GEDUNG KELOMPOK 5: DWI ELISA HILDERIA SINAGA NADIA HURIYATUL JANNAH Angka kecelakaan kerja diindonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2004 saja, lebih dari seribu tujuh ratus pekerja meninggal ditempat kerja. Menurut Juan Somavia, Drijen ILO, industri konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan minuman . tidak saja di negara-negara berkembang, dinegara maju sekalipun kecelakaan kerja konstruksi masih memerlukan perhatian serius Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara mempuinyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan- peraturan seperti : UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3. Manajemen risiko k3 adalah upaya mengelola resiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan secara komperhensif terencana dan struktur dalam suatu kesisteman yang baik sehingga memungkinkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji,2004) Konstruksi bangunan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Pekerjaan proyek konstruksi bangunan melibatkan beberapa aspek diantaranya adalah bahan bangunan, pesawat/ bahan bangunan instalasi/ bahan bangunan peralatan, tenaga kerja, dan penerapan teknologi. Semua aspek tersebut dapat merupakan sumber kecelakaan kerja yang bahkan dapat mengakibatkan kematian atau kerugian material. Angka kecelakaan kerja konstruksi di Indonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2015 2.375 Orang Meninggal dalam Kecelakaan Kerja Menurut Juan Somavia, Dirjen ILO, industri konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan minuman, Tidak hanya di negara-negara berkembang, di negara maju sekalipun kecelakaan kerja konstruksi masih memerlukan perhatian serius. Oleh karena itu, harus ditemukan cara pencegahan yang efektif. Selain daripada itu pekerjaan proyek konstruksi tidak hanya menuntut akurasi dalam perencanaan kekuatan, Tetapi juga perlu dicermati tentang metode dan teknologi konstruksinya. Kesalahan dalam metode konstruksi akan berakibat yang sangat fatal, yaitu korban jiwa tenaga kerjanya. Contoh : Membiarkan tembok baru yang tinggi tanpa bingkai (perkuatan yang cukup) dari kolom dan sloof beton bertulang atau besi profil tentunya sangat berbahaya ketika menerima gaya horisontal (dalam hal ini hembusan angin). Selain itu tembok dengan panjang 50 m, akan sangat riskan jika tidak diberikan dilatansi yang Jenis-Jenis Kecelakaan yang Dapat terjadi di kontruksi bangunan Kemungkinan jatuh dari ketinggian Kejatuhan barang dari atas Terinjak Terkena barang yang runtuh, roboh Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin, lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising Terjatuh, terguling Terjepit, terlindas Tertabrak Terkena benturan keras Permasalahan pada jasa konstruksi yang bertumpu pada tenaga kerja, tentu saja tidak dapat ditangani dengan cara-cara yang umum yang dilakukan di negara maju. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah keteladanan pihak Pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai pembina dan juga “the biggest owner.” Manajemen pekerjaan proyek bangunan sangat berperan dalam pencegahan kecelakaan di proyek konstruksi. Peran tersebut mulai dari perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Selanjutnya dapat pula ditinjau dari komponen manusia, material, uang, mesin/alat, metode kerja, informasi. Pencegahan Kecelakaan Kerja Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah: 1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasandan sebagainya. 2. Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai jenis industri atau alat pelindung diri. 3. Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan. 4. Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan. 5. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. 6. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain. 7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja. 8. Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya. 9. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain bagi pekerja baru. 10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menumbuhkan sikap selamat. 11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika keselamatan kerjanya baik. 12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa : a. Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit. b. Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan pengujian biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya. c. Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun pada pekerjanya sendiri. d. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya. e. Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan sebagainya. f. Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga, kaca mata dan sebagainya. g. Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Kesimpulan Manajemen k3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksakan dengan mengungkapkan sebab sauatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Tetapi anggapannya tentang kecelakaan kerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber oleh factor factor organisasi dan manajemen. Perencanaan respon terhadap risiko terdapat respon positif meliputin exploit, share dan enchance sedangkan respon negatife meliputi avoid transfer mitigate Terima kasih