AKTIF BERPROSES
PDCA/PDSA
REVIEW DOKUMEN
TINDAK LANJUT REKOMENDASI
ISTIRAHA
T DULU SANTAI… HIBERN
TIDUR ASI
AH.. BELANDA
CAPEK MASIH JAUH LUPA
AKREDITASI VS REAKREDITASI
•Paling lambat harus dilakukan 1 bulan sebelum masa berlaku sertifikat habis
•Seluruh rekomendasi yang diberikan oleh surveyor pada survey sebelumnya sudah
ditindak lanjuti
•Semua dokumen regulasi yang disusun sudah memenuhi persyaratan tata naskah
•Semua dokumen regulasi minimal sudah direview satu kali, dan jika diperlukan
dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan dan jika ada perubahan peraturan perundangan
•Telusur akan difokuskan pada implementasi setahun terakhir (tidak menutup
kemungkinan meluas telusur tahun-tahun sebelumnya)
•Proses pengajuan sama dengan proses pengajuan survei yang pertama
Pendampingan
Tiap 6 bulan sekali melakukan pendampingan pasca akreditasi untuk memonitor tindaklanjut yang dilakukan puskesmas
terhadap rekomendasi surveyor
•Pada tahun ketiga:
•Pastikan semua rekomendasi dari survei sebelumnya sudah ditindak lanjuti
•Pastikan proses perencanaan puskesmas dilakukan sesuai dengan PMK 44/2016
•Buat program pendampingan untuk tahun ketiga:
•Penggalangan ulang komitmen
•Review standar dan instrument akreditasi
•Review dokumen-dokumen regulasi yang sudah disusun dan lakukan revisi jika diperlukan
•Lakukan self assessment awal dan buat rencana tindak lanjut
•Pastikan implementasi dilakukan pada tahun terakhir dengan pendokumentasian yang lengkap
•Susun jadual pendampingan sesuai kebutuhan
•Lakukan self assessment dan tindak lanjut sesuai kebutuhan
•Pastikan nilai paling tidak 10 % diatas nilai minimal dari kelulusan yang ditargetkan
4 ASPEK PENTING
DALAM MENYIAPKAN REAKREDITASI
KOMITMEN
INFRA STRUKTUR
KESIAPAN DOKUMEN
SISTEM
Implementasikan Kaizen (dan dokumentasikan)
Awali dg menerapkan tata graha( 5 R )
RAWAT
RINGKA
S
RAJIN
RESIK
RAPI
REVIEW DOKUMEN
9.3 Pengukuran mutu layanan klinis dan SKP 5.3 Sasaran keselamatan pasien
9.4 Peningkatan mutu layanan klinis dan KP 5.4 Pelaporan insiden keselamatan pasien
H&K AUDIT
PASIEN KLINIS
RENCANA
LAYANAN ANESTESI
PENDAFTARAN KLINIS PEMULANGAN
DAN BEDAH
KOMPETENSI RENCANA
RUJUKAN
KOORDINASI
7.1. Pendaftaran
Pembakuan klasifikasi diagnosis, kode diagnosis, symbol, specimen tanda tangan dan
inisial dokter/perawat
Prosedur pelayanan rekam medis
Proses pengelolaan rekam medis
Cara identifikasi pasien agar tidak terjadi kesalahan
Pengaturan isi rekam medis
Kelengkapan isi rekam medis
Tenaga yang kompeten
8.5. Manajemen lingkungan dan prasarana
Kebijakan dan prosedur identifikasi pasien perlu disusun termasuk identifikasi pasien pada kondisi
tertentu.
•Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas baik pada proses pelayanan pasien sebagai
akibat dari kondisi kesadaran pasien, perpindahan ruang rawat, dan kondisi lain yang menyebabkan
terjadinya salah identitas.
•Pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak mempunyai identitas, atau mempunyai nama sama,
pasien dengan penurunan kesadaran, tidak dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki kartu
identitas, dilakukan cara identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah pasien.
•Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, antara lain: nama
lengkap tanggal lahir, atau nomor rekam medis, dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien
atau lokasi pasien dirawat.
•Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan, pemberian obat, dan
pemberian diit.
meningkatkan efektifitas komunikasi dalam
pemberian asuhan
Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan pengobatan dapat terjadi akibat
komunikasi yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien
•Komunikasi yang tidak efektif antara lain terjadi pada saat pemberian perintah secara
verbal, pemberian perintah verbal melalui telpon, penyampaian hasil kritis pemeriksaan
penunjang diagnosis, serah terima antar shift, dan pemindahan pasien dari unit yang
satu ke unit yang lain.
•Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan dalam
penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai kritis hasil
pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pasien pada serah terima jaga maupun
serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain, misalnya untuk pemeriksaan
penunjang, dan pemindahan pasien ke unit lain.
KOMUNIKASI EFEKTIF
Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telpon antara lain dapat dilakukan dengan
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Asessment, Recommendation)
•Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi kepada pemberi pesan.
•Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara mencolok yang
menunjukkan keadaan berisiko tinggi atau mengancam jiwa harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga
klinis yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan
ketentuan waktu yang ditetapkan oleh Puskesmas, termasuk pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat atau bidan
langsung di tempat perawatan pasien (point of care testing), misalnya pemeriksaan gula darah sewaktu yang
dilakukan oleh perawat di tempat perawatan pasien.
•Pelaksanaan serah terima pasien dilakukan dengan tehnik SBAR, memperhatikan kesempatan untuk
bertanya dan memberi penjelasan (readback, repeat back), menggunakan formulir yang baku, dan berisi
informasi kritikal yang harus disampaikan antara lain: tentang status/kondisi pasien, pengobatan, rencana
asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, adanya perubahan status/kondisi pasien yang signifikan, dan
keterbatasan maupun risiko yang mungkin dialami oleh pasien.
meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai
Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya keselamatan pasien. Kesalahan
penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pasien.
•Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang dalam penggunaannya sering
menyebabkan kesalahan dan / atau kejadian sentinel, berisiko tinggi untuk penyalahgunaan,
antara lain: obat-obatan dengan rentang terapi yang sempit, insulin, antikoagulan,
kemoterapi, obat-obatan psikoterapi, dan obat-obatan dengan nama dan rupa mirip
•Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan nama dan rupa obat mirip
(look alike sound alike)
•Perlu ditetapkan dan dilaksanakan kebijakan dan prosedur pengelolaan obat yang perlu diwaspadai
dan obat dengan nama dan rupa mirip, meliputi: penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan,
penyiapan, penggunaan, evaluasi penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk obat
psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau rupa mirip
Daftar obat
high alert
memastikan tepat pasien, tepat prosedur, tepat sisi pada pasien yang
menjalani operasi/tindakan medis
Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh salah pasien, salah
prosedur, salah sisi pada pemberian tindakan invasif atau bedah minor pada pasien.
•Puskesmas harus menetapkan tindakan invasif dan prosedurnya, yang meliputi semua
tindakan yang meliputi sayatan / insisi atau tusukan, termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
pencabutan gigi, biopsi, dan artrosentesis, dan mengidentifikasi area di mana prosedur
invasif dilakukan.
• Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan pasien yang benar,
prosedur yang benar, dan sisi yang benar yang dilakukan tindakan dengan menerapkan
Protokol Umum (Universal Protocol), yang meliputi:
•Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
•Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
•Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur
Penandaan sisi dapat dilakukan kapan saja
sebelum prosedur dimulai selama pasien terlibat
secara aktif dalam penandaan sisi dan tanda
tersebut terlihat setelah pasien disiapkan dan
dipasang doek steril. Adakalanya pasien tidak
memungkinkan untuk berpartisipasi, misalnya:
pasien anak-anak, atau ketika pasien tidak
kompeten membuat keputusan tentang
perawatan kesehatan.
•Time-out dilaksanakan secara aktif segera
sebelum dimulai prosedur invasif, di tempat
tindakan invasif dilakukan dengan tim lengkap
yang akan melakukan tindakan invasif,
memastikan benar pasien, benar prosedur, dan
benar sisi tindakan, dan didokumentasikan
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
Puskesmas harus menerapkan kebersihan tangan yang terbukti menurunkan risiko infeksi
yang terjadi pada fasilitas kesehatan. Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan
disosialisasikan, serta ditempel pada tempat yang mudah dibaca. Tenaga medis, tenaga
kesehatan, dan karyawan puskesmas perlu diedukasi tentang kebersihan tangan.
Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga dilakukan untuk pasien, keluarga pasien, anak
sekolah, dan masyarakat
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
Puskesmas harus melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh pada pasien.
•Kriteria untuk melakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh harus ditetapkan baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau
meminimalkan kejadian jatuh di fasilitas kesehatan.
•Contoh alat untuk melakukan penapisana pada pasien rawat inap adalah skala Morse untuk
pasien dewasa, dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, sedangkan untuk pasien rawat
jalan dengan menggunakan get up and go test, atau dengan menanyakan tiga pertanyaan:
•apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh
•apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
•apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain. Jika satu dari pertanyaan
tersebut mendapat jawaban ya, maka pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh
Thank You