Anda di halaman 1dari 35

SISTEM

MUSKULOSKELETAL

DISUSUN
OLEH :
Adinda Mutia (1102001062)

Alvi Betalia (1102001063)

Alya Khoirunnisa (1102001064)

Andi Rinaldi (1102001065)

Andini Nur Fitri (1102001066)

Asri Rahmadani (1102001067)

Ayu Permata Sari (1102001068)

Ayu Rahmawati Kamandan (1102001069)

Bagas Tri Prasetyo (1102001071)

Devi Amelia Putri (1102001072)

Elsy Rahmawati (1102001077)

Eka Zakki Safara (1102001075

Ferliza (1102001078)

PRODI : D3-RMIK
(1B)

Dosen Pembimbing:

Dewi mardiawati,S.ST.,M.Kes

TP 2021/2022

STIKES DHARMA LANDBOUW


PADANG
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ SISTEM MUSCOLUSKELETAL “.

Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah
membaca makalah ini yaitu dapat menambah wawasan atau pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu kami mengharap partisipan dalam penyempurnaan
dengan memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih teronsep dengan
baik.

Sekian dan terimakasih


DAFTAR
ISI

KATA 2
PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
BAB 4
I
PENDAHULUA 4
N
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah : 4
1.3 Rumusan Masalah 4

BAB II 5
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Muskuloskeletal 5

2.2 Sistem Skelet (Tulang Kerangka) 9


2.3 Sistem Persendian (Ilmu Gerak) 19
2.4 Sistem Otot 26
BAB 30
III
PENUTUP 30
A. Kesimpulan 30
BAB
I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang

Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan
mengurai-uraikannya ke dalam bagian-bagiannya.
Dilihat dari sudut kegunaan, bagian paling penting dari anatomi khusus adalah yang
mempelajari tentang manusia dengan berbagai macam pendekatan yang berbeda. Dari
sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran, dan
hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat sehingga sering disebut sebagai
anatomi deskriptif atau topografis. Kerumitan tubuh manusia menyebabkan hanya ada
sedikit ahli anatomi manusia profesional yang benar-benar menguasai bidang ilmu ini;
sebagian besar memiliki spesialisasi di bagian tertentu seperti otak atau bagian dalam.

Anatomi tubuh sangat penting untuk dipelajari khususnya bagi mahasiswa


kesehatan. Sebab ketika sudah di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk
dapat melayani pasien. Untuk itulah makalah ini dibuat, sebagai langkah awal untuk
mempelajari anatomi tubuh manusia.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui devenisi muscoluskeletal

2. Menegetahui anatomi sistem musculoskeletal

3. Menegetahui pembagian serta letak anatomi tubuh manusia khususnya


mengenai sistem skeletal, muscular san persendian.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan tujuan makalah diatas,maka rumusan masalah dalam makalah ini


adalah

1. Apakah devenisi sistem muscoluskeletal ?

2. Bagaimana anatomi fisiologi muscoluskeletal ?

BAB
II
PEMBAHA
2.1 Sistem Muskuloskeletal SAN
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

1. Kerangka tubuh

Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh.

2. Proteksi

Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak


dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada
(cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

3. Ambulasi & Mobilisasi

Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan

perpindahan tempat.

4. Hemopoesis

Berperan dalam pembentukan sel darah pada red marrow.


5. Deposit Mineral

Tulang mengandung 99 % kalsium & 90 % fosfor tubuh.

2.1.1 Pertumbuhan Tulang

Tulang mencapai kematangannya setelah pubertas dan pertumbuhan


seimbang hanya sampai usia 35 tahun. Berikutnya mengalami percepatan
reabsorpsi sehingga terjadi penurunan massa tulang sehingga pada usila menjadi
rentan terhadap injury. Pertumbuhan dipengaruhi hormon & mineral.

2.1.2 Penyusunan Tulang

Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast
dan osteoklast serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur
organik terutama kalsium dan fosfor.

2.1.3 Struktur Tulang

Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars


spongiosa (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa
jaringan padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis
tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam
kanalikuli tulang kompak.

Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang


merupakan pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis.
Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat
dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.

Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak


memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium
Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.
Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur
dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi.
Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung
serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan
pada tulang kaki dan tulang tangan.

Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon


(busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel
darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Secara Mikroskopis tulang terdiri dari :

1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,


aliran limfe)

2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).

3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan²lempengan


yang

mengandung sel tulang).

4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan


sampai ke osteon).

2.1.4 Bentuk Tulang

Sistem skelet disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah.


Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tesebut dikelompokkan menjadi :
1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar
contohnya os humerus dan os femur.

2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh:


ossa carpi.

3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar,


contoh: os scapula
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.

5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla

2.2 Sistem Skelet (Tulang Kerangka)


Susunan tulang atau skelet(kerangka) merupakan salah satu unsur system
penegak dan pengerak. Tulang manusia dihubungkan dengan yang lain melalui
sambungan tulang atau persendian sehingga terbentuk kerangka yang merupakan system
lokomotor pasif, yang akan diatur oleh alat-alat lokomotif aktif dari otot. Sistem
skeletal dibagi kedalam kedua bagian besar yaitu axial skeleton yang terdiri atas tulang
kepala, vertebra, sternum, dan tulang iga. Pembagian yang berikutnya adalah
appendicular skeleton yang terdiri dari ekstremitas atas dan ekstermitas bawah.
1. Axial Skeleton

Axial skeleton terdiri dari

 Skull
 Truncus/ Batang badan

- Os Occipitale
Os Sternum
- Os Parietale
- Manubrium sterni
Cranium
- Os Temporale
- Louis angle
- Os Frontale
- Corpus Sterni
- Os Sphenoid
- Processus
- Os Ethmoid
Xyphoideus
- Os Maxilla
- Os Palatine Ribs/Costae
- Os Nasal Face - Costae vera (1-7)
- Vomer - Costae spuriae

- Concha nasal inferior affixae (8-10)

- Os Zygomatic - Costae spuriae

- Os Lacrimal fluctuantes (11-12)

- Mandibula
Vertebrae
- Ossicles auditori & Os Hyoid
- Cervical (7)

2. Appendikular Skeleton

Upper limb Lower limb

 Os Scapula  Os coxae (Os Ilium,


Os Ischium,Os
 Os Clavicula Pubis)

 Os Humerus  Os Femur
 Os Radius  Os Patella
2.2.1 Karakteristik Tulang Kerangka

1. Tulang panjang

Pada bagian tengah tulang panjang terdapat diafise dan ujungnya


disebut epifise. Ujung tulang dilapisi oleh tulang rawan yang
memudahkan gerakan sendi rawan disebut rawan sendi (artikulasio).
Permukaan luar tulang dibungkus oleh selaput tulang (periostinum) yang
merupakan sifat menyerupai jaringan ikat.

2. Tulang atap kepala

Tulang atap kepala terdiri atas 2 lapisan, yaitu substansi kompakta


tubula eksterna (lapisan luar) dan substansi kompakta tubula interna (lapisan
dalam). Diantara dua lapisan ini terdapat substansi spongeosa. Lubang bagian
dalam diafise terdapat ruang yang disebut kavum medulla yang berisi
sumsum tulang kuning (medulla osseum plava) dan pada lubang substansi
spongeosa terdapat sumsum tulang merah (medulla osseum rubra).
Permukaan dalam substansi kompakta diliputi oleh selaput tipis yang disebut
endosteum.

Substansi kompakta dan spongeosa ini termasuk jaringan


penunjang. Jaringan penunjang pada jaringan antar sel banyak
yang
mengandung kalsium, fosfat, kalsium karbonat, dan memiliki sifat yang
keras. Bila dibandingkan zat-zat organis lebih banyak terdapat dalam tulang
anak-anak daripada lansia sehingga tulang anak-anak lebih lentur (bingkas).

Dalam substansi kompakta terdapat saluran yang dikelilingi oleh beberapa


lapis yang disebut lamella havers (keping tulang yang membentuk saluran)
dan dibawah periostinum terdapat lapisan tulang.

2.2.2 Tulang Tengkorak Bayi

Pada bayi dan anak umur dua tahun, perhubungan tulang ini belum
sempurna seperti orang dewasa. Bentuk sutura pada tulang tengkorak bayi
menyerupai garis dan ditemukan dua buah celah, yaitu frontale mayor dan
frontale minor.

1. Frontale Mayor

Celah ini berbentuk belah ketupat pada sudut pertemuan


antara tulang os parietal kiri dan kanan. Pada bagian depan ujung sutura
sagitalis dan pertengahan sutura koronalis di daerah ubun-ubun puncak
kepala, sudut depan lebih besar dan sudut bel

2. Frontale Minor

Celah ini terdapat pada pertemuan bagian belakang atas os


parietal dengan os oksipital, ujung belakang sutura sagitalis berbatas dengan
fossa cranii posterior.

2.2.3 Rangka Tulang Kepala

Kranium (tulang tengkorak) : dibentuk oleh potongan tulang yang saling


bertautan membentuk kerangka kepala. Tulang-tulang yang membentuk
kranium adalah sebagai berikut :

1. Kerangka otak (neuro kranium)


Gubah tengkorak (klavilaria)

 Os frontale (tulang dahi) 1 buah

 Os parietale (tulang ubun-ubun) 2 buah

 Os oksipitale (tulang belakang) 1 buah

 Os temporale (samping tengkorak) 2 buah

2. Tengkorak wajah (spankno kranium)

Bagian hidung

 Os lakrimale (tulang air 2 buah


mata)
 Os nasale (tulang 2
hidung)
buah
 Os konka nasale (tulang karang hidung) 2
buah

 Os septum nasale (sekat rongga hidung) 2


buah

Bagian rahang

 Os maksilaris (tulang rahang atas) 2 buah

 Os zigomatikum ( tulang rahang bawah) 2


buah

 Os palatum (tulang langit- 2


langit)
buah
 Os mandibularis (tulang rahang bawah) 1
buah

 Os hyoid (tulang 1 buah


lidah)
Perhubungan tulang yang memebentuk kranium sangat kuat.
Batas-batas tempat perhubungan ini berupa garis yang berliku-liku yang
disebut sutura (tautan). Sutura merupakan garis yang
berkesinambungan dan saling berpotongan.

2.2.4 Kerangka Otak (neuro kranium)

Terdiri dari sejumlah tulang yang menyatu pada sendi tak bergerak
disebut sutura. Tulang tengkorak dapat dibedakan menjadi kranium dan wajah,
yang terdiri atas lamina eksterna dan lamina interna dipisahkan oleh lapisan
spongeosa.

a) Gubah otak

o Os Frontale

Melengkung ke bawah membentuk margo superior orbita.


Pada tulang ini dapat dilihat adanya arkusnsupersiliaris dan
insisura foramen supra orbita, dibedakan atas 3 bagian:

1. Squama frontalis (bagian atas)

2. Kafum kranii (bagian tengah)

3. Fasa Kranii Posterior (bagian belakang)


o Os Parietal

Dibentuk oleh tulang pipih segi empat di atas kranium


terdapat :

1. Fasies eksterna :permukaan luar os parietal yang


menonjol tuber parietal, pada bagian lateral terdapat 2
garis lengkung yang berjalan sejajar yaitu linea temporalis
superior dan linea temporalis inferior

2. Fasies interna : permukaan dalam menghadap ke otak


terdapat sulkus yang bentuknya sesuai dengan tonjolan
permukaan meningen.

o Os Oksipitalis

Tulang pipih yang berbentuk trapesium dan terletak


dibelakang kepala yang berlubang besar, di bawahnya terdapat
foramen magnum yang menghubungkan rangka otak (cavum
kranii) dengan kanalis vertebralis dan dilalui pangkal medula
spinalis. Os oksipitalis dibagi atas 3 bagian yaitu pars basilaris,
pas lateralis, pas squamosa ossis oksipitalis.

o Os Temporalis

Tulang tengkorak pandangan samping

b) Dasar tengkorak (Basis Kranii)

o Os Spenoidale

Os Spenoidale terdiri atas korpus ossis Spenoidale


ditengah-tengah kedua pasang sayap kiri dan kanan, juga
sebelah depan atas sayap kecil dan sebelah belakang bawah sayap
besar. Sayap kecil mempunyai taju menuju ke bawah disebut
prosesus ptergoideusi. Bagian tengah mempunyai
lekuk yang disebut sella tursika (pelana turki) yaitu kelenjar
hipofisis.

o Os Ethmoidale

Os Ethmoidale terdiri atas lamina kribrosa, lamina


perpendikularis, dan labirintus ethmoidalis.
·--
--
-- ,n,MIII_ .. _
c.... ..a....,....
--·
•·- , •• •

.- L

·
-- --- ,

l-�
�_,_·
·-- -
_
c .

- . ...

- --
�, ..
-- -

- ....
•,.�_
••

S· ··
, ..·•
., .

•.....- ·--
1...,...
.........

_- - --...
, _
.... ,,,.. ,
-.
..."....
-•"'""'...
.,
·-- .-
._
.... "


.
..........

(

. ,, ......
...... t

·-
.
_
m Edit dengan WPS Office ·
3. Tengkorak Wajah (Spankno kranii)

o Ossa Maksilaris

Ossa Maksilaris merupakan dua buah tulang menjadi


satu yang terdiri atas 5 bagian.

a. Korpus maksilaris : berbentuk kubus, terdapat


rongga udara yang disebut sinus maksilaris.

b. Prosesus frontalis : tonjolan pada sudut media


anterior korpus maksilaris berhubungan dengan os
frontalis ke atas dan os ke bawah medial

c. Prosesus zigomatikus : berhubungan dengan os


zigomatikum membentuk pipi

d. Prosesus alviolaris : membentuk lengkung dan


mempunyai lubang di ujungnya untuk perlengketan
dengan gigi.
e. Prosesus palatinum : tonjolan bagian medial
bawah korpus maksilaris membentuk sutura
palatina.

o Ossa Mandibular

o Ossa Nasale

o Ossa zigomatikum

o Ossa Lakrimale

o Ossa Palatum

o Ossa Vamer

4. Konka Nasalis Inferior

Menyerupai karang melengkung ke arah medialis, tepi atas


melekat pada krista konka nasalis ossis maksilaris dan ossis platina.
Bagian tengah terdapat pintu sinus maksilaris disantrum higmori
membentuk kanalis lakrimalis.

2.2.5 Ekstramitas Superior

Gelang bahu : persendian yang menghubungkan lengan dengan badan.


Pergelangan ini mempunyai mangkok yang tidak sempurna karena bagian
belakangnya terbuka dibentuk oleh rangka tulang skapula, klavikula, dan humerus.

Tulang-tulang ekstremitas superoir :

o Os Skapula (tulang belikat)

o Os Klavikula (tulang selangka)

o Os Humerus (tulang lengan atas)


o Os Ulna (tulang hasta)

o Os radius (tulang pengumpil)

o Os metakarpalia (tulang telapak tangan)

o Falangus (tulang jari tengah)

2.2.6 Tulang Kerangka Dada

Tulang kerangka dada terdiri atas :

 Kolumna vertebralis ( ruas tulang belakang)

Dibentuk oleh 33 buah os vetebra yang tersusu dari atas ke


bawah mulai dari leher sampai ke tulang ekor

a Vetebra servikalis (tulang leher) 7 ruas

Terdiri dari atlas,Aksis (prosesus odontoid), dan


Prosesus prominan.

b Vetebra torakalis (tulang punggung) 12 ruas

Terdiri dari prosesus spinosus, prosesus


transverses, prosesus artikularis.

c Vetebra lumbalis ( tulang pinggang) 5 ruas

d Tulang sakralis (tulang kelangkang ) 5 ruas

Terdiri dari Arikulasio sakro iliaka, promontorium


sakralis, foramina sakralis, san hiatus sakralis.

e Vetebra koksigalis ( tulang ekor) 4 ruas

 Os Kosta (tulang iga)

Os kosta terdiri atas 12 pasang tulang yang dibagi dalam 3


bagian yaitu kosta vera (iga sejati 1-7), kosta spuira(iga tidak sejati 8-
10), dan kosta fluitantes (iga melayang 11-12)
 Os Sternum (tulang dada)

Terdiri dari Manubrium sterni, korpus sterni, dan prosesus


sipoideus.

2.2.7 Ekstremitas Inferior

Ekstermitas inferior terdiri dari :

 Os Koksa (tulang panggul)

Terdiri dari OS ileum (tulang usus), os pubis ( tulang kemaluan),


dan os iskii (tulang duduk).

 Os femur(tulang paha)

 Os Patela (tulang tempurung lutut)

 Os Tibia (tulang kering)

 Fibula (tulang betis)

 Os Tarsalia (pangkal kaki)

 Os Metatarsal

 Os Falang pediss

2.3 Sistem Persendian (Ilmu Gerak)

Persambungan tulang atau sendi ( artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang
atau beberapa tulang kerangka. Artrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
persendian. Persendian antara dua tulang atau lebih yang saling berhubungan dapat terjadi
pergerakan ataupun tidak. Pada awalnya rangka tulang terbentuk dari jaringan rawan dan
juga sebagai pengganti jaringan lainnya. Pada keadaan tertentu, tulang rawan diganti
dengan tulang keras dan jaringan sebagai jaringan penutup. Dalam perkembangannya
jaringan ikat diganti oleh jaringan rawan.

Untuk memungkinkan terjadinya pergerakan maka ada tempat tertentu sebagian


jaringan ikat dan jaringan rawan diganti dengan jaringan tulang dimana pada ujung
rulang tersebut akan tinggal suatu lempeng jaringan rawan yang berfungsi sebagai
rawan sendi.

Alat gerak dibagi atas dua yaitu alat anggota gerak pasif dan alat anggota gerak
aktif.

 Alat anggota gerak pasif : gerakan yang dilakukan oleh kerangka tulang badan

 Alat anggota gerak aktif : gerakan yang dilakukan oelh otot-otot badan.

Stabilisasi sendi tergantung pada :

a) Permukaan sendi : bentuk permukaan tulang memegang peranan penting


pada stabilisasi sendi

b) Ligamentum : ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi secara


berlebihan jika terjadi regangan yang berlangsung lama dan terus-menerus
maka ligamentum fibrosa akan teregang

c) Tonus otot : pada sebagian besar sendi, tonus otot merupakan faktor utama
yang mengatur stabilitas.

2.3.1 Persyarafan Sendi

Kapsula dan ligamentum memiliki saraf sensoris, pembuluh darah memiliki


serabut saraf otonom simpatis, dan tulang rawan yang meliputi permukaan sendi
memiliki sedikit ujung saraf didaerah pinggirnya. Peregangan berlebihan pada
kapsula dan ligamentum dapat menimbulkan refleks kontraksi otot sekitar sendi, dan
peregangan rasa nyeri akibat berkurangnya suplai darah pada sendi.

Menurut jenis sendi dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini.

a Sendi pelana : permukaan sendi ini hampir datar. Hal ini memungkinkan tulang
saling bergeser satu sama lainya,misalnya persendian yang terdapat pada bahu yaitu
sendi pelana art.sternoklavikulardan art.Akromioklavikular.

b Sendi engsel : bentuk sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi. Permukaan bundar pada sendi ini berhubungan dengan
tulang yang lain sehingga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua
arah misalnya sendi siku dan sendi lutut.

c Sendi kondiloid : permukaan sendi berbentuk konveks dan bersendi denga


permukaan yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak dengan dua bidang dan
empat arah (fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi).

d Sendi elipsoid : permukaan sendi berbentuk konveks elips sehingga pergerakan


(fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi) dapat dilakukan, tetapi rotasi tidak dapat
dilakukan misalnya sendi ibu jari.

e Sendi peluru ( ball and socket) :kepala sendi berbentuk bola pada salah satu
tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti socket,bongkol sendi
tempat masuknya pada mangkok sendi gerakan yang dapat diberikan
keseluruh arah dengan pergerakan sangat bebas (fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi, rotasi ) misalanya sendi bahu dan sendi panggul

f Sendi pasak : pada swndi ini terdapat pasak yang dikelilingi cincin ligamentum
bertulang sehingga hanya satu gerakan yang dapat dilakukan yaitu rotasi
misalnya tulang atlas, berbentuk cincin berputar di atas prosesus odontoid,
gerakan radius disekitar ulna pronasi dan supinasi disebut juga sendi berporos atau
sendi putar

g Sendi pelana (sendi timbal balik) : berbentuk pelana kuda yang dapat
memberikan banyak kebebasan untuk bergerak (fleksi, ekstensi, abduksi, dan
rotasi) misalnya ibu jari dapat berhadapan dengan jari yang lain.

2.3.6 Pembagian Sendi

1st Sendi fibrus (sinartrosis)

sendi yang tidak bergerak sama sekali, seperti berikut ini.

a Sutura : persambungan tulang bergerigi, dimana pinggir tulang


dihibungkan oleh jaringan ikat yang tipis diantara tulang tengkorak
b Schindylosis : suatu lempeng tulang yang terjepit dalam celah tulang
yang lain misalnya perhubungan antara os maksilaris dan kedua os
palatum, os ethmoidal dan os femur

c Komposis : dimana tulang yang satu berbentuk kerucut, masuk ke


dalam lekuk yang sesuai dengan bentuk dari tulang yang lain misalnya
antara gigi dengan alveoli dari os maksilaris dan os mandibilaris.

d Schindrosis : dimana jaringan perhubungan dari sendi terdiri dari


tulang rawan misalnya antara epifise dan diafise pada orang dewasa
antara kedua ossa pubika.
2nd Amfiartosis

Suatu sendi yang pergerakannya sedikit karena komponen sendi tidak


cukup. Permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi
sedikit, misalnya sendi antara manubrium sterni dengan korpus sterni dan sendi
antara tulang vetebra.

3rd Diartosis (sendi sinovial)

Sendi dengan pergerakn bebas. Permukaan sendi diliputi oleh lapisan


tipis rawan hialin dipisahkan rongga sendi, susunan ini yang
memungkinkan sendi gerak bebas. Rongga sendi dibatasi oleh membran
sinovial yang terletak dari pinggir permukaan sendi ke permukaan sendi yang
lain.

Berdasarkan strukturnya sendi dibagi menjadi :

1. Sendi Fibrosa

Sendi fibrosa dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Terdapat dua tipe


sendi fibrosa; (1) Sutura diantara tulang tulang tengkorak dan (2)
sindesmosis yang terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu
ligamen di antara tulang. Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas.
2. Sendi Kartilago/tulang rawan

Ruang antar sendinya diisi oleh tulang rawan dan disokong oleh
ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe sendi kartilaginosa yaitu
sinkondrosis adalah sendi sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh
rawan hialin. Sendi sendi kostokondral adalah contoh dari
sinkondrosis. Simfisis adalah sendi yang tulang tulangnya memiliki suatu
hubungan fibrokartilago antara tulang dan selapis tipis rawan hialin yang
menyelimuti permukaan sendi. Contoh sendi kartilago adalah simfisis pubis
dan sen0di sendi pada tulang punggung.

3. Sendi Sinovial/sinovial joint

Sendi ini dilengkapi oleh kartilago yang melicinkan permukaan sendi,


kapsul sendi (kantung sendi), membran sinovial (bagian dalam kapsul), cairan
sinovial yang berfungsi sebagai pelumas dan ligamen yang berfungsi
memperkuat kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak
membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang
ditemukan pada tiap tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml).
Macam-macam pergerakan sendi diantaranya adalah :

 Fleksi  Rotasi  Opposisi

 Ekstensi  Pronasi  Protraksi

 Abduksi  Supinasi  Elevasi

 Adduksi  Inversi  Depresi

Gerak yang dihasilkan oleh sendi sinovial

Wrist Atlanto-
2.3.7 Alat-alat khusus persendian

a. Kapsula artikularis : melekat pada epikondilus medialis permukaan


depan, humerus di atas fossa koronoidea dan fossa radialis sebelah bawah
melekat pada permukaan anterior prosesus koronoideus ulna.

b. Ligamentum kolateral ulna : ligamentum ini tebal merupakan tiga buah


pita berbentuk segitiga. Ligamentum ini berhubungan dengan M. Triseps
brakhii, flexor karpi ulnaris, nervus ulnaris merupakan origo dari M.
Flexor digiterum sublimis.

c. Ligamentum kolateral radiale : merupakan pita sederhana


menghubungkan epikondilus lateralis humeri dengan ligamentum ulnare
berhubungan dengan tendon M. Supinator.

d. Artikulasi radioulnaris proksimal : merupakan sendi antara sirkum


ferensia artikularis radii dengan insisura radialis ulna dan ligamentum
ulnare.

e. Artikulasi radioulnaris distalis : sendi antara sirkumferensia artikularis


kapituli ulna dengan insura radii, rongga sendi berbentuk huruf L
dibentuk oleh ulna dan radius permukaan sendi sangat luas sehingga
terdapat kemungkinan yang luas untuk pergerakan supinasi dan pronasi.

f. Sinartrosis : kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroidea obligue


dan membran interosa antebrakii.

2.4 Sistem Otot

Sistem muscular atau otot dalam tubuh memiliki fungsi umum untuk
pergerakan, membentuk postur tubuh dan memproduksi panas. Otot didalam tubuh
manusia terdiri atas otot rangka,otot polos dan otot jantung. Sifat fisiologis dasar dari
otot adalah :

 Contractily : mampu berkontraksi atau memendek

 Excitability/irribility : kemampuan menerima dan berespon terhadap stimulus

 Extensibility : kemampuan untuk meregang

 Elasticity : kemampuan untuk kembali pada ukuran semula setelah


berkontraksi ataupun meregang.

Otot membentuk 43% berat badan. Lebih dari 1/3-nya merupakan protein
tubuh dan ½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.

Proses vital di dalam tubuh (seperti Kontraksi jantung, kontriksi pembuluh


darah, bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.
Fungsi sistem otot rangka:

ჲ Menghasilkan gerakan rangka.

ჲ Mempertahankan sikap & posisi tubuh.

ჲ Menyokong jaringan lunak.

ჲ Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.

ჲ Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi  panas


Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka
disusun oleh fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot.
Setiap fasikula dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot
dipisahkan oleh endomisium.

Organisasi otot rangka terdiri dari :

1. Otot

2. Fasikula

3. Serabut Otot

4. Miofibril

5. Miofilamen

Secara mikroskopis sel otot rangka terdiri dari :

1. Sarkolema (membran sel serabut otot)

2. Miofibril (mengandung filamen aktin dan miosin)

3. Sarkoplasma (cairan intrasel berisi kalsium, magnesium, phosfat, protein &


enzim.

4. Retikulum Sarkoplasma (tempat penyimpanan kalsium)

5. Tubulus T (sistem tubulus pada serabut otot)

Tipe jaringan otot :

Otot polos

memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter),
serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh (viseral), sumber Ca2+
dari CES, sumber energi terutama dari metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat,
kadng mengalami tetani, tahan terhadap kelelahan
Otot rangka

memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter), melekat
Ca2+
pada tulang, sumber dari retikulum sarkoplasma (RS), sumber energi dari
metabolisme aerobik & anaerobik, awal kontraksi cepat, mengalami tetani, &
cepat lelah.

Otot jantung

memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter),


Ca2+
serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber dari CES & RS, sumber
energi dari metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak mengalami tetani,
& tahan terhadap kelelahan

Otot rangka Otot jantung


BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan
tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik
(gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

Anda mungkin juga menyukai