Anda di halaman 1dari 85

Modul I Blok 26

Napza
Tutor Kelompok 5:

Zarahnaya 1410020
Kevin Ronaldo 1510029
Viralda Melo 1510036
Fennysia Teresa A. K. 1510038
Azalia Rahmanita E. 1510084
Ajeng Mira A 1510097
Herlina Haloho 1510126
Yenny 1510131
Shinta Yolavita 1510172
Victor Godlief Riwu Kore 1510178
Fisiologi
• Nyeri = pengalaman emosional + sensorik tak menyenangkan,
berhubungan dengan adanya secara nyata / ancaman kerusakan
jaringan tubuh / sesuatu digambarkan sebagai suatu kerusakan
jaringan (International Association for Study of pain – 1979)
• Teori terjadinya sensasi nyeri yg masih diterima kebenarannya: Gate
control theory -> dalam perjalanannya, impuls sensorik untuk nyeri
dapat mengalami penghambatan presinaptik oleh impuls sensorik lain
Secara kualitatif, 2 tipe nyeri dengan sifat
berbeda:
• Nyeri tipe I / Fast Pain / Nyeri Akut :
• Nyeri tajam
• Cepat timbul
• Lokalisasi baik, seperti ditusuk
• Reseptornya high threshold mechanoreceptor, merupakan spesific nociceptor,
dihantarkan serabut saraf tipe Ad
• Nyeri tipe II / Slow Pain / Nyeri Kronik
• Timbul lambat
• Lokalisasi buruk
• Dihantarkan serabut saraf tipe C
Berdasarkan sumber
• Nyeri permukaan dari reseptor kulit
• Nyeri dalam dari reseptor dalam jaringan
• Nyeri visceral
• Nyeri nosiseptik akibat kerusakan jaringan / sejenis
• Nyeri neuropatik akibat kerusakan saraf
Sensasi nyeri perlu proses aktivitas serangkaian unsur syaraf dari perifer ke
sentral:
1. Reseptor
• Mengubah berbagai bentuk energi dari rangsang menjadi potensial listrik ->
transduksi
2. Syaraf-syaraf penyalur / afferent / sensorik
• Menyalurkan muatan-muatan listrik dalam bentuk impuls yang dihasilkan reseptor
dalam bentuk sinyal potensial listrik -> transmisi
3. Pusat-pusat sensorik
• Tempat pengolahan / interaksi impuls sensorik, dapat dihasilkan suatu sensasi
atau persepsi -> integrasi •
• Reseptor untuk nyeri / nocireceptor = ujung-ujung syaraf sensorik tak
berbentuk khusus, disebut sebagai akhiran syaraf bebas / Free Nerve
Ending ->tersebar luas di seluruh jaringan organ tubuh dengan
kerapatan berbeda-beda
• Syaraf afferent : transmitter impuls nyeri. Ada 2, berdasarkan uk
diameter dan kecepatan hantar impuls. Tipe A (bermyelin, penghantar
cepat) dan tipe C (tak bermyelin, penghantar lama).
• Pusat sensorik: di medulla spinalis, talamus, korteks sensorik.
Dikenal 2 jalur transmisi yang terpisah dari sinyal implus untuk nyeri
dari perifer
• Fast pain -> Sinyal ditransmisikan dalam syaraf aferen/ sensorik tipe A
delta ke medula spinalis
• Slow pain -> sinyal ditransmisikan dalam syaraf afeen/ sensorik tipe C
ke dalam medula spinalis
Kontrol terhadap nyeri
• Tingkatan reaksi tiap orang terhadap sensasi nyeri bervariasi, segaris
tengah dengan kemampuan otak yang berbeda dalam menekan
masukan sinyal nyeri ke sistem syaraf (dengan cara aktivasi sistem
analgesia / sistem kontrol terhadap nyeri).
• 3 komponen sistem sistem analgesia
• Periaquaductal gray / PAG area periventrikuler mesencephalon dan bagian
atas pons sekeliling aquaductus sylvii serta sebagian ventrikel III dan IV.
Neuron daerah ini kirim sinyal ke 2
• Nucleus raphe magnus di daerah tengah pons bagian bawah – medula bagian
atas
• Nukleus paragigantocellularis dalam medula sebelah lateral
• Dari nukleus-nukleus ini
akan kirim sinyal -> turun ke
komplek bekerja pada
inhibitor nyeri dalam kornu
dorsalis medula spinalis. Di
tempat sinyal nyeri akan
diblokir sebelum diteruskan
ke otak. Beberapa
neurotransmitter terlibat
dalam kerja analgesia sistem
ini, terutama enkefalin dan
serotonin.
• Enkefalin banyak disekresi oleh
akhir serabut syaraf yang keluar dai
nukleus nukleus periakuaduktal.
Serabut syaraf yang keluar dari
raphe magnus dan berakhir pada
kornu dorsalis mensekresikan
serotonin  neuron lokal sekresi
enkefalin. Enkefalin: presynaptic
inhibition dan postsynaptic
inhibition : blokir calsium channel
di membran syaraf terminal

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006.
Biokimia Sistem Saraf
Jenis Neurotransmiter
Neurotransmiter dibagi dalam 4 klas:
• Klas I: Asetilkolin
• Klas II: Monoamin, co: epinefrin, norepinefrin, dopamine, serotonin
• Klas III: Asam amino, co: GABA (Gams Amino Butyric Acid), Glisin, Glutamat
• Klas IV: Peptida, co: endorfin(opioid), somatostatin, ACTH, enkefalin, substansi
P, neurotensin, dan lain-lain.
Reseptor Opioid
• Reseptor opioid tersebar luas di seluruh sistem saraf pusat tetapi lebih
terkonsentrasi di otak tengah yaitu sistem limbik, thalamus, hipothalamus,
corpus striatum, sistem aktivasi retolier dan di korda spinalis yaitu substansia
gelatinosa dan dijumpai pula di plexus saraf usus
• Tempat terikatnya opioid di sel otak, dapat diidentifikasikasi menjadi 5 golongan:
- Reseptor μ (miu)
- Reseptor 𝛿 (delta)
- Reseptor 𝜅(kappa)
- Reseptor 𝜍 (sigma)
- Reseptor (epsilon)
ASPEK PSIKIATRIK PENGGUNAAN NAPZA
• Penggunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya):
o Masalah kesehatan yang perlu diperhatikan dengan serius.
o Jumlah pasien terus ↑
o Sering kambuh
o Dampaknya luas terhadap px dan lingkungan (kesehatan, sosiolegal) perlu upaya multi dan interdisipliner yang
sungguh-sungguh untuk mengatasi masalah ini.
o Pemakaian NAPZA sebagai bagian lifestyle.

• Penyalahgunaan NAPZA:
o Kondisi yang bisa dikonseptualisasikan sebagai seuatu ggn jiwa karena biasanya tidak mampu berfungsi secara wajar
dalam masyarakat, dan berperilaku maladaptif / menyimpang.
o Kondisi tsb bisa dilihat dari adanya
-Hendaya / impairment dalam fungsi sosial, pekerjaan atau sekolah
-Tak mampu mengendalikan diri / menghentikan penggunaan NAPZAnya
-Dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis yang parah.
• Napza adalah setiap bahan kimia / zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi ungsi tubuh
secara fisik dan psikologis.
• Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dibagi menjadi:

Depresan Stimulan Halusinogen


• Alkohol • Amfetamin • LSD
• Benzodiazepin • Metamfetamin • PCP
• Opioid • Kokain • Magic
• Solven mushrooms
• Kanabis dosis • Kanabis dosis
rendah tinggi
Napza yang bekerja sebagai depresan Napza yang berefek stimulan
o Memperlambat / menekan SSPusat dan pesan yang o Mempercepat / merangsang kerja SSPusat dan pesan ke
dikirim ke otak dan dari otak
o Melambatkan detak jantung dan pernafasan o Meningkatkan detak janung, TD, dan suhu tubuh
o Efek depresan: o Membuat orang lebih sadar dan waspada.
▪ Ringan • Perasaan tenang o Efek stimulan
• Sejahtera ▪ Ringan • Ga nafsu makan
• Gembira berlebih (euforia) • Ga bisa tidur
• Banyak bicara
• Rileks
• Gelisah
▪ Lebih serius • Agresi
▪ Lebih serius • Cadel • Panik
• Sempoyongan • Cemas
• Mual • Sefalgia
• Paranoia
• Muntah
Napza yang berefek halusinogen
o Mempengaruhi persepsi orang sehingga melihat / mendengar sesuatu secara terdistorsi
o Efek halusinogen: ▪ TD meningkat
▪ Detak jantung meningkat
▪ Hilang nafsu makan
▪ Kram perut
▪ Banyak bicara dan tertawa
▪ Aktivitas meningkat
▪ Panik
▪ Dilatasi pupil
▪ Distorsi waktu dan ruang
• Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan dampak yang luas antara lain, mengganggu
hubungan keluarga. Menurunkan prestasi akademis sampai drop-out, menurunkan produktifitas
kerja sampai PHK, ketidakmampuan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
perubahan perilaku menjadi antisosial (mencuri, berbohong, menipu, tindak kekerasan,
penganiayaan atau tindak kriminal lainnya), tertular dan menyabarkan penyakit infeksi (hepatitis
b, hepatitis c, endokarditis, HIV, dll).
• Berikut ini adalah tanda/ciri-ciri yang patut menimbulkan dugaan, bahwa yang bersangkutan
adalah pengguna NAPZA:
- Prestasi akademik/kerja menurun, minat bergaul dan olah raga tidak ada lagi
- Disiplin dan sopan santun menurun. Mengakibatkan perawatan dan kerapihan diri
- Menghindar dari perhatian orang lain, menyendiri terutama ditempat-tempat yang tidak
biasa tanpa alasan yang helas (gudang, kamar mandi, sudut belakang rumah, dll)
- Cepat tersinggung dan mudah marah
- Suka mencuri, curang, tidak jujur (pembohong), menghindar dari tanggungjawab
- Bergaul dengan pengguna/pengedar NAPZA
- Diantara barang milik pribadi ditemukan alat suntik, amplop berisi rajangan dun kering,
bubuk putih-kekuningan, tablet/kapsul
- Lain-lain: sering mengalami cidera jasmani, menderita penyakit infeksi tertentu (hepatitis,
AIDS, endokarditis, dll), kejang-kejang terutama terjadi pertama kali pada usia 10-30 tahun,
gangguan paru dan keadaan umum yang buruk
Dari sudut psikiatri penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan gangguan mental organik akibat NAPZA atau
disebut juga sindrom otak organik, yang disebabkan oleh efek langsung dari NAPZA tersebut terhadap susunan
saraf pusat/otak akibat lainnya adalah berfokus pada perubahan perilaku yang berkaitan dengan penggunaan
NAPZA yang mempengaruhi susunan saraf pusat.
Menurut Hawari. Mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA ini biasanya disebabkan oleh adanya interaksi dari
beberapa faktor. Yaitu:
1. Faktor individu yang meliputi:
- Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
- Tidak tegas terhadap tawanan/pengaruh teman sebaya
- Penilaian diri yang negatif seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri atau
tingkat/statu sosial ekonomi yang rendah
- Kurang percaya diri dalam menghadapi tugas
- Untuk mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
- Tidak tekun dan cepat jenuh
- Sikap memberontak terhadap peraturan/tata tertib
- Pernyataan diri sudah dewasa
- Identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang tua/penggantinya yang kurang
berjalan dengan baik, atau gangguan identitas jenis kelamin, merasa diri kurang jantan
- Mengalami depresi, cemas, hiperkinetik
- Persepsi yang tidak realistis
- Kepribadian dissosial (perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku)
- Penghargaan sosial yang kurang
- Keyakinan bahwa penggunaan zat merupakan lambang keperkasaan atau kemodernan
- Kurang menghayati ajaran agama
2. Faktor lingkungan yang meliputi:
- Mudah diperolehnya NAPZA
- Komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang efektif
- Hubungan antar orang tua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
- Orang tua atau anggota keluarga lainnya menggunakan NAPZA
- Lingkungan keluarga terlalu permisif atau bahkan sebaliknya terlalu ketat dalam disiplin
- Orang tua yang otoriter atau dominan
- Berteman dengan pengguna NAPZA
- Tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat
- Ancaman fisik dari teman atau pengedar
- Lingkungan sekolah yang tidak tertib
- Lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran minat dan bakat para siswanya
Narkotika dan Minuman
Keras
UU RI No 22 1997 tentang Narkotika
Narkotika  zat / obat yang berasal dari tanaman / bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, kurangi sampai mengilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

UU Narkotika pasal 45
Pecandu narkotika wajib menjalankan pengobatan dan atau perawatan
UU RI nomor 35 tahun 2009 pasal 43 dan 53 – 58
mengatur tentang pengobatan dan rehabilitasi pengguna narkotika
sedangkan pasal 60 tentang pembinaan dan pengawasan
Narkotika gol. I
• Hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tidak untuk terapi, potensi
sangat tinggi, mengakibatkan ketergantungan.
• Heroin, kokain, ganja

Narkotika gol. II
• Pengobatan pilihan terakhir, bisa untuk terapi dan atau pengembangan ilmu
pengetahuan, potensi tinggi, mengakibatkan ketergantungan.
• Morfin petidin serta turunan / garam nya.

Narkotika gol. III


• Berkhasiat pengobatan, banyak dipakai dalam terapi dan atau pengembangan
ilmu pengetahuan, potensi ringan, mengakibatkan ketergantungan.
• Kodein, garam narkotika gol tsb.
UU RI No.35/2009 tentang Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiha ataupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SPP
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku

UU Psikotropika pada pasal 37


menyatakan bahwa pengguna psikotropika yang menderita sindroma
ketergantungan berkewajiban unutk ikut serta dalam pengobatan
dan/atau perawatan
Golongan Psikotropika
Psikotropika golongan I Psikotropika golongan II
• Psikotropika yang hanya dapat ▪Berkhasiat pengobatan & dapat
digunakan untuk tujuan ilmu digunakan u/ terapi dan/ atau untuk
pengetahuan & tidak digunakan pengembagan ilmu pengetahuan, serta
untuk terapi, serta mempunyai mempunyai potensi kuat
potensi amat kuat mengakibatkan mengakibatkan sindroma
sindroma ketergantungan ketergantungan
• ▪ MMDA, Ekstasi, LSD, STP ▪ Amfetamin, fensiklidin,
sekobarbital, metakualon, metilfenidat
Golongan Psikotropika
Psikotropika golongan III Psikotropika golongan IV
• Berkhasiat pengobatan dan banyak ▪Berkhasiat pengobatan dan sangat
digunakan dalam terapi atau untuk luas digunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu pengetahuan, serta atau/tidak tujuan ilmu pengetahuan,
mempunyai potensi sedang serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma mengakibatkan sindroma
ketergantungan ketergantungan
▪ Fenobarbital, flunitrazepam ▪ Diazepam, klobazepam,
bromazepam, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam
Minuman keras
• Menurut peraturan Menkes No.36 tahun 1997, minuman keras dibagi
dalam 3 golongan

GOLONGAN A GOLONGAN B GOLONGAN A


• Kadar Ethanol 1-5% • Kadar Ethanol 5-20% • Kadar Ethanol 20-40%
• Bir • Anggur • Whiski, Vodka, Brady
Istilah Penting
• Zat psikoaktif (psychoactive substance) dalam PPDGJ III (Depkes RI
1993), terdapat 9 kelompok zat psikoaktif, yaitu: alkohol, opioida,
kanabinoida, sedatif/hipnotika, kokain, stimulansia lain termasuk
kafein, halusinogenika, tambakau dan pelarut yang mudah
menguap/solven.
• Toleransi (tolerance), unuk mendapatkan efek yang sama seperti
awal penggunaan, kebutuhan pengguna terhadap zat psikoaktif yang
biasa dipakai makin lama makin meningkat.
ISTILAH
• Zat psikoaktif (psychoactive substance) dalam PPDGJ III (Depkes RI 1993), yang menjadi
dasar klasifikasi diagnostik gangguan jiwa di Indonesia saat ini, dicantumkan 9 kelompok zat
psikoaktif, yaitu: alkohol, opioida, kanabinoida, sedatif/hipnotika, kokain, stimulansia lain
termasuk kafein, halusinogenika, tambakau dan pelarut yang mudah menguap/solven.

• Toleransi (tolerance):
• Decrease in response to a drug dose that occurs with continued use of the drug (substance
abuse lexicon, 1990)
• Hal inilah yang menyebabkan,bahwa unuk mendapatkan efek yang sama seperti awal
penggunaan, kebutuhan pengguna terhadap zat psikoaktif yang biasa dipakai makin lama
makin meningkat.
• Putus zat, “sakaw/sakau” (withdrawal syndrome) : A group of symptoms of
variable clustering and degree of severity which occur on cessation or
reduction of use of a psychoactive substance which has been taken
repeatedly, usually for a prolonged period and / or in high dose; the syndrome
may be accompained by signs of physiological disturbance.
• Sindroma ketergantungan (dependence syndrome),:
Acluster of behavioural,cognitive,and physiological phenomena that
developed after repeated substance use; typically they include a strong desire
to take the substance, impaired control over its use, persisting use despite
harmful consequences, a higher priority given to the substance over other
activities and obligations, increased tolerance, and sometimes physical
withdrawal substance
Withdrawl Syndrome
Definisi
• Suatu sindrom yang terjadi pada orang-orang yang mengalami
ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol dan tidak melanjutkan
atau mengurangi pemakaian.
Etiologi

• ethanol,
• sedatif-hipnotik,
• opioid,
• stimulan, dan
• gamma-hydroxybutyrate (GHB).
Insidensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
• 1. Faktor individu yang meliputi:
• Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
• Tidak tegas terhadap tawanan/pengaruh teman sebaya
• Penilaian diri yang negatif seperti merasa kurang mampu dalam
pelajaran, pergaulan, penampilan diri atau tingkat/statu sosial
ekonomi yang rendah
• Kurang percaya diri dalam menghadapi tugas
• Untuk mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
• Tidak tekun dan cepat jenuh
• -  Sikap memberontak terhadap peraturan/tata tertib
• -  Pernyataan diri sudah dewasa
• -  Identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang
tua/penggantinya yang kurang berjalan dengan baik, atau gangguan
identitas jenis kelamin, merasa diri kurang jantan
• -  Mengalami depresi, cemas, hiperkinetik
• -  Persepsi yang tidak realistis
• -  Kepribadian dissosial (perilaku yang menyimpang dari norma yang
berlaku)
• Penghargaan sosial yang kurang
• Keyakinan bahwa penggunaan zat merupakan lambang keperkasaan
atau kemodernan
• Kurang menghayati ajaran agama
• 2. Faktor lingkungan yang meliputi:
• Mudah diperolehnya NAPZA
• Komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang efektif
• Hubungan antar orang tua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
• Orang tua atau anggota keluarga lainnya menggunakan NAPZA
• Lingkungan keluarga terlalu permisif atau bahkan sebaliknya terlalu
ketat dalam disiplin  
• Orang tua yang otoriter atau dominan :
• Berteman dengan pengguna NAPZA
• Tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat
• Ancaman fisik dari teman atau pengedar
• Lingkungan sekolah yang tidak tertib
• Lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran
minat dan bakat para siswanya
Ciri-ciri yang patut dicurigai pengguna
NAPZA
• Prestasi akademik/kerja menurun, minat bergaul dan olah raga tidak
ada lagi
• Disiplin dan sopan santun menurun. Mengakibatkan perawatan dan
kerapihan diri
• Menghindar dari perhatian orang lain, menyendiri terutama ditempat-
tempat yang tidak
• biasa tanpa alasan yang helas (gudang, kamar mandi, sudut belakang
rumah, dll)
• Cepat tersinggung dan mudah marah
• Suka mencuri, curang, tidak jujur (pembohong), menghindar dari
tanggungjawab
• Bergaul dengan pengguna/pengedar NAPZA
• Diantara barang milik pribadi ditemukan alat suntik, amplop berisi
rajangan daun kering, bubuk putih-kekuningan, tablet/kapsul
• Lain-lain: sering mengalami cidera jasmani, menderita penyakit infeksi
tertentu (hepatitis,
• AIDS, endokarditis, dll), kejang-kejang terutama terjadi pertama kali
pada usia 10-30 tahun, gangguan paru dan keadaan umum yang buruk
Patogenesis dan patofisiologi
Penggunaan heroin Heroin masuk kedalam Berikatan dengan
(opioid) darah, menuju ke otak reseptor spesifik μ yg
dan medulla spinalis berhubungan dgn protein
G dan adenilatsiklase

Berikatan dengan reseptor


spesifik μ (miu), δ (delta), K
(kappa) Menghambat enzim yang
mengubah ATP  cAMP

Mempengaruhi transmisi
dan modulasi nyeri Aktivitas pelepasan
neurotransmitter terhambat
menaikan ambang rangsang (noradrenalin dan asetilkolin)
Mempengaruhi emosi
(tampak tenang walaupun
ada nyeri)
Terhambatnya hantaran listrik
pada ssp dan sistem saraf
perifer
analgesia
Sedasi
Efek heroin (opioid) yang
Letargi Heroin (opioid)
berpengaruh pada ssp
Tidak depresi Merangsang VTA
dan NAc

Merangsang CTZ di Rangsangan Inhibisi pusat Meningkat


batang otak parasimpatis respirasi di pons produksi
dan medulla dopamine
oblongata
Merangsang N.
Nausea & vomitus Edinger Wesphal euforia
(N.III) Pernapasan
menurun

Pupil meiosis
Efek heroin (opioid) yang Kulit :
berpengaruh pada sistem saraf Vasodilatasi : merah, panas, keringat
tepi

Traktus urinarius :
Peningkatan tonus VU, dan m. sfingter
uretra interna : retensio urin
GIT :
hambat plexus mesentericus
-penurunan peristaltik kolon
Kardiovascular :
-peningkatan kontraksi m.spincter ani
Vasodilatasi pembuluh darah perifer
(konstipasi)
Penurunan aktivitas dan efek sedasi :
-Penurunan motilitas lambung
Hipotensi
Hambat plexus submukosus
-penurunan produksi as.lambung
Gejala klinis

Gejala pemakaian : euforia, pupil meiosis, nadi lambat, nafas lambat,


konstipasi, mengantuk

Gejala withdrawal : gelisah, depresi, sulit fokus, insomnia, mual,


muntah, lakrimasi, rhinorrhea, diare, atralgia, myalgia, piloereksi
(merinding), pupil midriasis.

Gejala intoksikasi : pupil meiosis, TD turun, nafas lambat, nadi cepat,


hilang kesadaran (pingsan), meninggal
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan
• Penapisan
• Diagnosis pada saat darurat
• Kepentingan forensik
• Pemantauan detoksifikasi
Drug-Strip Immunochromatographic Assay
• BP: Urin
• Sifat: Kualitatif, mudah, cepat, hasil dapat dilihat secara visual tanpa
alat khusus
• Untuk pemeriksaan penapisan
• Prinsip: Bila kadar zat bebas sama atau melebihi cut off, maka zat
tersebut akan berikatan dengan antidrug antibody  menghambat
timbulnya pita merah pada membran  hasil (+)
Step 1: Keluarkan strip dari bungkusnya pada
suhu ruangan
Step 2: Tarik pembungkus plastik sehingga
stripnya terbuka
Step 3: Celupkan strip secara vertikal ke dalam sampel urin kurang
lebih 15-30 detik. Pastikan semua strip tercelup pada spesimen
sampai garis
Step 4: Keluarkan strip dari sampel urin dan
letakkan pada permukaan yang datar
Step 5: Baca hasil tes setelah 5 menit dan
jangan menginterpretasikannya setelah 4 jam
Gejala-Gejala Pemakaian, Putus zat,
dan Intoksikasi
 Opiat (morfin, heroin)

• Gejala pemakaian: gembira, pupil mata kecil, nadi lambat, nafas lambat, susah
BAB, mengamuk
• Gejala putus zat: gelisah, mual, muntah, mata berair, hidung berair, sendi-sendi
nyeri, menggigil, pupil mata melebar, merinding
• Gejala intoksikasi: pupil mata kecil, tekanan darah turun, nafas lambat, nadi cepat,
pingsan, bisa meninggal

 Obat penenang/ obat tidur

• Gejala pemakaian: mula-mula gelisah, mengamuk, daya pikir dan daya ingat turun,
bicara lambat, tindakan lambat
• Gejala putus zat: gelisah, sukar tidur, muntah, gemetar, kejang-kejang
• Gejala intoksikasi: gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, suka bertengkar, lalu
bicara tidak jelas, sempoyongan, nafas lambat, kesadaran turun, pingsan,
meninggal
 Alkohol
• Gejala pemakaian: gembira, hambatan diri turun, muka kemerahan
• Gejala putus zat: gemetar, muntah, kejang, gelisah, sukar tidur, gangguan jiwa
• Gejala intoksikasi: gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri hilang, banyak bicara,
bicara tidak jelas, gangguan organ

 Ganja
• Gejala pemakaian: melayang, gembira, santai, tenang, kepala berat, efisiensi
intelektual dan motorik terganggu, mata merah, curiga, moral turun “flashback”
• Gejala putus zat: susah tidur, gelisah, nafsu makan berkurang
• Gejala intoksikasi: penik, mengamuk, gila, demam, pupil mata melebar

 Amfetamin
• Gejala pemakaian: siaga, percaya diri, euforia, banyak bicara, tidak mudah lelah,
tidak nafsu makan, berdebar-debar, nafas cepat, tekanan darah naik
• Gejala putus zat: lesu, apatis, tidur berlebihan, curiga, depresi (bunuh diri)
• Gejala intoksikasi: berdebar cepat, tekanan darah naik, perdarahan, bisa meninggal
IDENTIFIKASI MASALAH

 Anamnesis:
- H seorang pemuda berusia 17 tahun datang bersama kedua orang tuanya ke poliklinik jiwa RS
dengan keluhan nyeri hebat diseluruh tubuhnya terutama di sendi-sendi dan perut serta disertai
diare. (Merupakan gejala withdrawal syndrome penggunaan zat. Putaw merupakan obat yang
mengakibatkan keluhan ini)

- Dari Heteroanamnesis didapatkan hal-hal sebagai berikut :


Sejak 1 hari yang lalu kedua orang tuanya mendapatkan anaknya H sedang merintih-rintih
kesakitan dikamarnya, ketika ditanya dan dibujuk H menceritakan bahwa ia berusaha untuk tidak
memakai Pt sejak 1 hari (Putus obat) yang lalu karena merasa takut setelah mengetahui 2 orang
dari 5 anggota gengnya mati setelah menyuntik Pt, biasanya mereka berlima nyuntik bebarengan
dengan jarum suntik yang sama secara bergiliran. (Menggunakan faktor risiko terkena Hepatitis B
dan C, HIV)
Kedua orang tuanya merasa cemas dan tak mengira bahwa anak bungsunya dari 3 bersaudara ini
terlibat dalam pemakaian narkoba jenis putau (Problem sosial: gangguan perilaku antisosial ->
orang tua tidak mengetahui kegiatan anaknya). Memang sejak H tidak naik kelas dari SMA kelas 2 ke
kelas 3, kedua orang tuanya sudah melihat adanya perubahan perilaku dari H (penggunaan jangka
panjang), tapi oleh karena kesibukan orang tuanya semuanya berjalan sampai mereka menemukan
anaknya H sedang merintih kasakitan dan memutuskan untuk membawa anaknya ke Psikiater.16

- Pada Autoanamnesis didapatkan bahwa H sudah menggunakan Pt sejak permulaan kelas 2 SMA
yang dimulai dengan coba-coba oleh karena malu dikatakan banci teman-temannya yang juga telah
menggunakan Pt lebih dulu (faktor lingkungan yang tidak baik), dikelasnya ada 2 teman lainnya yang
sama-sama menggunakan dan mereka bergabung dengan 2 orang lainnya diluar yang telah drop out
dari SMA yang sama (Sesuatu yang dimulai dari coba-coba hingga adiksi). Dan mereka berlima
sering memalak teman-temannya untuk memenuhi kebutuhan Pt yang makin meningkat, tapi teman-
teman dikelasnya takut melaporkan karena diancam oleh mereka. Sejak H menggunakan Pt, ia sering
bolos masuk sekolah dengan alasan sakit dan mengakui mereka suka mencuri surat keterangan sakit
dari Puskesmas setempat. Pada kenaikan kelas H dan kedua temannya tidak naik ke kelas 3.
(Perubahan perilaku/kriminal menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan akan putaw).
 Pemeriksaan Fisik ditemukan

•H tampak pucat dan kesakitan, matanya merah berairmata dan agak cekung, dan
hidungnya banyak mengeluarkan ingus. (Gejala Putus Obat/ withdrawal syndrome)

•Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 108 x/menit Tachycardi
Suhu:37,5°C Subfebris
Respirasi:20x/menit

• Pupil mata midriasis, palpitasi positif, adanya piloereksi, pasien tampak menggigil dan
mengeluh diare disertai nyeri sendi-sendi dan otot. (Gejala Klinis Withdrawal Syndrome)
 Pemeriksaan Psikis/Psikologik

• Roman muka agak depresif,


• perhatiannya kurang,
• ada halusinasi auditorik,
• emosinya meninggi disertai agitasi,
• bicaranya mulai melantur
• dan pasien merasa dirinya dibicarakan orang-orang sekitarnya,
• dekorum kurang baik sopan santun maupun kebersihan.

 Hasil pemeriksaan Laboratorium


•Hematologi Rutin
Hb:14,7g/dL
Ht:44%
Leukosit : 6.600/mm3
Trombosit : 258.000/mm3
•Urinalisis rutin dalam batas normal Feses rutin
belum dilakukan
FAKTOR PENYEBAB
PENYALAHGUNAAN
NAPZA
• Faktor individu yang meliputi:
• Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
• Tidak tegas terhadap tawanan/pengaruh teman sebaya
• Penilaian diri yang negatif seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran,
pergaulan, penampilan diri atau tingkat/statu sosial ekonomi yang rendah
• Kurang percaya diri dalam menghadapi tugas
• Untuk mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
• Tidak tekun dan cepat jenuh
• Sikap memberontak terhadap peraturan/tata tertib
• Pernyataan diri sudah dewasa
• Identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang tua/penggantinya
yang kurang berjalan dengan baik, atau gangguan identitas jenis kelamin, merasa
diri kurang jantan
• Mengalami depresi, cemas, hiperkinetik
• Persepsi yang tidak realistis
• Kepribadian dissosial (perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku)
• Penghargaan sosial yang kurang
• Keyakinan bahwa penggunaan zat merupakan lambang keperkasaan atau
kemodernan
• Kurang menghayati ajaran agama
• Faktor lingkungan yang meliputi:
• Mudah diperolehnya NAPZA
• Komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang efektif
• Hubungan antar orang tua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
• Orang tua atau anggota keluarga lainnya menggunakan NAPZA
• Lingkungan keluarga terlalu permisif atau bahkan sebaliknya terlalu ketat
dalam disiplin
• Orang tua yang otoriter atau dominan
• Berteman dengan pengguna NAPZA
• Tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat
• Ancaman fisik dari teman atau pengedar
• Lingkungan sekolah yang tidak tertib
• Lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran minat dan
bakat para siswanya
PEDOMAN DIAGNOSTIK
SINDROM KETERGANTUNGAN
• Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini, dalam masa 1 tahun
sebelumnya:
• Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksauntuk menggunakan zat
psikoaktif
• Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat
• Keadaan putus zat secara fisiologis (F1x.3 atau F1x.4) ketikapenghentian atau
pengurangan zat
• Adanya toleransi berupa peningkatan dosis zat psikoaktif
• Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atauminat lain akibat penggunaan
zat psikoaktif
• Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibatyang merugikan
kesehatannya
KEADAAN PUTUS ZAT
• Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindroma
ketergantungan obat dan diagnosis Sindroma ketergantungan zat harus
turut dipertimbangkan.
• Keadaan putus zat, hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini
merupakan alasan rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian
medis secara khusus.
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (misalnya anxietas, gangguan tidur dan depresi) merupakan
gambaran umum dari Keadaan Putus zat ini.
• Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan
mereda dengan meneruskan penggunaan zat.
PKP
Pencegahan
• Penyuluhan NAPZA pada orang tua, anak, remaja, guru, tokoh agama,
tokoh masyarakat.
Anak dan remaja
• Mampu memahami diri sendiri dan mampu mengelola perilaku,emosi dan waktu sehari-hari secara
efektif
• Melatih kemampuan mengatasi masalah atau stres.
• Meningkatkan kemampuan berkomnikasi secara efektif terhadap teman sebaya dan orang dewasa.
• Mampu memahami fakta penyalahgunaan NAPZA alasan mengapa berbahaya dan cara menolak
tawaran untuk menggunakannya
• Menyadari bahwa sikap dan perilaku iseng serta coba-coba dan penasaran adalah tidak
bertanggung jawab
• Mengetahui gejala penyalahgunaan
• Memiliki nilai atau norma baik dan buruk dalam penyalahgunaan NAPZA
• Mampu membantu menolong remaja lainnya menghindari penyalahgunaan NAPZA dan
mendorong mereka menolak tawaran.
• Membujuk mereka yang menyalahgunakan untuk mencari pertolongan dan melaporkan mereka
yang menjual NAPZA kepada orang tua, kepala sekolah atau penegak hukum
• Berpartisipasi dalam diskusi yang membahas besar dan luasnya masalah NAPZA disekolah atau
lingkungannya
Orang tua
• Mampu mengembangkan kemampuan membina keluarga harmonis dengan
komonikasi efektif,
• Mengembangkan kemampuan mengatasi masalah
• Memahami pengaruh dan akibat penyalahgunaan NAPZA
• Memahami situasi dimana penyalahgunaan terjadi
• Mengenali gejala dini penyalahgunaan,
• Memahami cara pencegahan dirumah,
• Mengerti dan mampu bersikap bila menghadapi kemungkinan anak
menyalahgunakan NAPZA,
• Memantau perilaku anak sehari-hari dan melaporkan kepada sekolah jika ada
penyimpangan,
• Menjalin kerjasama yang baik dengan sekolah.
Guru,Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
• Mampu memberikan penyuluhan dan informasi pada guru, tokoh
masyarakat dan tokoh agama bahwa penyalahguna sebenarnya adalah
seorang penderita penyakit yang memerlukan bantuan medis.
• Memahami masalah penyalahgunaan NAPZA, upaya penanggulangan di
masyarakat dan sekolah
• Mampu mengamati situasi dan kondisi lingkungan diwilayahnya mengenai
penyalahgunaan NAPZA
• Mengenali gejala dan merujuknya
• Mampu menggalang potensi yang ada di masyarakat yang dapat
membantu pelaksanaan penanggulangan di sekolah/lingkungan.
Komorbiditas
• Hepatitis C
• TB paru
• HIV/AIDS
• DHF
• Depresi
• Psikotik (akut)
• Skizofrenia
• Inhalar dependen
• Withdrawal + ketergantungan
• Gangguan bipolar
Komplikasi
• Kelebihan dosis berakibat fatal
• Keracunana pelarut pada pemakian lewat suntikan
• Menyuntik tidak steril
- Abses
- Sepsis
- Hepatitis
- HIV
• Gizi buruk
• Penyakit kulit
• Karies dentik
• Anemia
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai