Anda di halaman 1dari 56

VARISES TUNGKAI BAWAH

P E MB I M BI N G :
P RO F. P I S I LU K I T TO , D R., S P. B ( K ) O N K , S P.B - K B D

Anggota:
M. Fathan Zulfahmi 4151181
Shiva Valeska A 4151181480
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Titin Nurleha


Usia : 27 tahun
Tanggal lahir : Bandung, 1 Januari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sales Marketing
Alamat : Perumahan Kota Mas No.3B, RT/RW 012/005, Cimahi, Bandung
No. Telp : 08128180xxxx
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Ilmu Komunikasi
Status Perkawinan : Menikah, memiliki 1 orang anak laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Pendapatan : Rp 5.000.000,-/bulan
No. RM : 622965
Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 18 Maret 2021
MASALAH
Pasien khawatir karena muncul garis berkelok-kelok berwarna biru
keunguan yang terasa nyeri pada betis kanan sehingga menggangu aktivitas
sehari-hari.
ANAMNESIS

Keluhan Utama:
Muncul garis berkelok-kelok pada betis kanan yang
terasa nyeri
DIAGNOSIS BANDING

C : -
 I : Filariasis, Cutaneus Larva Migrans
N : -
T : -
 A : Trombosis Vena Dalam, Tromboflebitis,
Varises Tungkai Bawah
ANAMNESIS LANJUTAN

Pasien datang ke poli RS Dustira dengan keluhan muncul garis berkelok-


kelok pada betis kanan yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
disertai pegal dan kesemutan pada kaki kanan. Keluhan nyeri dirasakan
terutama saat pasien berdiri lama dan berkurang saat pasien istirahat.
Keluhan diawali setelah hamil yang pertama sekitar 1 tahun yang lalu,
awalnya pasien hanya merasakan pegal-pegal, kesemutan, dan terlihat garis-
garis biru yang tidak menonjol namun sejak 2 bulan lalu garis biru yang
berkelok tampak menojol dan melebar.
ANAMNESIS LANJUTAN

Keluhan tidak disertai nyeri pada betis dan bengkak. Keluhan tidak
diawali dengan demam dan muncul benjolan di lipat paha. Keluhan
tidak disertai dengan gatal dan kemerahan. Keluhan tidak disertai
dengan rasa panas dan bengkak pada betis.
Pasien bekerja sebagai sales di showroom mobil, saat bekerja
pasien dapat berdiri hingga 4-5 jam dalam sehari dan sering
memakai pakaian yang ketat. Pasien juga suka memakai sepatu hak
tinggi. Pasien memiliki berat badan yang berlebih. Pasien belum
pernah mengobati keluhan tersebut.
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : Compos mentis
 Kesan sakit : Sakit Ringan
 Tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/m
R : 20x/m
S : 36,7oC
Status Generalis
 Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
 Leher : KGB tidak teraba
 Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris
 Cor : BJ S I,II murni regular
 Pulmo : VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
 Abdomen : Datar, soepel, NT (-), BU (+) normal
Hepar/Lien : tidak teraba
 Genitalia : Tidak ada kelainan
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
Status Lokalis

• a/r cruris dextra

 Inspeksi : terlihat garis berkelok-kelok berwarna ungu yang menonjol, edema (-),
hiperemis (-).

 Palpasi : teraba penonjolan vena yang berkelok-kelok dengan lebar 0,5cm dan
panjang ±10-15cm, nyeri tekan (+), vena tegang (+)

 Uji trendeleburg : +/-


• a/r cruris sinistra

 Inspeksi : tidak ada kelainan

 Palpasi : tidak ada kelainan


RESUME

Seorang perempuan berusia 25 tahun sudah menikah dan


memiliki 1 orang anak datang dengan keluhan muncul garis
berkelok-kelok pada betis kanan yang terasa nyeri sejak 3 hari
yang lalu. Keluhan disertai pegal dan kesemutan pada kaki kanan.
Keluhan nyeri dirasakan terutama saat pasien berdiri lama dan
berkurang saat pasien istirahat.
Keluhan diawali setelah hamil yang pertama sekitar 1 tahun
yang lalu, awalnya pasien hanya merasakan pegal-pegal,
kesemutan, dan terlihat garis-garis biru yang tidak menonjol
namun sejak 2 bulan lalu garis biru yang berkelok tampak menojol
dan melebar.
RESUME

Keluhan nyeri pada betis tidak disertai bengkak. Keluhan tidak


diawali dengan demam dan muncul benjolan di lipat paha. Keluhan
tidak disertai dengan gatal dan kemerahan. Keluhan tidak disertai
dengan rasa panas dan bengkak pada betis.
Pasien bekerja sebagai sales di dealer mobil, saat bekerja pasien
dapat berdiri hingga 4-5 jam dalam sehari dan sering memakai pakaian
yang ketat. Pasien juga suka memakai sepatu hak tinggi. Pasien
memiliki berat badan yang berlebih. Pasien belum pernah mengobati
keluhan tersebut.
RESUME

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Status Lokalis :
a/r cruris dextra
 Inspeksi : terlihat garis berkelok-kelok berwarna ungu yang
menonjol, edema (-), hiperemis (-).
 Palpasi : teraba penonjolan vena yang berkelok-kelok dengan
lebar 0,5cm dan panjang ±10-15cm, nyeri tekan (+), vena tegang
(+)
 Uji trendeleburg : +/-
KESIMPULAN

Terdapat pelebaran vena superficialis pada betis kanan


DIAGNOSIS KERJA

• Varises a/r Cruris Dextra


RENCANA PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan lab darah : Hb, Leukosit, trombosit, SGOT, SGPT


 USG doppler
 CT venografi
 Flebografi
PENATALAKSANAAN
 Non medikamentosa
 Edukasi
1. Aktif bergerak dan tidak mempertahankan suatu posisi
dalam waktu terlalu lama.
2. Elevasi kaki ( tinggi sekitar 15cm) dapat dilakukan saat
penderita beristirahat
3. Mengurangi BB
4. Disaranan menggunakan kaos kaki (stoking dekompresi)
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa
1. Analgetik
2. Suplemen hidrosmin 3x200mg P.O
 Prosedur invasif :
1. Skin laser
2. Sklero terapi
3. Flebektomi
4. Ablasi vena savena magna dengan operasi atau tindakan
endovena
PROGNOSIS

 Quo Ad Vitam : Ad bonam


 Quo Ad Functionam : Dubia Ad bonam
PEMBAHASAN MATERI
DEFINISI

Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-


keloknya pembuluh darah vena superfisial pada ekstremitas
bawah, yang sering pada distribusi anatomis dari vena safena
magna dan parva.
SISTEM VENA

1. Sistem vena superfisialis (sistem dangkal)


• Letak subkutan, diluar fascia, sistem vena safena m a g n a
d a n vena safena parva.
2. Sist em ven a p rofu n d a (sist em d a l a m )
• Letak intra d a n intermuskuler, bersama d e n g a n arteri.
3. Sistem k o m u n i k a n s / vena p e n g h u b u n g
• Di lengkapi d e n g a n k a t u p yang m e n g h a d a p ke j a n t u n g .
 Vena safena magna dimulai
dari lengkung vena
superfisial pada sisi dorsal
kaki. Pada perjalanannya ke
arah proksimal dimulai dari
aspek dorsomedial kaki,
sebelah anterior terhadap
maleolus medialis, naik ke
atas sepanjang aspek medial
dari kaki sebelah posterior
tibia menuju sebelah medial
condilus medialis femur.
Bergabung dengan vena
femoralis, 2 cm dibawah
ligamentum inguinalis.
 Vena safena parva dimulai dari
aspek lateral dari kaki dari
lengkung vena superfisial dan
naik ke atas sepanjang aspek
posterior maleolus lateralis.
Kemudian naik ke atas sepanjang
aspek posterior dan postero
lateralis dari betis untuk menuju
fossa poplitea yang akan
bergabung dengan vena poplitea
 Vena perforates (komunikans)
berada disekitar titik Boyd dan
Cockett.
 Sistem vena profunda terdiri
dari vena Tibialis anterior dan
posterior. Di daerah sendi lutut
akan bergabung dengan
membentuk vena femoralis dan
vena profunda femoris yang
terletak di dalam otot betis.
EPIDEMIOLOGI

 Prevalensi pada populasi dewasa: 5-30%


 Di AS : ± 2,5 juta orang menderita varises,
dan 20% berkembang menjadi ulkus vena.
 Insidensi pada perempuan (2,6%) >> laki-laki
(1,9%) (Framinghum Heart Study).
 40% dikarenakan faktor genetik.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
JENISNYA

Varises Trunkal
• Varises v. safena magna dan v. safena parva, diameter > 8mm.

Varises Retikuler
• Varises yang mengenai cabang v. safena magna atau v. safena parva yang
umunya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2-8mm.
Varises Perifer
• Vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari pembuluh
darah.
ETIOLOGI

 Inkompetensi katup vena (penyebab utama terjadinya varises


vena).
 Peningkatan tekanan intra vena akibat berdiri lama.
 Peningkatan tekanan intraabdominal (tumor, kehamilan, obesitas,
konstipasi kronik).
 Kongenital.
 Thrombosis vena dalam.
 Arterio-venous fistula.
FAKTOR PREDISPOSISI

 Faktor genetik
 Umur
 Jenis kelamin
 Obesitas
 Pekerjaan
 Trauma
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

 Etiologi (Kehamilan)  Tekanan Intraabdominal


meningkat  Tekanan vena meningkat  Volume darah
bertambah sehingga pembuluh darah vena akan melebar.
 Insufisiensi katup vena oleh karena pelebaran vena tersebut
menyebabkan tekanan pada lumen pembuluh darah
meningkat  Akibatnya, terdapat adanya refluks yang
melewati katup vena yang inkompeten
 Obstruksi aliran darah vena  Peningkatan tekanan vena
yang berjalan kronis  Proses selanjutnya menyebabkan
trombosis intravascular atau akibat penekanan dari luar
pembuluh darah.
KLASIFIKASI STADIUM

1 : Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan tidak jelas.


2 : Pelebaran vena, menonjol.
3 : Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-kelok.
4 : Kelainan kulit dan/atau tukak karena sindrom insufisiensi vena
menahun
GEJALA KLINIS
 Sebagian besar asimptomatik
 Cosmetic Appearance: kadang terlihat pelebaran pembuluh darah
atau berkelok-kelok dibawah kulit
 Nyeri, bengkak
Keluhan memberat setelah
 Terasa berat berdiri lama, dan membaik
 Kelemahan otot (tungkai) dengan elevasi

 Gatal
 Eksem, ulkus, perdarahan (Komplikasi)
- Inspeksi: Dilakukan dari berbagai arah di bawah
penyinaran
- Palpasi: Menilai ketegangan varises dan besarnya
pelebaran vena
- Pemeriksaan lain:
a. Uji Trendelenburg dan Perthes: untuk menilai derajat dan
ketinggian insufisiensi katup vena
b. Doppler
UJI TRENDELENBURG

1. Pasien berbaring dengan tungkai diangkat untuk pengosongan


vena, ikat dengan torniquet di sekitar paha.
2. Pasien kemudian diminta berdiri untuk lihat pengisian vena.
3. Dikatakan positif bila terjadi pengisian vena yang cepat saat
berdiri atau saat torniquet dilepas.
Trendelenburg Test
UJI PERTHES

1. Pasien berdiri kemudian ikat pada daerah bawah lutut untuk


menutup aliran vena safena magna.
2. Pasien diminta berjalan ditempat.
3. Perhatikan vena yang mengalami varises, dikatakan positif bila
vena yang terletak di tepi tampak lebar.
Perthes Test
KOMPLIKASI

Ulkus Kerusakan
Limfokel
varikosum kulit

Edema Trombosis
Infeksi
Tungkai Vena Dalam

Perdarahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
PENATALAKSANAAN

1. Modifikasi pola hidup


2. Terapi Kompresi
3. Terapi Minimal Invasif
4. Terapi Pembedahan
MODIFIKASI POLA HIDUP

a. Aktivitas fisik yang teratur seperti berjalan dan latihan


fleksi kaki dapat meningkatkan fungsi pompa otot betis.
b. Elevasi kaki minimal 30 menit setidaknya 4 kali sehari.
c. Menghindari berdiri lama dan dekompresi vena.
d. Hindari merokok.
e. Penurunan berat badan (Obesitas).
TERAPI KOMPRESI

Berfungsi sebagai katup vena yang


membantu pompa otot betis untuk
mencegah kembalinya aliran darah vena,
sehingga mencegah pembesaran vena
lebih lanjut, tetapi tidak megembalikan
ukuran vena.

Terapi kompresi dapat berupa:


1. Compression stockings
2. Compression bandages
3. Pneumatic compression pumps
SKLEROTERAPI

 Dilakukan dengan injeksi agen


sklerosan (sodium tetradecyl
sulfate, polidocanol, dsb) ke
dalam vena varikosa dengan
jarum kecil.
 Tujuan: membuat perlukaan
endotelial sehingga
menyebabkan trombosis dan
fibrosis.
ENDOVENOUS LASER TERAPHY (EVLT)

• Serat optic dimasukkan ke dalam


pembuluh darah yang akan diobati
dan sinar laser diarahkan ke bagian
dalam pembuluh darah.
RADIOFREKUENSI ABLASI (RF)

 Teknik ablasi vena menggunakan


kateter radiofrekuensi yang
diletakkan di dalam vena untuk
menghangatkan dinding pembuluh
darah dan jaringan sekitar pembuluh
darah.
AMBULATORY PHLEBECTOMY
(STAB AVULTION)

 Teknik yang digunakan adalah


Teknik stab avulsion dengan
menghilangkan segmen varises
yang pendek dan vena reticular
dengan jalan melakukan insisi
ukuran kecil.

Anda mungkin juga menyukai