Anda di halaman 1dari 56

Anggota :

1. Syipa Besta F ((4151181431)


VARISES TUNGKAI 2. Najib Chanifudin(4151171530)
BAWAH 3. Hasna Naufal L (4151181465)
PEMBIMBING :
PROF. PISI LUKITTO, DR., SP.B (K) ONK, SP.B-
KBD
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sales Marketing
Alamat : Perumahan Graha Alamanda No. 3D, Cimahi, Bandung
No. Telp : 081221005002
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Ilmu Komunikasi
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
No. RM : 622965
MASALAH
Pasien khawatir karena muncul garis berkelok-kelok berwarna biru keunguan
yang terasa nyeri pada betis kanan sehingga menggangu aktivitas sehari-hari.
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Muncul garis berkelok-kelok pada betis kanan yang terasa nyeri
DIAGNOSIS BANDING
C :-
I : Filariasis, Cutaneus Larva Migrans
N :-
T :-
A : Trombosis Vena Dalam, Tromboflebitis,
Varises Tungkai Bawah
ANAMNESIS LANJUTAN
Pasien datang ke poli RS Dustira denga keluhan muncul
garis berkelok-kelok pada betis kanan yang terasa nyeri sejak 3
hari yang lalu. Keluhan disertai pegal dan kesemutan pada kaki
kanan. Keluhan nyeri dirasakan terutama saat pasien berdiri
lama dan berkurang saat pasien istirahat.
Keluhan diawali setelah hamil yang pertama sekitar 1
tahun yang lalu, awalnya pasien hanya merasakan pegal-pegal,
kesemutan, dan terlihat garis-garis biru yang tidak menonjol
namun sejak 2 bulan lalu garis biru yang berkelok tampak
menojol dan melebar.
ANAMNESIS LANJUTAN
Keluhan tidak disertai nyeri pada betis dan bengkak.
Keluhan tidak diawali dengan demam dan muncul benjolan di lipat
paha. Keluhan tidak disertai dengan gatal dan kemerahan.
Keluhan tidak disertai dengan rasa panas dan bengkak pada betis.
Pasien bekerja sebagai sales di showroom mobil, saat
bekerja pasien dapat berdiri hingga 4-5 jam dalam sehari dan
sering memakai pakaian yang ketat. Pasien juga suka memakai
sepatu hak tinggi. Pasien memiliki berat badan yang berlebih.
Pasien belum pernah mengobati keluhan tersebut.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Sakit Ringan
Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/m
R : 20x/m
S : 36,7oC
Status Generalis
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba
Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris
Cor : BJ S I,II murni regular
Pulmo : VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Datar, soepel, NT (-), BU (+) normal
Hepar/Lien : tidak teraba
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
STATUS LOKALIS :

a/r cruris dextra

Inspeksi : terlihat garis berkelok-kelok berwarna ungu yang


menonjol, edema (-), hiperemis (-).

Palpasi : teraba penonjolan vena yang berkelok-kelok dengan lebar


0,5cm dan panjang ±10-15cm, nyeri tekan (+), vena tegang (+)

Uji trendeleburg : +/-


a/r cruris sinistra

Inspeksi : tidak ada kelainan

Palpasi : tidak ada kelainan


RESUME
Seorang perempuan berusia 25 tahun sudah menikah dan
memiliki 1 orang anak datang dengan keluhan muncul garis berkelok-
kelok pada betis kanan yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai pegal dan kesemutan pada kaki kanan. Keluhan
nyeri dirasakan terutama saat pasien berdiri lama dan berkurang saat
pasien istirahat.
Keluhan diawali setelah hamil yang pertama sekitar 1 tahun
yang lalu, awalnya pasien hanya merasakan pegal-pegal, kesemutan,
dan terlihat garis-garis biru yang tidak menonjol namun sejak 2 bulan
lalu garis biru yang berkelok tampak menojol dan melebar.
RESUME
Keluhan nyeri pada betis tidak disertai bengkak.
Keluhan tidak diawali dengan demam dan muncul benjolan di
lipat paha. Keluhan tidak disertai dengan gatal dan kemerahan.
Keluhan tidak disertai dengan rasa panas dan bengkak pada
betis.
Pasien bekerja sebagai sales di dealer mobil, saat bekerja
pasien dapat berdiri hingga 4-5 jam dalam sehari dan sering
memakai pakaian yang ketat. Pasien juga suka memakai sepatu
hak tinggi. Pasien memiliki berat badan yang berlebih. Pasien
belum pernah mengobati keluhan tersebut.
RESUME
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Status Lokalis :
a/r cruris dextra
Inspeksi : terlihat garis berkelok-kelok berwarna ungu yang menonjol, edema (-),
hiperemis (-).
Palpasi : teraba penonjolan vena yang berkelok-kelok dengan lebar 0,5cm dan
panjang ±10-15cm, nyeri tekan (+), vena tegang (+)
Uji trendeleburg : +/-
KESIMPULAN
Terdapat pelebaran vena superficialis pada betis kanan
DIAGNOSIS KERJA
Varises a/r Cruris Dextra
RENCANA PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan lab darah : Hb, Leukosit, trombosit, SGOT,
SGPT
• USG doppler
• CT venografi
• Flebografi
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Edukasi
1. Aktif bergerak dan tidak mempertahankan suatu posisi
dalam waktu terlalu lama.
2. Elevasi kaki ( tinggi sekitar 15cm) dapat dilakukan saat
penderita beristirahat
3. Mengurangi BB
4. Disaranan menggunakan kaos kaki (stoking dekompresi)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Analgetik
2. Suplemen hidrosmin 3x200mg P.O

Prosedur invasif :
3. Skin laser
4. Sklero terapi
5. Flebektomi
6. Ablasi vena savena magna dengan operasi atau tindakan endovena
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad bonam
PEMBAHASAN
MATERI
DEFINISI
Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan
berkelok-keloknya pembuluh darah vena
superfisial pada ekstremitas bawah, yang sering
pada distribusi anatomis dari vena safena magna
dan parva.
ANATOMI
1. Sistem vena superfisialis (sistem d a n g k a l )
L e t a k s u b k u t a n, d i l u a r fascia, s is tem vena safena m a g n a d a n vena
safena parva.
2. Sist em ven a p ro fu n d a (sist em d a l a m )
L e t a k i n t r a d a n i n t e r m u s k u l e r, b e r s a m a d e n g a n arteri.
3. Si st e m k o m u n i k a n s / vena p e n g h u b u n g
Dilengkapi d e n g a n k a t u p yang m e n g h a d a p ke jan tun g .
Vena perforates
(komunikans) berada
disekitar titik Boyd dan
Cockett.
Sistem vena profunda
terdiri dari vena Tibialis
anterior dan posterior. Di
daerah sendi lutut akan
bergabung dengan
membentuk vena femoralis
dan vena profunda femoris
yang terletak di dalam otot
betis.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi pada populasi dewasa: 5-30%
Di AS : ± 2,5 juta orang menderita
varises, dan 20% berkembang menjadi
ulkus vena.
Insidensi pada perempuan (2,6%) >> laki-
laki (1,9%) (Framinghum Heart Study).
40% dikarenakan faktor genetik.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
JENISNYA

Varises Trunkal
• Varises v. safena magna dan v. safena parva, diameter > 8mm.

Varises Retikuler
• Varises yang mengenai cabang v. safena magna atau v. safena
parva yang umunya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2-8mm.
Varises Perifer
• Vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari
pembuluh darah.
ETIOLOGI

• Inkompetensi katup vena (penyebab utama terjadinya


varises vena).
• Peningkatan tekanan intra vena akibat berdiri lama.
• Peningkatan tekanan intraabdominal (tumor, kehamilan,
obesitas, konstipasi kronik).
• Kongenital.
• Thrombosis vena dalam.
• Arterio-venous fistula.
FAKTOR PREDISPOSISI
 Faktor genetik
 Umur
 Jenis kelamin
 Obesitas
 Pekerjaan
 Trauma
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI STADIUM
1. Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan
tidak jelas.
2. Pelebaran vena, menonjol.
3. Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-
kelok.
4. Kelainan kulit dan/atau tukak karena sindrom
insufisiensi vena menahun
GEJALA KLINIS
Sebagian besar asimptomatik
Cosmetic Appearance: kadang terlihat pelebaran pembuluh
darah atau berkelok-kelok dibawah kulit
Nyeri, bengkak
Keluhan memberat
Terasa berat setelah berdiri lama, dan
membaik dengan elevasi
Kelemahan otot (tungkai)
Gatal
Eksem, ulkus, perdarahan (Komplikasi)
- Inspeksi: Dilakukan dari berbagai arah di bawah
penyinaran
- Palpasi: Menilai ketegangan varises dan besarnya
pelebaran vena
- Pemeriksaan lain:
a. Uji Trendelenburg dan Perthes: untuk menilai
derajat dan ketinggian insufisiensi katup vena
b. Doppler
UJI TRENDELENBURG
1. Pasien berbaring dengan tungkai diangkat untuk
pengosongan vena, ikat dengan torniquet di sekitar
paha.
2. Pasien kemudian diminta berdiri untuk lihat pengisian
vena.
3. Dikatakan positif bila terjadi pengisian vena yang cepat
saat berdiri atau saat torniquet dilepas.
Trendelenburg Test
UJI PERTHES
1. Pasien berdiri kemudian ikat pada daerah bawah lutut
untuk menutup aliran vena safena magna.
2. Pasien diminta berjalan ditempat.
3. Perhatikan vena yang mengalami varises, dikatakan positif
bila vena yang terletak di tepi tampak lebar.
Perthes Test
KOMPLIKASI
Ulkus varikosum

Kerusakan kulit

Limfokel

Infeksi

Edema Tungkai

Trombosis Vena Dalam

Perdarahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
PENATALAKSANAAN
1. Modifikasi pola hidup
2. Terapi Kompresi
3. Terapi Minimal Invasif
4. Terapi Pembedahan
MODIFIKASI POLA HIDUP
a. Aktivitas fisik yang teratur seperti berjalan dan
latihan fleksi kaki dapat meningkatkan fungsi
pompa otot betis.
b. Elevasi kaki minimal 30 menit setidaknya 4 kali
sehari.
c. Menghindari berdiri lama dan dekompresi vena.
d. Hindari merokok.
e. Penurunan berat badan (Obesitas).
TERAPI KOMPRESI
Berfungsi sebagai katup vena yang
membantu pompa otot betis untuk
mencegah kembalinya aliran darah
vena, sehingga mencegah
pembesaran vena lebih lanjut, tetapi
tidak megembalikan ukuran vena.

Terapi kompresi dapat berupa:


1. Compression stockings
2. Compression bandages
3. Pneumatic compression pumps
SKLEROTERAPI
Dilakukan dengan injeksi agen
sklerosan (sodium tetradecyl
sulfate, polidocanol, dsb) ke
dalam vena varikosa dengan
jarum kecil.
Tujuan: membuat perlukaan
endotelial sehingga
menyebabkan trombosis dan
fibrosis.
ENDOVENOUS LASER
TERAPHY (EVLT)

Serat optic dimasukkan ke


dalam pembuluh darah
yang akan diobati dan
sinar laser diarahkan ke
bagian dalam pembuluh
darah.
RADIOFREKUENSI ABLASI (RF)

Teknik ablasi vena menggunakan


kateter radiofrekuensi yang
diletakkan di dalam vena untuk
menghangatkan dinding pembuluh
darah dan jaringan sekitar
pembuluh darah.
AMBULATORY PHLEBECTOMY
(STAB AVULTION)

Teknik yang digunakan adalah


Teknik stab avulsion dengan
menghilangkan segmen varises
yang pendek dan vena reticular
dengan jalan melakukan insisi
ukuran kecil.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai