnostik

 Jenis pelayanan, prosedur pelayanan, dan pemantauannya


 Program pengamanan radiasi baik bagi masyarakat maupun petugas
 Pembuangan limbah dari pelayanan radiologi
 Pelaksanaan dan interpertasi oleh tenaga yang kompeten
 Menjamin ketersediaan alat/BHP, foto
 Penyampaian hasil pemeriksaan
 Pemeliharaan alat dan kalibrasi: inventarisasi, jadual pemeliharaan, pelaksanaan, monitoring dan
tindak lanjut, kalibrasi
 Perijinan alat
 Pengendalian mutu pelayanan radiodiagnostik
8.4. Manajemen informasi

 Pembakuan klasifikasi diagnosis, kode diagnosis, symbol, specimen tanda tangan dan
inisial dokter/perawat
 Prosedur pelayanan rekam medis
 Proses pengelolaan rekam medis
 Cara identifikasi pasien agar tidak terjadi kesalahan
 Pengaturan isi rekam medis
 Kelengkapan isi rekam medis
 Tenaga yang kompeten
8.5. Manajemen lingkungan dan prasarana

 Kondisi fisik lingkungan/bangunan


 Manajemen prasarana: instalasi listrik, kualitas air, ketersediaan gas medis, ventilasi, dan system utama yang lain
 Penanganan B3B
 Penanganan limbah
 Rencana penanggulangan bencana
 Rencana penanggulangan kebakaran
 Monitoring, evaluasi, tindak lanjut kondisi fisik
 Program pemeliharaan lingkungan fisik
 Program penanggulangan bencana dan kebakaran dan bagaimana pelaksanaannya
 Tenaga yang bertanggung jawab untuk pengelolaan lingkungan dan kalau terjadi bencana/kebakaran
8.6. Manajemen peralatan

 Prosedur penyiapan alat medis


 Prosedur sterilisasi dan pelaksanaannya
 Bagaimana memastikan peralatan steril
 Inventarisasi, jadual pemeliharaan alat medis, prosedur dan pelaksanaan.
 Kalibrasi peralatan medis
 Monitoring peralatan yang rusak dan penggantiannya
 Bagaimana memastikan ketersediaan alat medis
 Petugas yang bertanggung jawab dalam pengelolaan peralatan medis
8.7. Manajemen sdm klinis

 Penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan (klinis), peta kompetensi


 Penilaian kinerja tenaga klinis
 Proses kredensial, rekredensial dan penetapan kewenangan klinis
 Upaya peningkatan kompetensi
 Peluang/kesempatan pendidikan dan pelatihan
 Kelengkapan perijinan tenaga klinis: STR, SIP, SIK, dsb.
BAB 9

 Penentu status kelulusan akreditasi


 >20-39: dasar
 >40-59: madya
 >60-79; utama
 >80: paripurna
 Tetapkan target kelulusan kita: setinggi mungkin
Butir butir penting
9.1. TANGGUNG JAWAB TENAGA KLINIS : DIDALAMNYA ADA MANAJEMEN RISIKO
9.2. PEMAHAMAN MUTU LAYANAN KLINIS
9.3. PENGUKURAN MUTU LAYANAN KLINIS DAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN
9.4. PENINGKATAN MUTU LAYANAN KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN
Peningkatan mutu layanan klinis

 Tetapkan kebijakan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien


 Susun tim mutu layanan klinis dan keselamatan pasien dengan kejelasan uraian tugas
 Susun program mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
 Laksanakan program mutu layanan klinis dan keselamatan pasien sesuai rencana
 Lakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien

 Kebijakan mutu dan keselamatan pasien:


 Mewajibkan semua praktisi klinis berperan aktif dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien
 Penetapan area prioritas dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien
 Penetapan indicator-indicator mutu dan keselamatan pasien
 Penetapan standar/panduan pelayanan klinis
 Penetapan budaya/tata nilai mutu dan keselamatan pasien
 Diterapkannya manajemen risiko dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
 Dibentuk tim mutu dan keselamatan pasien dengan kejelasan tanggung jawab dan uraian tugas, yang
anggotanya adalah praktisi klinis
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
 Adanya komitmen (terdokumentasi) praktisi klinis untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara berkelanjutan
 Pemahaman praktisi klinis thd mutu dan keselamatan pasien (melalui sosialisasi, workshop, pelatihan)
 Keterlibatan praktisi klinis dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang ditunjukkan dalam:
 Peran aktif dalam penyusunan, pengumpulan, analisis dan tindak lanjut terhadap pencapaian indicator klinis
 Penilaian terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan klinis (sesuai dengan budaya dan tata nilai keselamatan
pasien (contoh: kebiasaan cuci tangan, kebiasaan melakukan chek ulang untuk menghindari kekeliruan, budaya tidak
saing menyalahkan)
 Ide-ide perbaikan pelayanan klinis
 Penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien
 Dilakukan monitoring mutu dan keselamatan pasien melalui penyusunan indicator mutu dan keselamatan pasien (dengan
target yang jelas), pengumpulan data dan analisis thd pencapaian indicator.
 Indikator meliputi:
 Indikator mutu pada penilaian oleh pasien, asuhan pasien (mulai dari patient assessment dan pelaksanaan
asuhan), pelayananan penunjang medis, penggunaan antibiotika.
 Indikator keselamatan pasien: tidak terjadinya salah identifikasi pasien, komunikasi dalam pelayanan
klinis, tidak terjadinya kesalahan pemberian obat, tidak terjadinya kesalahaan prosedur klinis,
pengendalian infeksi (tidak terjadi infeksi akibat pemberian pelayanan, dilakukannya kebiasaan cuci
tangan (hand hygiene), dan tidak terjadinya pasien jatuh, )
 Layanan klinis dilaksanakan berdasarkan standar/panduan pelayanan klinis
 Disusun Perencanaan mutu dan keselamatan pasien berdasar:
 Area prioritas (3H + 1P)
 Hasil monitoring dan pengukuran indicator-indicator mutu dan keselamatan pasien
 Identifikasi Risiko dan Analisis risiko
 Pelaporan dan analisis terjadinya KTD, KTC, KNC dan KPC
 Rencana peningkatan mutu dan keselamatan pasien memuat:
a. montoring dan penilaian kinerja pelayanan klinis
b. Monitoring dan penilaian kinerja dan perilaku sdm klinis
c. Pelaporan insiden keselamatan pasien (KTD, KTC, KNC, KPC)
d. Implementasi manajemen risiko pada area prioritas:mulai dari identifikasi risiko klinis, analisis risiko, dan upaya
untuk
meminimalkan risiko (dengan metoda Failure mode and effect analysis/FMEA)
e. Penyusunan panduan praktik klinis dan SOP klinis
f. Monitoring dan penilaian sasaran keselamatan pasien
g. Peningkatan mutu dan keselamatan pelayanan laboratorium
h. Peningkatan mutu dan keselamatan pelayanan obat
i. Peningkatan mutu dan keselamatan pelayanan radiodiagnostik
j. program diklat mutu dan keselamatan pasien
 Penyediaan sumber daya untuk melaksanakan rencana peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
 Pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien:
 Tindak lanjut dari hasil pengukuran indicator dan jika ada permasalahan/complain,
maupun KTD, KTC, dan KNC
 Program-program yang ada pada rencana
 Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut thd pelaksanaan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien sesuai dengan yang direncanakan yang dikomunikasikan
kepada semua praktisi klinis dan dilaporkan pada pimpinan
SASARAN KESELAMATAN PASIEN 1
MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN
BENAR

 Kebijakan dan prosedur identifikasi pasien perlu disusun termasuk identifikasi pasien pada kondisi
tertentu.
 •Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas baik pada proses pelayanan pasien sebagai
akibat dari kondisi kesadaran pasien, perpindahan ruang rawat, dan kondisi lain yang menyebabkan
terjadinya salah identitas.
 •Pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak mempunyai identitas, atau mempunyai nama sama,
pasien dengan penurunan kesadaran, tidak dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki kartu
identitas, dilakukan cara identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah pasien.
 •Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, antara lain: nama
lengkap tanggal lahir, atau nomor rekam medis, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien
atau lokasi pasien dirawat.
 •Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat, dan
pemberian diit.
meningkatkan efektifitas komunikasi dalam
pemberian asuhan

 Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat terjadi akibat
komunikasi yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien
 •Komunikasi yang tidak efektif antara lain terjadi pada saat pemberian perintah secara
verbal, pemberian perintah verbal melalui telpon, penyampaian hasil kritis pemeriksaan
penunjang diagnosis, serah terima antar shift, dan pemindahan pasien dari unit yang
satu ke unit yang lain.
 •Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan dalam
penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai kritis hasil
pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pasien pada serah terima jaga maupun
serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain, misalnya untuk pemeriksaan
penunjang, dan pemindahan pasien ke unit lain.
KOMUNIKASI EFEKTIF

 Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon antara lain dapat dilakukan dengan
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Asessment, Recommendation)
 •Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi kepada pemberi pesan.
 •Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara mencolok yang
menunjukkan keadaan berisiko tinggi atau mengancam jiwa harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga
klinis yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan
ketentuan waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas, termasuk pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat atau bidan
langsung di tempat perawatan pasien (point of care testing), misalnya pemeriksaan gula darah sewaktu yang
dilakukan oleh perawat di tempat perawatan pasien.
 •Pelaksanaan serah terima pasien dilakukan dengan tehnik SBAR, memperhatikan kesempatan untuk
bertanya dan memberi penjelasan (readback, repeat back), menggunakan formulir yang baku, dan berisi
informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi pasien, pengobatan, rencana
asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya perubahan status/kondisi pasien yang signifikan, dan
keterbatasan maupun risiko yang mungkin dialami oleh pasien.
meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai
 Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya keselamatan pasien. Kesalahan
penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pasien.
 •Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang dalam penggunaannya sering
menyebabkan kesalahan dan / atau kejadian sentinel, berisiko tinggi untuk penyalahgunaan,
antara lain: obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit, insulin, antikoagulan,
kemoterapi, obat-obatan psikoterapi, dan obat-obatan dengan nama dan rupa mirip
 •Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan nama dan rupa obat mirip
(look alike sound alike)
 •Perlu ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan dan prosedur pengelolaan obat yang perlu diwaspadai
dan obat dengan nama dan rupa mirip, meliputi: penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan,
penyiapan, penggunaan, evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk obat
psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau rupa mirip
Daftar obat
high alert
memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada pasien yang
menjalani operasi/tindakan medis

 Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh salah pasien, salah
prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasif atau bedah minor pada pasien.
 •Puskesmas harus menetapkan tindakan invasif dan prosedurnya, yang meliputi semua
tindakan yang meliputi sayatan / insisi atau tusukan, termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
pencabutan gigi, biopsi, dan artrosentesis, dan mengidentifikasi area di mana prosedur
invasif dilakukan.
 • Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan pasien yang benar,
prosedur yang benar, dan sisi yang benar yang dilakukan tindakan dengan menerapkan
Protokol Umum (Universal Protocol), yang meliputi:
 •Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
 •Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
 •Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur
 Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja
sebelum prosedur dimulai selama pasien terlibat
secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda
tersebut terlihat setelah pasien disiapkan dan
dipasang doek steril. Adakalanya pasien tidak
memungkinkan untuk berpartisipasi, misalnya:
pasien anak-anak, atau ketika pasien tidak
kompeten membuat keputusan tentang
perawatan kesehatan.
 •Time-out dilaksanakan secara aktif segera
sebelum dimulai prosedur invasif, di tempat
tindakan invasif dilakukan dengan tim lengkap
yang akan melakukan tindakan invasif,
memastikan benar pasien, benar prosedur, dan
benar sisi tindakan, dan didokumentasikan
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI

 Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan yang terbukti menurunkan risiko infeksi
yang terjadi pada fasilitas kesehatan. Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan
disosialisasikan, serta ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis, tenaga
kesehatan, dan karyawan puskesmas perlu diedukasi tentang kebersihan tangan.
Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk pasien, keluarga pasien, anak
sekolah, dan masyarakat
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

 Puskesmas harus melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh pada pasien.
 •Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh harus ditetapkan baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau
meminimalkan kejadian jatuh di fasilitas kesehatan.
 •Contoh alat untuk melakukan penapisana pada pasien rawat inap adalah skala Morse untuk
pasien dewasa, dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, sedangkan untuk pasien rawat
jalan dengan menggunakan get up and go test, atau dengan menanyakan tiga pertanyaan:
 •apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh
 •apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
 •apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain. Jika satu dari pertanyaan
tersebut mendapat jawaban ya, maka pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh
Thank You

Anda mungkin juga menyukai