Anda di halaman 1dari 98

TUTORIAL BLOK 25

“Keganasan pada Pria”


Tutor 5
Zarahnaya 1410020
Kevin Ronaldo 1510029
Viralda Melo 1510036
Fennysia Teresa A. K. 1510038
Azalia Rahmanita E. 1510084
Ajeng Mira A 1510097
Herlina Haloho 1510126
Yenny 1510131
Shinta Yolavita 1510172
Victor Godlief Riwu Kore 1510178
ANATOMI URETHRA MASCULINA
DAN PROSTATA
• Urethra pria memiliki panjang sekitar 20cm
• Berawal: basis vesicae melalui prostata akan ke
bawah masuk spatium perinei profundus dan
membrana perinealis masuk radix penis.
• Urethra pada pria dibagi menjadi
o Pars preprostatica
o Pars prostatica
o Pars membranacia
o Pars spongiosa
Prostat

• Struktur kelenjar reproduksi pria yang mengelilingi


urethra pada cavitas pelvis
• Inferior terhadap vesica urinaria
• Posterior terhadap symphisis pubica
• Anterior terhadap rectum
• Bentuk kerucut terbalik : basis lebar, apex mengecil,
terletak pada dasar pelvis
• Prostat berkembang menjadi kompleks 30-40 kelenjar, tumbuh dari
epitel uretra menyelubungi dinding uretra, secara keseluruhan
membentuk dinding urethra.
• Masing-masing kelenjar punya saluran sendiri (ductus
prostaticus) bermuara ke sinus prostaticus pada aspek posterior
lumen urethra pars prostatica.
• Sekresi prostat bersama sekresi vesicula seminalis meghasilkan
semen selama ejakulasi.
• Ductus ejaculatorius berjalan hampir vertikal pd arah
anteroinferior melalui aspek posterior prostatbermuara ke
urethra pars prostatica
• Prostat dibagi 5 lobus (pembagian ini
hanya bisa diidentifikasi pada embrio):
o Anterior
o Medius
o Posterior
o 2 lobus lateral

• Pada orang dewasa, parenkim prostat


secara biologis/anatomis dibagi 4
zona:
o Perifer
o Sentral
o Transisional
o Periurethral.
• Pembagian prostat
Lowslex (atas dasar surgical • Berat prostat pada autopsi:
anatomy) : 30 tahun 26 gram, menetap
▪ 1 lobus medius sampai 50 tahun.
▪ 2 lobus lateral
▪ 1 lobus posterior • Supply darah terutama dari
▪ 1 lobus anterior cabang arteri iliaca interna.
Histologi

• Kelenjar prostat tdd 30-50 kelenjar tubuloalveolar bercabang,


punya saluran keluar masing-masing, tersusun dalam 3 lapisan
konsentris :
o Mukosa (epitel silindris bertingkat)
o Submukosa
o Lapisan utama.

• Kapsul pada kelenjar prostat tdd jaringan ikat kolagen ireguler,


kaya vaskularisasi, ditemukan sedikit otot polos. Saluran pada
kelenjar ini akan mengalirkan sekret ke uretra pars prostatika.
• Lumen kelenjar : ditemukan corpora amylacea, tdd
glikogen, jumlah akan bertambah seiring
bertambahnya usia.
• Sekret yg dihasilkan prostat kaya akan lemak, enzim
proteolitik, asam fosfatase, fibrinolisin, asam sitrat,
sekret bersifat serosa, proses sintesisnya dipengaruhi
hormon dihidrotestosteron.
FISIOLOGI PROSTAT
• Kelenjar asesori genital pria.
• Sekret disekresi lewat ductus prostatikus
ke uretra  25 % cairan semen
• Ukuran 4x3x2 cm, inferior VU, kelilingi
uretra
• Membesar cepat s.d 30 thn
• Sekret warna putih susu, pH 6,5
– Asam sitrat : sumber ATP sperma
– Enzim proteolitik :
• PSA, pepsinogen, lizosim, amilase, hialuronidase
• Prostatic clotting enzim bila dengan fibrinogen
 fibrin ( cegah ejakulat sperma tidak keluar
saat ejakulasi )
– Fosfatase acid
– Seminaplastin ( antibacteri )
FISIOLOGI MIKSI
PENGISIAN KANDUNG KEMIH
• Dinding VU tersusun otot polos spiral, melingkar,
memanjang
• Kontraksi peristaltik setiap 1 – 5 x / menit 
dorong urin dari pelvis renal ke VU secara peroidik
• Kemiringan ureter ke VU membuat ureter
cenderung menutup untuk mencegah refluks urin
dari VU ke ureter
• VU menampung 500 cc urin
PENGOSONGAN KANDUNG KEMIH
• Dinding VU : Musculus Detrussor, disamping kiri
kanan uretra = Sfingter Uretra Interna, di arah
distal = Sfingter Uretra Eksterna ( otot rangka )
• Sfingter dipertahankan posisi menutup kecuali
saat miksi
• Miksi : gabungan proses refleks dan disadari
Miksi refleks spinal
Urine dari ureter isi VU  VU
mengembang  otot polos
meregang  stretch receptor
 sinyal sensorik ke pusat
spinal  terintegrasi ke 2
neuron beda.

VU penuh  rangsang
parasimpatis + impuls  otot
kontraksi  tekanan VU naik.

Inhibisi neuron motorik


somatik sfingter eksterna.

Sfingter interna buka, sfingter


eksterna relaksasi, kontraksi
dinding VU : miksi.
Definisi, Etiologi, Faktor Resiko,
Definisi
• Penyakit kanker yang menyerang kelenjar
prostat dimana sel sel kelenjar prostat tumbuh
abnormal
• dan tidak terkendali
Etiologi
• Keganasan prostat sama dengan prostat
normal, untuk pertumbuhan dan
perkembangannya tergantung pada hormone
androgen
• Hal ini tidak berarti bawha karsinoma prostat
disebabkan oleh hormone androgen
• Banyak keganasan prostat sensitif terhadap
hormone sehingga dapat digunakan
pengobatan hormonal
Faktor Resiko
Usia lanjut
• Semakin lanjut usia, terjadinya kanker prostat
meningkat dengan bermakna
• Usia 50 33 % pria memiliki tumor prostat
kecil
• Usia 80 70 % pria dapat dibuktikan memiliki
kanker prostat secara histopatologi
Kadar hormone
• Kadar hormone testosterone yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan resiko
kanker prostat
• Testosteron akan diubah menjadi androgen
yang lebih peoten yaitu DHT oleh enzim 5 α
reductase yang memegang peran penting
dalam proses pertumbuhan sel sel prostat
Ras
• Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali
lebih besar untuk terjadi kanker prostat
dibanding rasa lain
• Orang asia memiliki insiden kanker prostat
yang paling rendah
Riwayat keluarga
• Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap
penyakit ini, maka semakin besar risiko anggota
keluarga yang lain untuk dapat terkena kanker prostat
• Bila ada satu anggota keluarga yang mengidap
penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi yang
lain
• Bila ada 2 anggota keluarga, maka risiko meningkat
menjadi 2-5 kali
Diet
• Konsumsi makanan yang mengandung lemak
jenuh yang tinggi (terutama lemak hewani)
dan kurang mengandung serat akan
meningkat risiko terkena kanker prostat
Epidemiologi
• Asia, insidensi kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per
100.000 pria per tahun
• Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di 3 RS pusat
pendidikan (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) selama 8 tahun
terakhir adalah 1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun
• Stadium tersering saat datang berobat adalah stadiu lanjut
sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer yang terbanyak
dipilih adalah orkhiektomi sebesar 31,1%, obat hormonal
18%, prostatektomi radikal 9%, radioterapi 6%, sisanya
adalah pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi.
• Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah
sebesar 0,2‰ atau diperkirakan sebanyak 25.012
penderita. Provinsi yang memiliki prevalensi kanker
prostat tertinggi adalah D.I. Yogyakarta, Bali, Sulawesi
Utara, dan Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5‰,
sedangkan berdasarkan estimasi jumlah penderita
penyakit kanker prostat terbanyak berada pada Provinsi
Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah.
• Di RS. Hasan Sadikin Bandung, selama periode 2004-
2010 didapatkan penderita Kanker prostat sebanyak 318.
Seratus sembilan puluh tiga kasus (60,7%) adalah organ
confined/locally advanced, 125 (39,3%) kasus yang telah
bermetastasis. 72 penderita menjalani terapi
prostatektomi radikal
Klasifikasi
Patgen Ca Prostat
Mutasi
Hormon Hereditas Lingkungan Somatik
Androgen akuisita
Suatu varian
Ketergantungan Gabungan antara
akibat onkogen
Hormon androgen androgen –regulated
MYC pada
& tumor yang promotor de gen
kromosom 8q24
resisten terhadap TMPRSS2 & sekuens
dan biasanya
terapi anti- yang mengkode fr
terkait dengn
androgen transkripsi ETS (family
suatu lokus Iq24-
Mutasi yang transcription) factor
q25
mengakibatkan yang paling sering ERG
reseptor androgen Meningkatkan ekspresi
mengaktifkan faktor transkripsi yang
ekkspresi gen tdk regular pd
sasaran walau diferensiasi sel epitel
tanpa hormon prostat

mutasi

Pengaktifan P13K/AKT
signaling pathway yang
onkogenik yaitu mutasi
yng mengaktifkan tumoe
PTEN sebagai penghambat
Gejala Klinik
Stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan gejala
atau tanda klinik maka kebanyakaan penderita baru datang pada
stadium lanjut dengan keluhan obstruksi intravesika/ LUTS, retensi
urin, hematuria, gagal ginjal atau tanda metastasis ke tulang atau
organ lain, seperti gejala lesi medulla spinalis, nyeri pada tulang,
fraktur patologik.

Gejala LUTS :
Obstructive
• Urinary hesitancy
• Delay in initiating micturition
• Intermittency
• Weak urinary stream
• Sensation of incomplete emptying
Irritative :
• Urinary frequency
• Nocturia
• Urgency
• Incontinence
• Dysuria
Pemeriksaan Penunjang
1. CA PROSTAT

Pemeriksaan colok dubur/ rectal toucher

• Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi
dengan colok dubur jika volumenya sudah >0.2 ml.
• Jika terdapat kecurigaan berupa: nodul keras,asimetrik, berbenjol-benjol, maka
kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat.
• 18% dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja,
dibandingkan dengan kadar PSA.
• Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml
mempunyai nilai prediksi 5-30%.
PSA (Prostate-Specific Antigen)
• PSA adalah glikoprotein yang di produksi oleh kelenjar prostat, lapisan uretra, dan
kelenjar bulbourethral untuk mengatur kekentalan (viskositas) cairan semen (sperma).
• Protein ini akan dihasilkan dalam jumlah besar oleh sel prostat yang mengalami
keganasan (kanker). Peningkatan kadar PSA juga dijumpai pada BPH, prostatitis, dan
keadaan non-maligna lainnya.
• Pemakaian kateter, sitoskopi, dan ejakulasi merupakan kondisi yang dapat meningkatkan
kadar PSA. Pemakaian obat untuk PPJ seperti Finasteride dapat menurunkan nilai PSA.
Dengan demikian dapat terjadi nilai positif palsu dan negatif palsu.
• Untuk mempertajam nilai diagostik PSA, terutama pada penderita dengan nilai PSA 4-10
ng/ml, digunakan nilai densitas PSA dan nilai rasio PSA bebas dengan PSA total.

• Kadar normal -> 0-4 ng/ml


• Jika kadar PSA 4-10 ng/ml dapat dicurigai ca prostat 25%
• > 10 ng/ml lebih besar kemungkinan ca prostat, dan bila sesuai dengan hasil colok dubur
dapat dipastikan dengan biopsi
• 43% ca prostat memperlihatkan kadar PSA < 4ng/ml
• PSA dalam serum:
 alpha-1-anti-chymotrypsin (PSA-ACT complex)
 Free PSA
 enveloped by (terbungkus) alpha-2-macroglobulin -> tidak dapat terdeteksi oleh
pemeriksaan immunoassay
• Peningkatan persentase total PSA dan penurunan free PSA akan meningkatkan risiko
ca prostat.

https://www.mayomedicallaboratories.com/test-catalog/Clinical+and+Interpretive/81944
• FREE PSA
 jika total PSA dalam kisaran 4-10 ng/ml dan rasio free:total PSA </= 0.10
menunjukkan 49%-65% risiko ca prostat tergantung pada usia penderita.
 Jika rasio free: total PSA > 0.25 menunjukkan 9-16% risiko ca prostat tergantung
pada usia penderita.

https://www.mayomedicallaboratories.com/test-catalog/Clinical+and+Interpretive/81944
Pemeriksaan USG transrektal (TRUS)
• Untuk menilai volume prostat dan melihat adanya lesi hypoechoic zona
pheripheral prostat yang dapat dicurigai adanya kanker prostat
• sebagai guiding saat melakukan biopsi.
Biopsi
• Harus dikerjakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pasien biasanya diberikan
antibiotika sebelum dilakukan tindakan, untuk mencegah kemungkinan infeksi
akibat tindakan.
• Biopsi prostat dilakukan secara rutin pada keadaan:
1.Kecurigaan keganasan dari pemeriksaan colok dubur
2.Adanya lesi hypoechoic pada pemeriksaan TRUS
3.Nilai PSA lebih dari 10 ng/ml
4.Nilai densitas PSA lebih dari 0,15 (bila PSA 4-10 ng/ml)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menentukan derajat kanker (cancer
staging) yang akan menjadi salah satu dasar pemilihan pengobatan.
4.CT scan dan MRI
• Apabila diagnosa sudah ditegakkan, maka perlu dilakukan pemeriksaan CT scan
untuk melihat apakah ada tanda tanda metastasis kekelenjar limfe regional maupun
aorta.
• dibandingkan TRUS, MRI lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor ke
ekstrakapsuler atau ke vesica seminalis.
SKOR GLEASON

• Digunakan untuk membantu menentukan prognosis pada kanker prostat.


• Skor didasarkan pada evaluasi histologis spesimen biopsi tumor.

• Skor didasarkan pada sejauh mana epitel memiliki struktur kelenjar normal.
2. Benign Prostatic Hyperplasia

Pemeriksaan Urinalisis
• Pada BPH, unsur sedimen yang paling banyak adalah eritrosit, leukosit, dan bakteri.

Pemeriksaan Fungsi Ginjal


• Mencakup pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin
• Gagal ginjal yang terjadi akibat BPH adalah sebanyak 3-30% dengan rata-rata 13,6%
Uroflometri
• Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urin selama proses
miksi secara elektronik.
• Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran
kemih bagian bawah yang tidak invasif.
• Dari uroflometri dapat diperoleh informasi mengenai volume miksi,
pancaran maksimum (Qmax), pancaran rata-rata (Qave), waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum, dan lama pancaran.
• Nilai Qmax dipengaruhi oleh: usia, jumlah urinyang dikemihkan, serta
terdapat variasi individual yang cukup besar. Oleh karena itu hasil
uroflometri menjadi bermakna jika volume urin (>150mL) dan diperiksa
berulang kali pada waktu yang berbeda.
Prostate-Specific Antigen (PSA)

• Serum PSA dapat dipakai untuk mengetahui perjalanan penyakit dari BPH,
dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti pertumbuhan volume prostat
lebih cepat, keluhan akibat BPH atau laju pancaran urin lebih buruk, dan
lebih mudah terjadinya retensi urin akut.
• Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan
kadar PSA. Semakin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan
prostat.

Ultrasonography (USG)
• USG abdomen, ginjal dan transrektal (TRUS) serta urografi intravena berguna
untuk membantu menentukan ukuran kandung kemih dan prostat serta tingkat
hidronefrosis pada pasien dengan retensi urin atau tanda-tanda isufisiensi
ginjal.
Penatalaksanaan Ca Prostat
• Pengobatan berdasarkan beberapa faktor
– Grading tumor
– Staging
– Co-morbid
– Preferensi penderita
– Usia harapan hidup saat diagnosis

Tetapi di Indonesia penatalaksanaan lebih bergantung


pada umur
Penatalaksanaan Kanker Terlokasilisir
• Monitoring aktif merupakan KI pada pasien yg
memiliki gejala dan pasien risiko sedang dan
tinggi dengan usia < 70 th
• Jika ada keterlibatan kelenjar, KGB pelvis tidak
didiseksi
Penatalaksanaan menurut NCCN 2015
• Kelompok risiko tinggi adalah T3a / Score Gleason 8 – 10
atau PSA> 20mg/mL. Diberikan terapi inisial:
– External Beam Radiotherapi (EBRT)+Androgen Deprivated
Therapy (ADT) selama 2-3 tahun (Kategori 1) atau
– EBRT + Brakhiterapi +/- (2-3 th) dengan monitoring PSA setiap 6-
12 bulan selama 5 th, atau
– Radical Prostatectomy (RP) + Pelvic Lymph Node Dissection (PLND)
• Jika: margin (+), invasi ke vesikula seminalis, ekstensi extrakapsular, atau
PSA terdeteksi  + EBRT / observasi. Monitoring PSA setiap 6-12 bulan
selama 5 th.
• Jika: metastasis ke nodus limfatikus  + ADT dengan atau tanpa EBRT /
Observasi. Monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5 th
• Kelompok risiko sangat tinggi (T3b-T4) score
Gleason primer 5/ Score Gleason 8-10, dengan
inti >4 diberikan terapi inisial:
– EBRT + ADT 2-3 tahun (kategori 1) dengan monitoring
PSA setiap 6-12 bulan selama 5 th atau
– EBRT + Brachyterapi +/- ADT ( 2-3 th) + Monitoring
PSA setiap 6-12 bulan selama 5 th atau
– RP + PLND
• Jika: margin (+), invasi ke vesikula seminalis, extensi extra
kapsuler, atau PSA terdeteksi  + EBRT/ Observasi.
Monitoring PSA /6-12 bln selama 5 th
• Jika: metastasis ke nodus limfatik + ADT +/- EBRT /
observasi. Monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5 th
Penatalaksanaan Metastasis
• ADT adalah gold standar. Berupa kastrasi
dengan obat/ pembedahan (orchidectomy) 
targetnya kadar testosteron < 20ng/dL
• Pemberian Luteinising Hormone Releasing-
hormone (LHRH) + antiandrogen  u/ cegah
flare up (min 14 hari)
Penatalaksanaan Radioterapi
• Radioterapi definitif
– Indikasi: Ca prostat dengan stratifikasi rendah,
intermedia, tinggi dan stadium lokal lanjut
– Target: lokal pada prostat dan vesikula seminalis
(stratifikasi ringan dan intermedia), seluruh pelvis dan
booster prostat dan vesika seminalis pada stratifikasi
resiko tinggi dan stadium lokal lanjut yang tidak
dilakukan limfadektomi pelvis

• Radioterapi Paliatif
• Radioterapi Ajuvan dan Radioterapi Salvage
– Indikasi: radioterapi pasca prostatektomi radikal
dengan indikasi tertentu/ radioterapi salvage bila
dinyatakan kambuh. Pada Ekstensi ektraprostat,
keterlibatan vesika seminalis, Batas sayatan positif
• Radioterapi Paliatif
– Diberikan pada kanker prostat yang sudah
metastasis ke tulang dan menimbulkan nyeri.
– Tujuan: meredakan gejala
Tatalaksana Nutrisi Umum pada Kanker
• Kebutuhan energi
– Pasien ambulatory: 30-35 kkal/ kgBB/ hari
– Pasien bedridden: 20-15 kkal/ KgBB/ hari
– Paien obesitas: menggunakan bb ideal
• Makronutrien
– Protein: 1.2-2.0 g/kg BB/ hari
– Lemak: 25-30% kalori total, 35-50% energi tptal pada stadium lanjut
– Karbohidrat: sisa dari perhitungan protein dan lemak
• Mikronutrien
– Vitamin dan mineral sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
• Cairan
– <55 th: 30-40 mL/ KgBB/hari
– 55-65 th: 30 mL/KgBB/hari
– > 65 th: 25 mL/KgBB/hari
• Nutrien spesifik : asam lemak omega 3, branched-chain amino acids
Farmakoterapi
• Progestin 480-800mg/hari (mulai dari dosis
kecil  naik bertahap)
• Kortikosteroid: meningkatkan selera makan
• Siproheptadin: meningkatkan berat badan
Pencegahan, komplikasi,
prognosis Ca Prostat
Pencegahan
• Makan makanan yang bergizi
• Jaga Berat badan ideal
• Olah raga teratur
• Konsultasi ke dokter jika ada faktor risiko
• Menjaga asupan kalsium
• Hindari stress
Komplikasi
• Disfungsi ereksi
• Inkontinensia
• Adanya metastasia
Prognosis
• Perjalanan penyakit adenocarcinoma prostat sangat bervariasi penderita
penderita dengan stadium dan derajat tumor yang sama belum tentu
mempunyai prognosis yang serupa
• Sampai saat ini belum ditemukan adanya petanda tumor yang dapat
meramalkan prognosis penyakit ini
• 5 year survival rate
o Tergantung dari penyebaran kanker
o Bila masih terlokalisir pada prostat maka 5 year survival rate mencapai
100% dan
• memiliki 10-year survival rate 98%
o Namun bila kanker prostat telah mengalami metastasis, maka 5 year
survival rate
langsung menurun hingga dapat mencapat 29%
BPH
Benign Prostatic Hiperplasia
BPH merupakan istilah histopatologis : adanya
hiperplasia sel stroma dan sel epitel kelenjar
prostat. Banyak faktor yang diduga berperan
dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar
prostat.
Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan
terganggunya aliran urine sehingga
menimbulkan gangguan miksi.
Epidemiologi
• BPH terjadi sekitar 70% pria > 60 tahun
• Meningkat 90% pada pria >80 tahun
• RSCM sejak tahun 1994-2013 ditemukan 3.804
kasus dengan rata-rata umur penderita 66,61
tahun
Etiologi
Belum diketahui secara pasti:
• Peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT), dan proses
aging
Hipotesis lain
1. teori dehidrotestosteron
2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
5. Teori stem sel
Faktor Risiko
• Usia
• Faktor hormonal
• Riwayat BPH dalam keluarga
• Kurangnya aktivas fisik
• diet rendah serat
• Konsumsi vitamin E
• Konsumsi daging merah
• Obesitas
• Sindrom metabolik
• Inflamasi kronik pada prostat
KLASIFIKASI BPH
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium:
• Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai
habis.
• Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun
tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. ada rasa tidak enak BAK
atau disuria dan menjadi nocturia.
• Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
• Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes
secara periodik (over flowin kontinen).
Derajat rectal
1) Derajat 0: ukuran pembesaran prostat 0-1 cm
2) Derajat 1 : ukuran pembesaran prostat 1-2 cm
3) Derajat 2: ukuran pembesaran prostat 2-3 cm
4) Derajat 3 : ukuran pembesaran prostat 3-4 cm
5) Derajat 4 : ukuran pembesaran prostat > 4 cm
Derajat klinik
1. Normal sisa urin adalah 0
2. Derajat 1 sisa urin 0-50 ml
3. Derajat 2 sisa urin 50-100 ml
4. Derajat 3 sisa urin 100-150 ml
5. Derajat 4 telah terjadi retensi total atau klien
tidak dapat BAK sama sekali.
Patogenesis BPH
http://calgaryguide.ucalgary.ca/
wp-
content/uploads/image.php?
img=2018/02/Benign-Prostatic-
Hyperplasia-Pathogenesis-and-
medications.png
BPH kelenjar postat membesar, kontraksi otot polos prostat

Regangan dari vena akibat


Obstruksi uretra
pembesaran prostat

Pe↑ resistensi • Weak stream hematuria


outflow urine • Hesitancy
• Urgency
Distensi dan • Frequency
hipertrofi vesica • Intermittency
urinaria • Straining

Residual urine ↑

Sumber infeksi  ISK


• Dysuria
• Nyeri tekan suprapubik
Gejala Klinik BPH
1. Gejala obstruktif (ec ↓ kontraktilitas M. destrussor)
– Hesitancy  harus menunggu lama jika mau miksi
– Straining  harus mengejan
– Intermittency  kencing terputus-putus
– Terminal dribling  menetesnya urin pada akhir
miksi
– Pacaran miksi melemah
– Rasa tidak puas sehabis miksi
2. Gejala iritasi (ec hipersensitivitas M.destrussor)
– Urgency  perasaan ingin miksi yang mendesak
– Frequency  sering miksi
– Nocturia  terbangun untuk miksi pada malam
hari
– Dysuria nyeri pada saat miksi
Sumber :
• Lee, M., 2008. Management of Benign
Prostatitic Hyperplasia. In : Pharmacotherapy
A pathophysiologic Approach, 7th Ed. New York
; McGraw Hill.
• Clark, C., 2004. Prostatitis, BPH and Prostate
Cancer. The Pharmaceutical Journal Vol.272
Penatalaksanaan BPH
Tujuan
• ↑ kualitas hidup
• Mengurangi GK / keluhan
Penata BPH
Konservatif
• Edukasi ttg hal yang dapat memperburuk
keluhan :
– Ɵ kopi dan alkohol setelah makan malam
– ↓ konsumsi makanan/minuman yg mengiritasi
V.U.
– Batasi obat-obatan influenza (fenilpropanolamin)
– Tidak nahan BAK
– Tangani konstipasi
Medikamentosa
• α1-blocker
– Hambat kontraksi ot. Polos prostat  ↓ retensi tonus VU
dan uretra
– ES : hipotensi struktural, pusing, astheniam ejakulasi
retrograd
– Ex : terazosin, doksazosin
• 5α-reduktase inhibitor
– Induksi apoptosisi ep prostat  kecilkan prostat
– Ex : finasteride (vol. Prostat > 40ml), dutasteride (vol.
Prostat > 30ml)
– ES : disfungsi ereksi, ↓ libido, ginekomastia, rash eritem
kulit
Medikamentosa
• Antagonis reseptor muskarinik
– Hambat stimulasi reseptor muskarinik  ↓ kontraksi
ot. Polos VU
– ES : mulut kering, konstipasi, sulit berkemih,
nasofaringitis, pusing
– Ex : fesoterodine fumarate, propiverine HCL
• Phospodiesterase 5 inhibitor
– Meningkatkan konsentrasi dan memperpanjang
aktivitas cGMP intraseluler  ↓ tonus ot. Polos
detrusor, prostatm uretra
– Ex : sildenafil, vadenafil, tadalafil
Medikamentosa
• Terapi kombinasi
– α1-blocker + 5α-reduktase inhibitor
• Perbaiki GK dan mencegah perkembangan penyakit.
– α1-blocker + Antagonis reseptor muskarinik
• ↓ frekuensi berkemih, nocturia, urgensi, episodik
inkontinensia.
• Fitofarmaka
– Tidak direkomendasikan
Pembedahan
Indikasi :
• Retensi urine
• Gagal trial without catheter
• Infeksi sal. Kemih
• Hematuria berulang
• Batu kandung kemih
• ↓ F/ ginjal ec. Obstruksi sal. Kemih atas
• Perubahan patologis kandung kemih
Pembedahan (invasif)
• Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
• Laser Prostatektomi
• Transurethral incision of the prostate (TUIP)
• Operasi terbuka
• Lain-lain :
– Trial without catheterization (TwoC)
– Clean intermitten catheterization (CIC)
– Sistostomi
– Kateter menetap
Pencegahan, komplikasi,
prognosis BPH
Pencegahan
• Mengkonsumsi makanan yang bergizi ( sayur,
buah, Rendah lemak)
• Konsumsi protein nabati daripada hewani
• Olahraga teratur
• Atasi stress
• Mengurangi konsumsi kafein
• Tidak mengkonsumsi alkohol
Komplikasi
• Retensi urin
• UTI
• Batu ginjal
• Kerusakan ginjal
Prognosis
• Berdasarkan dari data yang di dapat:
– The 5-year relative survival rate is 99%
– The 10-year relative survival rate is 98%
– The 15-year relative survival rate is 96%
• Semuanya berdasarkan diagnose dan
pengobatan
• Berdasarkan stage:
• Local stage : tidak ada tanda-tanda metastasis.
Meliputi AJCC stage I, II dan beberapa stage III. relative
5-year survival rate hampir 100%.
• Regional stage:  menyebar di prostat dan di
sekitarnya. Meliputi stage IIIB dna IVA. relative 5-year
survival rate hampir 100%.
• Distant stage: meliputi stage IVB, dan bermetastasis
pada nodus lymphaticus, tulang dan organ lainnya.
relative 5-year survival rate sekitar 29%.

Anda mungkin juga menyukai