Anda di halaman 1dari 51

PERSEDIAAN

TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian persediaan
2. Menjelaskan jenis-jenis persediaan
3. Menjelaskan pentingnya pengendalian internal
persediaan
4. Menentukan kuantitas persediaan
5. Menjelaskan pengukuran persediaan
6. Menjelaskan sistem pencatatan persediaan
(Perpetual dan Periodik/fisik)
7. Menjelaskan penilaian persediaan (FIFO, LIFO
dan Average) - Perpetual dan Periodik
PERSEDIAAN (PSAK No.14)
Aset yang:
 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal
 Dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan atau
 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan
(supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa
JENIS PERSEDIAAN
 Perusahaan dagang  persediaan barang
dagangan (merchandising inventory).
 Perusahaan manufaktur
1. Persediaan barang jadi (finished good)
2. Persediaan barang setengah jadi (working
in process)
3. Persediaan bahan baku (raw material)
Pentingnya Pengendalian Intern Persediaan

 Persediaan adalah aset yang signifikan dan


bagi banyak perusahaan merupakan aset
terbesar.
 Persediaan merupakan hal yang sangat
penting bagi aktivitas utama perusahaan
dagang dan manufaktur.
 Kesalahan dalam menentukan biaya
persediaan dapat menimbulkan kesalahan
penting dalam laporan keuangan.
 Persediaan harus dilindungi dari risiko
eksternal (seperti kebakaran dan pencurian)
dan penggelapan internal oleh karyawan.
Laporan Pesanan
penerimaan SESUAI pembelian

SE

I
SU

A
SU
AI Faktur

SE
JURNAL
Ref.
Tgl.
Uraian
Pos.
Nov. 9 Persediaan 1 222 00
Utang Usahae--XYZ Co. 1 222 00
Membeli barang dagangan
secara kredit.
PENENTUAN KUANTITAS
PERSEDIAAN
Tujuan  Menetapkan jumlah unit (satuan)
persediaan yang dimiliki perusahaan pada
tanggal neraca
Cara:
a. Menghitung persediaan fisik yang ada
diperusahaan
b. Menentukan kepemilikan persediaan yang
berada dalam perjalanan
a. Menghitung persediaan fisik
yang ada diperusahaan

 Kegiatan:
Menghitung, menimbang, atau mengukur
tiap-tiap jenis barang yang berada dalam
persediaan
 Pengendalian internal:
1. Penghitungan harus dilakukan oleh pegawai
yang tidak bertanggungjawab menyimpan
persediaan
2. Harus ada kejelasan jumlah item persediaan
dalam setiap setiap kemasan
3. Harus dilakukan penghitungan ulang oleh pihak
independent (pemeriksa independent)
4. Setiap persediaan harus diberi label atau
penomoran atau pengkodean sehingga
memudahkan penghitungan
5. Harus ditunjuk seorang supervisor untuk
menetapkan hasil akhir penghitungan fisik
persediaan.
b. Menentukan kepemilikan persediaan
yang berada dalam perjalanan

 Barang-barang yang keberadaan dalam


perjalanan, perlu penetapan hak
kepemilikan barang tersebut.
 Kepemilikan barang ini sangat tergantung
pada perjanjian jual beli yang telah
disepakati antara penjual dengan pembeli.
 2 macam perjanjian:
1. FOB Shipping Point
2. FOB Destination
FOB Shipping Point
 Hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke
pembeli pada saat barang keluar dari gudang
penjual atau telah sampai pada perusahaan jasa
pengiriman barang.
 Jadi barang yang berada dalam perjalanan
merupakan milik pembeli sehingga pembeli harus
memasukkan barang tersebut dalam penghitungan
fisik persediaan.
 Sedangkan bagi penjual barang dalam perjalanan
tersebut tidak dimasukkan sebagai bagian dari
persediaan mereka.
FOB Destination
 Hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke
pembeli pada saat barang sampai di gudang
pembeli.
 Jadi barang dalam perjalanan merupakan milik
penjual, sehingga penjual harus memasukkan
barang tersebut dalam penghitungan fisik
persediaan.
 Sebaliknya bagi pembeli barang dalam perjalanan
tersebut tidak boleh diakui sebagai persediaan
mereka. Perjanjian untuk pembebanan ongkos
angkut.
Barang Konsinyasi
 Pihak yang menitipkan barang ini (pemilik
barang) disebut consignor sedangkan pihak yang
menerima titipan barang (pihak yang menjualkan)
disebut dengan consignee.
 Bagi consignor barang konsinyasi ini jika masih
belum terjual maka harus dimasukkan sebagai
persediaan mereka.
 Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak
mempunyai hak atas barang-barang tersebut
sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut
sebagai persediaannya
PENGUKURAN BIAYA
PERSEDIAAN (PSAK No.14)
 Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau
nilai realisasi bersih dan nilai yang lebih rendah
antara biaya dengan nilai realisasi bersih.
 Biaya persediaan harus meliputi biaya
pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi
dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
 Biaya persediaan seringkali disebut dengan
istilah Harga Pokok Persediaan.
 Biaya Pembelian
Harga pembelian, biaya masuk dan pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh
perusahaan kepada kantor pajak), biaya
pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat diatribusikan pada
perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon
dagang atau trade discont, rabat dan pos lain yang
serupa di kurangkan dalam menentukan biaya
pembelian.
 Biaya Konversi, Biaya lain-lain, biaya persediaan
pemberian jasa  PSAK No.14
FAKTOR NAMA REKENING PENGARUH TERHADAP
BIAYA PERSEDIAAN
Harga Faktur Pembelian Menambah
Biaya angkut Biaya angkut pembelian Menambah
Potongan tunai Potongan tunai pembelian Mengurangi
pembelian
Retur & potongan Retur & potongan pembelian Mengurangi
pembelian
SISTEM PENCATATAN
PERSEDIAAN
1. Sistem pencatatan persediaan
perpetual (Perpetual Inventory
System)
2. Sistem Pencatatan Persediaan
Periodik (Periodic Inventory System)
1. Sistem pencatatan persediaan perpetual
(Perpetual Inventory System)

 Perusahaan akan mencatat setiap mutasi


persediaan baik kuantitas atau biayanya pada akun
persediaan
 Seringkali diterapkan oleh perusahaan yang
menjual barang dagangan dengan harga per unit
relatif mahal dan setiap unit barang dimungkinkan
memiliki variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan
konsumen.
 Contoh: perusahaan mobil, perusahaan pesawat
terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga.
 Perlakuan akuntansi untuk sistem
pencatatan persediaan perpetual:
1. Pembelian barang dagangan akan di debit pada
akun persediaan
2. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun
persediaan
3. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan
4. Potongan pembelian akan di kredit ke akun
persediaan
5. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan
(Cost of Good Sold) diakui bersamaan dengan
pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di
kredit
6. Akun persediaan adalah akun pengendali yang
didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap
jenis/item persediaan
2. Sistem Pencatatan
Persediaan Periodik
 Perusahaan tidak setiap saat mencatat
mutasi persediaan baik kuantitas maupun
biayanya pada akun persediaan
 Saat ini sangat sedikit perusahaan yang
menerapkan sistem periodik kecuali untuk
perusahaan kecil yang menjual barang
barang tertentu secara eceran dengan harga
yang murah misal permen, korek api, dan lain
lain
 Perlakuan akuntansi untuk sistem
pencatatan persediaan periodik :
1. Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun
pembelian.
2. Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.
3. Beban angkut pembelian akan didebit pada akun
Beban Angkut Pembelian.
4. Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun
Retur dan Potongan Pembelian.
5. Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun
Potongan Tunai Pembelian.
6. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan
(Cost of Good Sold) dihitung pada akhir periode
setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian
persedian akhir.
JURNAL TRANSAKSI
SISTEM PERPETUAL SISTEM PERIODIK
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian
Dr. Persediaan xxxx Dr. Pembelian xxxx
Cr. Utang usaha xxxx Cr. Utang usaha xxxx
atau atau
Cr. Kas xxxx Cr. Kas xxxx

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan


Dr. Piutang usaha xxxx Dr. Piutang usaha xxxx
Cr. Penjualan xxxx Cr. Penjualan xxxx

Dr. Harga Pokok Penjualan xxxx


Cr. Persediaan xxxx

Jurnal penyesuian akhir periode


Tidak diperlukan jurnal. Rekening persediaan Dr. Harga pokok penjualan xxxx
menunjukkan saldo pada akhir periode Cr. Persediaan xxxx
Dr. Harga pokok penjualan xxxx
Cr. Pembelian xxxx
Dr. Persediaan xxxx
Cr. Harga Pokok penjualan xxxx
PENILAIAN PERSEDIAAN
 Penentuan nilai persediaan ini berhubungan
dengan penentuan harga pokok barang
yang terjual atau dikenal istilah harga pokok
penjualan.
 Metode:
1. Berdasarkan Biaya (Cost Methods) PA II
2. Berdasarkan Harga Pasar (Market Methods) AKT.
3. Berdasarkan Harga Terendah antara Biaya atau KEU
Harga Pasar (Lower Cost or Market)
METODE BIAYA (COST METHOD)
ATAU HARGA POKOK
1. Metode Identifikasi Khusus
2. Metode Asumsi Aliran Biaya atau Harga
Pokok yang terdiri dari:
a. FIFO (First in First Out) atau MPKP (Masuk
Pertama Keluar Pertama)
b. LIFO (Last in First Out) atau MTKP (Masuk
terakhir Keluar Pertama)
c. Average (Biaya Rata-rata Tertimbang)
Metode
Metode Perhitungan
Perhitungan Biaya
Biaya
Persediaan
Persediaan
43%
40%
34%
30%

19%
20%

10%
4%
0%
FIFO LIFO Biaya Lainnya
Rata-rata
Metode Identifikasi Khusus
 Atribusi (menghubungkan) biaya ke barang tertentu
yang dapat diidentifikasi dalam persediaan
 Diterapkan pada perusahaan yang menjual barang
yang mahal harganya tetapi jumlah & jenisnya
terbatas, sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas
saat barang dibeli sampai dengan dijual kembali.
Misal: mobil, alat-alat musik, barang-barang
elektronik, barang-barang antik
 Tetapi tidak tepat bagi sejumlah besar barang
homogen yang dapat menggantikan satu sama lain.
Metode Identifikasi Khusus
 Cara  persediaan diberi label tanggal
pembelian dan harga pokoknya sehingga
mudah diidentifikasi & menentukan biaya
barang yang telah dijual
 Metode identifikasi khusus ini mempunyai ciri
bahwa aliran biaya atau harga pokok barang
sama dengan aliran fisik barang yang dibeli
Contoh
 Data mutasi persediaan toko “Just Jeans”
adalah celana jeans sebanyak 15 potong
yang telah terjual meliputi 5 potong yang
dibeli pada tanggal 3 Januari, 4 potong yang
dibeli pada tanggal 6 Januari dan 6 potong
yang dibeli pada tanggal 14 Januari.
 Maka 
 Harga pokok persediaan yang telah terjual (HPP) untuk 15
potong celana adalah:
5 x Rp. 36.000 = Rp. 180.000 (pembelian tanggal 3 Jan)
4 x Rp. 37.000 = Rp. 148.000 (pembelian tanggal 6 Jan)
6 x Rp. 37.500 = Rp. 225.000 (pembelian tanggal 14 Jan)
Rp. 553.000

 Harga Pokok Persediaan yang tersisa (akhir) sebanyak 20


potong celana adalah:
7 x Rp. 36.000 = Rp. 252.000 (pembelian tanggal 3 Jan)
6 x Rp. 37.000 = Rp. 226.000 (pembelian tanggal 6 Jan)
2 x Rp. 37.500 = Rp. 75.000 (pembelian tanggal 14 Jan)
5 x Rp. 40.000 = Rp. 200.000 (pembelian tanggal 20 Jan)
Rp. 753.000
METODE ASUMSI ALIRAN BIAYA
ATAU HARGA POKOK (Perpetual)
1. FIFO / MPKP
Asumsi:
 Harga pokok barang yang masuk pertama
(yang dibeli lebih dulu) akan digunakan untuk
menentukan harga pokok dari barang yang
dijual terlebih dahulu pula.
 Sedangkan persediaan akhir mencerminkan
harga pokok barang yang dibeli dalam urutan
terakhir pada periode tertentu.
Contoh PERPETUAL

 PT Cendana memilik data barang dagangan


berupa condensor model TX321 sebagai
berikut:

Tanggal Pembelian (Unit) Penjualan (Unit) Saldo (Unit)


April 3 4,000 @ Rp 8.00 4,000
April 10 12,000 @ Rp 8.80 16,000
April 26 8,000 8,000
April 29 4,000 @ Rp 8.30 4,000
PERPETUAL FIFO

TGL Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total
3/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
10/4 12,000 Rp 8.80 Rp 105,600 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
12,000 Rp 8.80 Rp 105,600
26/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
4,000 Rp 8.80 Rp 35,200 8,000 Rp 8.80 Rp 70,400
29/4 4,000 Rp 8.30 Rp 33,200 8,000 Rp 8.80 Rp 70,400
4,000 Rp 8.30 Rp 33,200

Nilai Persediaan akhir adalah= Rp 70.400+Rp33.200= Rp 103.600


Harga pokok penjualan = Rp 32.000+Rp35.200 = Rp67.200
PERPETUAL
2. LIFO / MTKP
Asumsi:
 Harga pokok barang yang masuk terakhir
(yang dibeli terakhir) akan digunakan untuk
menentukan harga pokok dari barang yang
dijual lebih dahulu.
 Dengan demikian persediaan akhir
mencerminkan harga pokok barang yang
masuk dengan urutan paling dahulu atau dibeli
pertama
PERPETUAL LIFO

TGL Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total
3/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
10/4 12,000 Rp 8.80 Rp 105,600 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
12,000 Rp 8.80 Rp 105,600
26/4 8,000 Rp 8.80 Rp 70,400 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
4,000 Rp 8.80 Rp 35,200
29/4 4,000 Rp 8.30 Rp 33,200 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
4,000 Rp 8.80 Rp 35,200
4,000 Rp 8.30 Rp 33,200

Nilai Persediaan akhir adalah= Rp 32.000+Rp35.200+33.200= Rp 100.400


Harga pokok penjualan = Rp 64.000
PERPETUAL

3. MOVING AVERAGE (Rata-rata Bergerak)

Asumsi:
 Harga pokok barang yang dijual merupakan
nilai rata-rata dari harga pokok seluruh
persediaan yang telah masuk kedalam (telah
dibeli) perusahaan sebelum barang tersebut
terjual.
PERPETUAL RATA-RATA BERGERAK (MOVING AVARAGE)

TGL Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total Unit Harga Pokok Total
3/4 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000 4,000 Rp 8.00 Rp 32,000
10/4 12,000 Rp 8.80 Rp 105,600 16,000 Rp 8.60 Rp 137,600
26/4 8,000 Rp 8.60 Rp 68,800 8,000 Rp 8.60 Rp 68,800
29/4 4,000 Rp 8.30 Rp 33,200 12,000 Rp 8.50 Rp 102,000

Nilai Persediaan akhir adalah= Rp 102.000


Harga pokok penjualan = Rp 68.800
METODE ASUMSI ALIRAN BIAYA
ATAU HARGA POKOK (Periodik/Fisik)

1. FIFO
2. LIFO
3. Average / Rata-Rata
Contoh
PT PINATUBO
Radio Type Z202

Unit HP Per Unit Total HP


1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5200
1000 Rp 12000

Selama tahun ini telah dijual 550 unit & persediaan pada
tanggal 31 Desember berjumlah 450 unit
Periodik
FIFO
PERIODIK FIFO
HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5200
1000 Rp 12000

Langkah 1-Penentuan PERSEDIAAN AKHIR


Unit HP Per Unit Total HP
27/11 400 Rp 13 Rp 5200
24/8 50 Rp 12 Rp 600
450 Rp 5800

Langkah 2-Penentuan HARGA POKOK PENJUALAN

Tersedia dijual Rp 12,000


Persediaan Akhir Rp (5,800)
Harga Pokok Penjualan Rp 6,200
RINCIAN HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG
YANG TELAH DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 100 Rp 10 Rp 1000
15/4 200 Rp 11 Rp 2200
24/8 250 Rp 12 Rp 3000
550 Rp 6200
Periodik
LIFO
PERIODIK LIFO
HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1,000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2,200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3,600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5,200
1000 Rp 12,000
Langkah 1-Penentuan PERSEDIAAN AKHIR
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 100 Rp 10 Rp 1,000
15/4 200 Rp 11 Rp 2,200
24/8 150 Rp 12 Rp 1,800
450 Rp 5,000
Langkah 2-Penentuan HARGA POKOK PENJUALAN

Tersedia dijual Rp 12,000


Persediaan Akhir Rp (5,000)
Harga Pokok Penjualan Rp 7,000
RINCIAN HARGA POKOK PERSEDIAAN BARANG
YANG TELAH DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
27/11 400 Rp 13 Rp 5200
24/8 150 Rp 12 Rp 1800
550 Rp 7000
Periodik
Average
Harga pokok Jumlah Unit Rata-rata
: =
barang dijual Tersedia tertimbang per unit
Rp12.000 1000 Rp 12

PERIODIK AVERAGE
HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA DIJUAL
Unit HP Per Unit Total HP
1/1 Persediaan awal 100 Rp 10 Rp 1,000
15/4 Pembelian 200 Rp 11 Rp 2,200
24/8 Pembelian 300 Rp 12 Rp 3,600
27/11 Pembelian 400 Rp 13 Rp 5,200
1000 Rp 12,000
Langkah 1-Penentuan PERSEDIAAN AKHIR
Unit HP Per Unit Total HP
450 Rp 12 Rp 5,400

Langkah 2-Penentuan HARGA POKOK PENJUALAN

Tersedia dijual Rp 12,000


Persediaan Akhir Rp (5,400)
Harga Pokok Penjualan Rp 6,600
TUGAS
 Kerjakan Soal 3-5 hal 145 
1. Hitunglah nilai persediaan 31 Januari 2001
jika perusahaan menggunakan Metode
perpetual FIFO, Perpetual LIFO, & Moving
Average
2. Jurnal transaksi bulan Januari 2001
 Pelajari Kewajiban Lancar
 Selesai

Anda mungkin juga menyukai