Napza
Tutor Kelompok 5:
Zarahnaya 1410020
Kevin Ronaldo 1510029
Viralda Melo 1510036
Fennysia Teresa A. K. 1510038
Azalia Rahmanita E. 1510084
Ajeng Mira A 1510097
Herlina Haloho 1510126
Yenny 1510131
Shinta Yolavita 1510172
Victor Godlief Riwu Kore 1510178
Fisiologi
• Nyeri = pengalaman emosional + sensorik tak menyenangkan,
berhubungan dengan adanya secara nyata / ancaman kerusakan
jaringan tubuh / sesuatu digambarkan sebagai suatu kerusakan
jaringan (International Association for Study of pain – 1979)
• Teori terjadinya sensasi nyeri yg masih diterima kebenarannya: Gate
control theory -> dalam perjalanannya, impuls sensorik untuk nyeri
dapat mengalami penghambatan presinaptik oleh impuls sensorik lain
Secara kualitatif, 2 tipe nyeri dengan sifat
berbeda:
• Nyeri tipe I / Fast Pain / Nyeri Akut :
• Nyeri tajam
• Cepat timbul
• Lokalisasi baik, seperti ditusuk
• Reseptornya high threshold mechanoreceptor, merupakan spesific nociceptor,
dihantarkan serabut saraf tipe Ad
• Nyeri tipe II / Slow Pain / Nyeri Kronik
• Timbul lambat
• Lokalisasi buruk
• Dihantarkan serabut saraf tipe C
Berdasarkan sumber
• Nyeri permukaan dari reseptor kulit
• Nyeri dalam dari reseptor dalam jaringan
• Nyeri visceral
• Nyeri nosiseptik akibat kerusakan jaringan / sejenis
• Nyeri neuropatik akibat kerusakan saraf
Sensasi nyeri perlu proses aktivitas serangkaian unsur syaraf dari perifer ke
sentral:
1. Reseptor
• Mengubah berbagai bentuk energi dari rangsang menjadi potensial listrik ->
transduksi
2. Syaraf-syaraf penyalur / afferent / sensorik
• Menyalurkan muatan-muatan listrik dalam bentuk impuls yang dihasilkan reseptor
dalam bentuk sinyal potensial listrik -> transmisi
3. Pusat-pusat sensorik
• Tempat pengolahan / interaksi impuls sensorik, dapat dihasilkan suatu sensasi
atau persepsi -> integrasi •
• Reseptor untuk nyeri / nocireceptor = ujung-ujung syaraf sensorik tak
berbentuk khusus, disebut sebagai akhiran syaraf bebas / Free Nerve
Ending ->tersebar luas di seluruh jaringan organ tubuh dengan
kerapatan berbeda-beda
• Syaraf afferent : transmitter impuls nyeri. Ada 2, berdasarkan uk
diameter dan kecepatan hantar impuls. Tipe A (bermyelin, penghantar
cepat) dan tipe C (tak bermyelin, penghantar lama).
• Pusat sensorik: di medulla spinalis, talamus, korteks sensorik.
Dikenal 2 jalur transmisi yang terpisah dari sinyal implus untuk nyeri
dari perifer
• Fast pain -> Sinyal ditransmisikan dalam syaraf aferen/ sensorik tipe A
delta ke medula spinalis
• Slow pain -> sinyal ditransmisikan dalam syaraf afeen/ sensorik tipe C
ke dalam medula spinalis
Kontrol terhadap nyeri
• Tingkatan reaksi tiap orang terhadap sensasi nyeri bervariasi, segaris
tengah dengan kemampuan otak yang berbeda dalam menekan
masukan sinyal nyeri ke sistem syaraf (dengan cara aktivasi sistem
analgesia / sistem kontrol terhadap nyeri).
• 3 komponen sistem sistem analgesia
• Periaquaductal gray / PAG area periventrikuler mesencephalon dan bagian
atas pons sekeliling aquaductus sylvii serta sebagian ventrikel III dan IV.
Neuron daerah ini kirim sinyal ke 2
• Nucleus raphe magnus di daerah tengah pons bagian bawah – medula bagian
atas
• Nukleus paragigantocellularis dalam medula sebelah lateral
• Dari nukleus-nukleus ini
akan kirim sinyal -> turun ke
komplek bekerja pada
inhibitor nyeri dalam kornu
dorsalis medula spinalis. Di
tempat sinyal nyeri akan
diblokir sebelum diteruskan
ke otak. Beberapa
neurotransmitter terlibat
dalam kerja analgesia sistem
ini, terutama enkefalin dan
serotonin.
• Enkefalin banyak disekresi oleh
akhir serabut syaraf yang keluar dai
nukleus nukleus periakuaduktal.
Serabut syaraf yang keluar dari
raphe magnus dan berakhir pada
kornu dorsalis mensekresikan
serotonin neuron lokal sekresi
enkefalin. Enkefalin: presynaptic
inhibition dan postsynaptic
inhibition : blokir calsium channel
di membran syaraf terminal
• Penyalahgunaan NAPZA:
o Kondisi yang bisa dikonseptualisasikan sebagai seuatu ggn jiwa karena biasanya tidak mampu berfungsi secara wajar
dalam masyarakat, dan berperilaku maladaptif / menyimpang.
o Kondisi tsb bisa dilihat dari adanya
-Hendaya / impairment dalam fungsi sosial, pekerjaan atau sekolah
-Tak mampu mengendalikan diri / menghentikan penggunaan NAPZAnya
-Dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis yang parah.
• Napza adalah setiap bahan kimia / zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi ungsi tubuh
secara fisik dan psikologis.
• Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dibagi menjadi:
UU Narkotika pasal 45
Pecandu narkotika wajib menjalankan pengobatan dan atau perawatan
UU RI nomor 35 tahun 2009 pasal 43 dan 53 – 58
mengatur tentang pengobatan dan rehabilitasi pengguna narkotika
sedangkan pasal 60 tentang pembinaan dan pengawasan
Narkotika gol. I
• Hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tidak untuk terapi, potensi
sangat tinggi, mengakibatkan ketergantungan.
• Heroin, kokain, ganja
Narkotika gol. II
• Pengobatan pilihan terakhir, bisa untuk terapi dan atau pengembangan ilmu
pengetahuan, potensi tinggi, mengakibatkan ketergantungan.
• Morfin petidin serta turunan / garam nya.
• Toleransi (tolerance):
• Decrease in response to a drug dose that occurs with continued use of the drug (substance
abuse lexicon, 1990)
• Hal inilah yang menyebabkan,bahwa unuk mendapatkan efek yang sama seperti awal
penggunaan, kebutuhan pengguna terhadap zat psikoaktif yang biasa dipakai makin lama
makin meningkat.
• Putus zat, “sakaw/sakau” (withdrawal syndrome) : A group of symptoms of
variable clustering and degree of severity which occur on cessation or
reduction of use of a psychoactive substance which has been taken
repeatedly, usually for a prolonged period and / or in high dose; the syndrome
may be accompained by signs of physiological disturbance.
• Sindroma ketergantungan (dependence syndrome),:
Acluster of behavioural,cognitive,and physiological phenomena that
developed after repeated substance use; typically they include a strong desire
to take the substance, impaired control over its use, persisting use despite
harmful consequences, a higher priority given to the substance over other
activities and obligations, increased tolerance, and sometimes physical
withdrawal substance
Withdrawl Syndrome
Definisi
• Suatu sindrom yang terjadi pada orang-orang yang mengalami
ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol dan tidak melanjutkan
atau mengurangi pemakaian.
Etiologi
• ethanol,
• sedatif-hipnotik,
• opioid,
• stimulan, dan
• gamma-hydroxybutyrate (GHB).
Insidensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
• 1. Faktor individu yang meliputi:
• Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
• Tidak tegas terhadap tawanan/pengaruh teman sebaya
• Penilaian diri yang negatif seperti merasa kurang mampu dalam
pelajaran, pergaulan, penampilan diri atau tingkat/statu sosial
ekonomi yang rendah
• Kurang percaya diri dalam menghadapi tugas
• Untuk mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
• Tidak tekun dan cepat jenuh
• - Sikap memberontak terhadap peraturan/tata tertib
• - Pernyataan diri sudah dewasa
• - Identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang
tua/penggantinya yang kurang berjalan dengan baik, atau gangguan
identitas jenis kelamin, merasa diri kurang jantan
• - Mengalami depresi, cemas, hiperkinetik
• - Persepsi yang tidak realistis
• - Kepribadian dissosial (perilaku yang menyimpang dari norma yang
berlaku)
• Penghargaan sosial yang kurang
• Keyakinan bahwa penggunaan zat merupakan lambang keperkasaan
atau kemodernan
• Kurang menghayati ajaran agama
• 2. Faktor lingkungan yang meliputi:
• Mudah diperolehnya NAPZA
• Komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang efektif
• Hubungan antar orang tua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
• Orang tua atau anggota keluarga lainnya menggunakan NAPZA
• Lingkungan keluarga terlalu permisif atau bahkan sebaliknya terlalu
ketat dalam disiplin
• Orang tua yang otoriter atau dominan :
• Berteman dengan pengguna NAPZA
• Tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat
• Ancaman fisik dari teman atau pengedar
• Lingkungan sekolah yang tidak tertib
• Lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran
minat dan bakat para siswanya
Ciri-ciri yang patut dicurigai pengguna
NAPZA
• Prestasi akademik/kerja menurun, minat bergaul dan olah raga tidak
ada lagi
• Disiplin dan sopan santun menurun. Mengakibatkan perawatan dan
kerapihan diri
• Menghindar dari perhatian orang lain, menyendiri terutama ditempat-
tempat yang tidak
• biasa tanpa alasan yang helas (gudang, kamar mandi, sudut belakang
rumah, dll)
• Cepat tersinggung dan mudah marah
• Suka mencuri, curang, tidak jujur (pembohong), menghindar dari
tanggungjawab
• Bergaul dengan pengguna/pengedar NAPZA
• Diantara barang milik pribadi ditemukan alat suntik, amplop berisi
rajangan daun kering, bubuk putih-kekuningan, tablet/kapsul
• Lain-lain: sering mengalami cidera jasmani, menderita penyakit infeksi
tertentu (hepatitis,
• AIDS, endokarditis, dll), kejang-kejang terutama terjadi pertama kali
pada usia 10-30 tahun, gangguan paru dan keadaan umum yang buruk
Patogenesis dan patofisiologi
Penggunaan heroin Heroin masuk kedalam Berikatan dengan
(opioid) darah, menuju ke otak reseptor spesifik μ yg
dan medulla spinalis berhubungan dgn protein
G dan adenilatsiklase
Mempengaruhi transmisi
dan modulasi nyeri Aktivitas pelepasan
neurotransmitter terhambat
menaikan ambang rangsang (noradrenalin dan asetilkolin)
Mempengaruhi emosi
(tampak tenang walaupun
ada nyeri)
Terhambatnya hantaran listrik
pada ssp dan sistem saraf
perifer
analgesia
Sedasi
Efek heroin (opioid) yang
Letargi Heroin (opioid)
berpengaruh pada ssp
Tidak depresi Merangsang VTA
dan NAc
Pupil meiosis
Efek heroin (opioid) yang Kulit :
berpengaruh pada sistem saraf Vasodilatasi : merah, panas, keringat
tepi
Traktus urinarius :
Peningkatan tonus VU, dan m. sfingter
uretra interna : retensio urin
GIT :
hambat plexus mesentericus
-penurunan peristaltik kolon
Kardiovascular :
-peningkatan kontraksi m.spincter ani
Vasodilatasi pembuluh darah perifer
(konstipasi)
Penurunan aktivitas dan efek sedasi :
-Penurunan motilitas lambung
Hipotensi
Hambat plexus submukosus
-penurunan produksi as.lambung
Gejala klinis
• Gejala pemakaian: gembira, pupil mata kecil, nadi lambat, nafas lambat, susah
BAB, mengamuk
• Gejala putus zat: gelisah, mual, muntah, mata berair, hidung berair, sendi-sendi
nyeri, menggigil, pupil mata melebar, merinding
• Gejala intoksikasi: pupil mata kecil, tekanan darah turun, nafas lambat, nadi cepat,
pingsan, bisa meninggal
• Gejala pemakaian: mula-mula gelisah, mengamuk, daya pikir dan daya ingat turun,
bicara lambat, tindakan lambat
• Gejala putus zat: gelisah, sukar tidur, muntah, gemetar, kejang-kejang
• Gejala intoksikasi: gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, suka bertengkar, lalu
bicara tidak jelas, sempoyongan, nafas lambat, kesadaran turun, pingsan,
meninggal
Alkohol
• Gejala pemakaian: gembira, hambatan diri turun, muka kemerahan
• Gejala putus zat: gemetar, muntah, kejang, gelisah, sukar tidur, gangguan jiwa
• Gejala intoksikasi: gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri hilang, banyak bicara,
bicara tidak jelas, gangguan organ
Ganja
• Gejala pemakaian: melayang, gembira, santai, tenang, kepala berat, efisiensi
intelektual dan motorik terganggu, mata merah, curiga, moral turun “flashback”
• Gejala putus zat: susah tidur, gelisah, nafsu makan berkurang
• Gejala intoksikasi: penik, mengamuk, gila, demam, pupil mata melebar
Amfetamin
• Gejala pemakaian: siaga, percaya diri, euforia, banyak bicara, tidak mudah lelah,
tidak nafsu makan, berdebar-debar, nafas cepat, tekanan darah naik
• Gejala putus zat: lesu, apatis, tidur berlebihan, curiga, depresi (bunuh diri)
• Gejala intoksikasi: berdebar cepat, tekanan darah naik, perdarahan, bisa meninggal
IDENTIFIKASI MASALAH
Anamnesis:
- H seorang pemuda berusia 17 tahun datang bersama kedua orang tuanya ke poliklinik jiwa RS
dengan keluhan nyeri hebat diseluruh tubuhnya terutama di sendi-sendi dan perut serta disertai
diare. (Merupakan gejala withdrawal syndrome penggunaan zat. Putaw merupakan obat yang
mengakibatkan keluhan ini)
- Pada Autoanamnesis didapatkan bahwa H sudah menggunakan Pt sejak permulaan kelas 2 SMA
yang dimulai dengan coba-coba oleh karena malu dikatakan banci teman-temannya yang juga telah
menggunakan Pt lebih dulu (faktor lingkungan yang tidak baik), dikelasnya ada 2 teman lainnya yang
sama-sama menggunakan dan mereka bergabung dengan 2 orang lainnya diluar yang telah drop out
dari SMA yang sama (Sesuatu yang dimulai dari coba-coba hingga adiksi). Dan mereka berlima
sering memalak teman-temannya untuk memenuhi kebutuhan Pt yang makin meningkat, tapi teman-
teman dikelasnya takut melaporkan karena diancam oleh mereka. Sejak H menggunakan Pt, ia sering
bolos masuk sekolah dengan alasan sakit dan mengakui mereka suka mencuri surat keterangan sakit
dari Puskesmas setempat. Pada kenaikan kelas H dan kedua temannya tidak naik ke kelas 3.
(Perubahan perilaku/kriminal menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan akan putaw).
Pemeriksaan Fisik ditemukan
•H tampak pucat dan kesakitan, matanya merah berairmata dan agak cekung, dan
hidungnya banyak mengeluarkan ingus. (Gejala Putus Obat/ withdrawal syndrome)
•Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 108 x/menit Tachycardi
Suhu:37,5°C Subfebris
Respirasi:20x/menit
• Pupil mata midriasis, palpitasi positif, adanya piloereksi, pasien tampak menggigil dan
mengeluh diare disertai nyeri sendi-sendi dan otot. (Gejala Klinis Withdrawal Syndrome)
Pemeriksaan Psikis/Psikologik