Anda di halaman 1dari 42

Aspek Ekonomi dan Sosial

Dalam Perencanaan Wilayah


dan Kota
Mata Kuliah Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota
4 November 2019
Ekonomi
• Ekonomi, suatu ilmu yang mempelajari berbagai macam aktivitas
penjualan dan atau penerimaan suatu produk atau jasa yang akan
ditawarkan kepada konsumen.

Mikro Makro
Kebijakan fiskal (pendapatan atau
Teori harga
pengeluaran suatu negara)

Teori produksi Kebijakan moneter

Teori distribusi (upah dan gaji pegawai) Kebijakan segi penawaran


Ruang Lingkup

Ekonomi kota

Ekonomi wilayah
Ekonomi Kota
Ekonomi Kota
• Analisa ekonomi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
kota dalam perkembangannya.
• Dampak urbanisasi

• Kesempatan • Kemiskinan
kerja • Kesehatan
• Pasaran tanah/ • Pendidikan
rumah
• Kesenjangan
pendapatan
• Perpajakan dan
keuangan kota
Beberapa Pokok Pembahasan Ekonomi
Kota
Kesempatan Kerja
Pemanfaatan tanah Permukiman Kota Keuangan Kota
di Kota
• Persaingan • Struktur • Masalah • Sumber daya
dalam permukiman kependudukan ekonomi kota
pemanfaatan • Permintaan • Ketenagakerjaan • Pola pembiayaan
tanah permukiman • Kesempatan pembangunan
• Permintaan • Penawaran Kerja kota
terhadap tanah permukiman • Pasar tenaga
• Teori Dasar kerja
Pemanfaatan • Kebijaksanaan
Tanah terhadap tenaga
• Teori sewa tanah kerja kota
Hubungan ekonomi dan ruang?

Industri Industri Non-


Ekstraktif Ekstraktif

Industri
Fasilitatif/Tersier
Ragam Jenis Aktivitas Ekonomi Kota
Perdagangan Ritel/ Eceran Perdagangan Besar/ Grosir Jasa Komersial Industri
Department Store Pasar Grosir/ Pasar Induk Lembaga Keuangan (Bank, Kawasan Industri
Asuransi, Money Changer,
dll.)
Toko Pertokoan Grosir Jasa Pelayanan Penginapan Industri Perorangan (industri
(Hotel, Losmen, Hostel, skala besar, menengah dan
Cottage, dll) kecil)
Warung Tempat Pelelangan Ikan Jasa hiburan dan
(TPI) Pertunjukkan (Bioskop,
teater, dll.)
Pasar Jasa Reparasi dan Perawatan
Restoran Jasa Pengiriman dan
Ekspedisi
Pedagang Kaki Lima (PKL) Jasa Usaha Makanan dan
Minuman
Pola Ruang
Kesempatan Kerja
Penerimaan pajak,
biaya sosial
pemerintah,
destabilisasi social
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan politik,
kriminalitas, dll

10
9
8 DKI Jakarta
7 Kepulauan Seribu
Jakarta Selatan
6 Jakarta Timur
5 Jakarta Pusat
%

Jakarta Barat
4
Jakarta Utara
3
2
1
0
2015 2017 2018

Sumber: https://jakarta.bps.go.id/dynamictable/2019/03/20/50/tingkat-pengangguran-terbuka.html, diakses pada tanggal 4 November 2019


Sektor Ekonomi Formal dan Informal

Ekonomi formal Ekonomi informal


• Berizin (SIUP) • Modal usaha relatif kecil
• Memiliki akta pendirian usaha/ Notaris • Tidak berizin
• Pembayar pajak • Tidak memiliki akta pendirian usaha
• Memilik laporan keuangan yang lengkap dan sistematis • Tidak terkena pungutan pajak
• Jumlah tenaga sedikit/ terbatas
• Tidak memiliki laporan keuangan
Kebutuhan Perumahan dan Lahan
(Studi Kasus Kota Surabaya)
Kebutuhan Perumahan dan Lahan
(Studi Kasus Kota Surabaya)
Permintaan Perumahan
Rata-Rata Rumah Terbangun Rata-Rata Rumah Terjual
160 120

140
100
120
80
100 Kecil Kecil
Jumlah unit

Jumlah unit
Menengah Menengah
80 Besar 60 Besar

60
40
40
20
20

0 0
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Laporan Survei Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur edisi Triwulan II-2016
Rasio Harga Rumah Terhadap Pendapatan
(UMK) di Kota Surabaya
Harga Rumah Terhadap Pendapatan
50

45

40

35

30

25

20

15

10

0
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Laporan Survei Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur edisi Triwulan II-2016
Inclusionary Zoning
Ekonomi Wilayah/ Regional
Ekonomi Regional
• Kelemahan dari ilmu ekonomi tradisional yang pada umumnya
mengabaikan dimensi ruang (space) dalam analisisnya.
• Beberapa ilmuwan yang mulai memasukkan aspek ruang dalam
analisis ekonominya: Johann Heinrich Von Thunen (1851), Alfred
Weber (1929) dan August Losch (1954), yang memasukkan aspek
ruang ke dalam analisa ekonomi mikro.
• Pelopor ekonomi regional: Walter Isard (1956). Disertasinya berjudul
“Location and Space-Economy”. Ia memasukkan dimensi ruang ke
dalam analisa ekonomi yang lebih komprehensif.
Perbandingan Ekonomi Tradisional dan
Regional
Ilmu Ekonomi Tradisional
• Apa (Apa yang akan diproduksi?)
• Bagaimana (Bagaimana barang diproduksi?, Penggunaan teknologi seperti
apa? Apakah padat karya (labor Intensive) atau padat modal (Capital
Intensive)?)
• Siapa (Siapa yang akan menggunakan hasil produksi? Alokasi dan pemasaran
hasil produksi?)
• Kapan (Kapan sebaiknya barang itu diproduksi?)
Ilmu Ekonomi Regional
• Dimana (Dimana kegiatan produksi itu harus dilakukan dan untuk memenuhi
permintaan dimana?) – Tingkat efisiensi kegiatan produksi dan distribusi.
Aspek Ruang dalam Analisa Ekonomi Regional

Analisa Mikro
• Analisa lokasi perusahaan (unit produksi)
• Luas areal pasar
• Kompetisi antar tempat (Spatial Competition)
• Penentuan Harga antar Tempat (Spatial Pricing) – Ex: Ongkos Angkut – biaya produksi & harga
jual

Analisa Makro
• Analisa konsentrasi industri
• Mobilitas investasi
• Pertumbuhan ekonomi regional
• Ketimpangan pembangunan antar wilayah (Regional Disparity)
• Analisa pusat pertumbuhan (Growth Poles)
Pertumbuhan Ekonomi Regional
• Penjelasan mengapa suatu daerah dapat tumbuh cepat dan lambat serta
menjelaskan mengapa terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi
antar wilayah
• Faktor penentu pertumbuhan ekonomi antar wilayah
• Keuntungan kompetitif (competitive advantages): sektor basis yang
mendorong peningkatan ekspor sehingga memberikan dampak berganda
(multiplier effect) kepada perekonomian daerah;
• Peningkatan kegiatan produksi yang tidak hanya ditentukan oleh potensi
daerah, akan tetapi juga mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar
daerah (anggaran daerah).
• Kebijakan pemerintah
Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi (MP3I) 2011-2025
Ketimpangan Pembangunan Antar
Wilayah
• Wilayah maju (developed region) dan wilayah terbelakang
(underdeveloped region).
• Faktor penyebab ketimpangan
• Perbedaan kandungan sumberdaya alam
• Perbedaan kondisi demografis (tingkat pendidikan, kesehatan, tingkah laku,
dll.)
• Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa (ex: kelebihan produksi, tenaga
kerja, dll.)
• Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
• Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Ketimpangan Wilayah di Provinsi Jawa Timur
Tipoligi Klassen
Indeks Williamson

Sumber: Mardiana, 2012


Aspek Sosial
Sifat Sosial Masyarakat Perdesaan – Perkotaan
DIKOTOMI RURAL URBAN
• Pada awalnya Tonies melihat masyarakat perdesaan dan perkotaan sebagai satuan-satuan yang homogen.
Masyarakat perdesaan dan perkotaan mempunyai sifatnya sendiri-sendiri yang sangat berbeda. Muncul tipe
hubungan : gemainschaft dan gesselschaft.
• Ciri masyarakat paguyuban (gemainschat):
• Community
• Ikatan dekat
• Saling berkepentingan
• Interpersonal.
• Ciri masyarakat patembayan (gesselschaft):
• Society
• Kepentingan pribadi
• Persaingan
• Efisiensi
• Spesialisasi
• Pemilahan sifat-sifat sosial masyarakat perdesaan dan perkotaan dinamakan dikotomi rural –urban.
Desa Kota
Agraris Non agraris

Mata pencaharian homogen Mata pencaharian heterogen

Stratifikasi masyarakat
Strata masyarakat kompleks
sederhana

Gotong royong Individualistis


KONTINUM RURAL-URBAN
• Dalam perkembangannya ternyata kedua sifat tersebut tidak ditentukan mutlak
oleh tempat – orang kota ada yang memiliki sifat gemeinschaft – orang desa ada
yang memiliki sifat gesellschaft.

• Kedua sifat bisa berubah tergantung pada kondisi, bukan oleh tempat.

• L. Wirth:
Dikotomi rural-urban dalam perkembangannya banyak menimbulkan masalah,
karena terjadi :
• Urban melanda rural, di sisi lain sub urban menjadi bersifat rural.
• Asumsi bahwa desa-kota merupakan unit homogen ternyata sulit dipakai karena
kenyataannya bercampur.
KONTINUM RURAL-URBAN
• Kawasan perkotaan: terjadi kontinum rural-urban, gejalanya: semakin
besar densitas dan heterogenitas kota, maka :
• Berubah pula sifat masyarakat
• Terjadi diferensiasi, segregasi, spesialisasi masyarakat kota.
• Heterogenitas yang meluas menyebabkan: dipersonalisasi dan massafikasi.

• Kawasan pinggiran kota: muncul keinginan untuk hidup di lingkungan


alamiah yang jauh dari kebisingan kota. Proses ini terjadi setelah
masyarakat yang tinggal di kawasan pusat kota (umumnya kelompok the
haves) merasa tidak nyaman tinggal di kawasan pusat kota dan memilih
tinggal di kawasan pinggiran.
KONTINUM UNILINIER
• Fase ini terjadi berdasarkan asumsi, bahwa : setelah fase urban tercapai tidak ada fase lain,
ternyata tidak terbukti - karena terjadi urbanisasi sekunder.

• Fase ini diperjelas dengan adanya: sekularisasi dan individualisasi yang semakin bertambah.

• Di kawasan perkotaan terjadi perubahan terus menerus karena adanya urbanisasi primer dan
urbanisasi sekunder.

• Fase selanjutnya terjadi kontinum multi dimensi. Fase ini didasarkan pada asumsi : bahwa
perubahan sosial-budaya berlangsung terus meskipun fase urban telah berlangsung.

• Demikianlah sifat-sifat masyarakat kota akan selalu berubah mengikuti dinamika


perkembangan masyarakat.
DARI DIKOTOMI RURAL-URBAN KE KONTINUM MULTI DIMENSI
FENOMENA DESA - KOTA
• Fenomena desa – kota adalah kondisi yang mendua atau ambigu dari suatu wilayah
yang mengalami invasi perkembangan kota.
• Fenomena ini terjadi pada kota-kota yang sedang mengalami perkembangan pesat,
dimana kota menginvasi desa-desa yang terletak kawasan pinggiran kota.
• Muncul dua wajah yang mendua pada kawasan pinggiran kota yang mengalami
invasi, yaitu wajah perdesaan dan wajah kota, baik secara sosial, kultural maupun
secara fisik.
• Masyarakat mulai menyerap dan kemudian meniru semua yang berciri kota,
antara lain: tampilan wajah bangunan, cara berpakaian, perilaku, penggunaan
peralatan, dan lainnya.
• Fenomena desa-kota menunjukkan karakteristik kawasan yang mulai berubah atau
sedang dalam proses perubahan dari sifat-sifat perdesaan ke sifat-sifat perkotaan.
SETUJUKAH ANDA DENGAN
PENDAPAT DI BAWAH?
KARAKTERISTIK MASYARAKAT
• Karakteristik masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah karakteristik sosial-budaya masyarakat
yang dianut serta dijalankan oleh masyarakat setempat sebagai kebiasaan dan tradisi turun
temurun, berimplikasi spasial, serta mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu
penggerak perekonomian lokal.

• Aspek sosial-budaya masyarakat yang berimplikasi spasial, antara lain adalah karakteristik
masyarakat yang mempengaruhi pola pemanfaatan ruang, tatanan massa bangunan, penyediaan
sarana lingkungan, sistem transportasi, mempunyai potensi wisata, dan lainnya.

• Kultur masyarakat yang mempengaruhi pemanfaatan ruang, contohnya adalah pandangan


kosmologi masyarakat Bali yang membagi pemanfaatan ruang menjadi sembilan bagian
berdasarkan Sangha Mandala dengan orientasi sakral mengarah ke Gunung Agung.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT
• Kultur yang mempengaruhi tatanan massa bangunan, antara lain terdapat pada :
• Tatanan permukiman masyarakat Madura yang dinamakan Tanean Lanjhang
• Tatanan permukiman Kampung Naga yang menempatkan perumahan pada
zona profan dan sumber air pada zona sakral
• Tatanan bangunan rumah adat Toraja yang melingkupi sebuah ruang publik
yang digunakan untuk kegiatan bersama masyarakat
• Tatanan bangunan di daerah tepian Sungai Mahakam yang berorientasi ke air
serta pasar apung di Sungai Barito.

• Kultur masyarakat yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan ritual membutuhkan


sarana dan prasarana sebagaimana dijumpai pada penyediaan ruang terbuka untuk
upacara tradisional (Sekaten, Ngaben); bangunan peribadatan yang khas dan
bernilai historis sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Permukiman Tradisional Madura
(Tanean Lanjhang)
• Terbentuknya permukiman tradisional Madura
diawali dengan sebuah rumah induk yang disebut
dengan Tonghuh (rumah cikal bakal atau leluhur
suatu keluarga).
• Tonghuh dilengkapi dengan langgar, kandang, dan
dapur.
• Apabila sebuah keluarga memiliki anak yang
berumah tangga, khususnya anak perempuan, maka
orang tua akan atau bahkan ada keharusan untuk
membuatkan rumah bagi anak perempuan.
• Penempatan rumah untuk anak perempuan berada
pada posisi di sebelah timurnya. Kelompok
pemukiman yang demikian disebut pamengkang,
demikian juga bila generasi berikutnya telah
menempati maka akan terbentuk koren dan sampai
Tanean Lanjhang. Susunan demikian terus menerus
berkembang dari masa ke masa.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT
• Kultur dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi sistem transportasi dijumpai di daerah
tepian sungai besar di Sumatra dan Kalimantan. Antara lain pemanfaatan sungai sebagai sarana
transportasi utama dengan menggunakan perahu baik yang berukuran besar maupun kecil.
• Sosio-kultur yang mempunyai potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan
pariwisata, antara lain adalah :
• Upacara pemakaman di Tana Toraja
• Upacara Kesada di Gunung Bromo
• Sekaten yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
• Atraksi yang masih relatif baru, misalnya :
• Festival Lima Gunung di Kabupaten Magelang yang diikuti seniman dari Gunung Merapi,
Merbabu, Andong, Sumbing dan Pegunungan Menoreh yang telah memasuki tahun ke sebelas
• Jember Fashion Carnaval yang telah memasuki satu dekade.
• Dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah dan kota,
karakteristik sosial budaya masyarakat dilihat sebagai salah satu
aspek yang mempunyai implikasi spasial dan mempunyai potensi
untuk menggerakkan perekonomian masyarakat melalui
multiplier effect kegiatan tersebut.

• Karakteristik sosial-budaya dilihat sebagai potensi yang harus


dipertimbangkan dalam upaya pengembangan wilayah.
PERMUKIMAN KAMPUNG NAGA DI TASIKMALAYA.
PASAR APUNG DI SUNGAI BARITO. SALAH SATU CIRI
PERUMAHAN DITEMPATKAN PADA ZONA
PROFAN. SALAH SATU KELOMPOK MASYARAKAT KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG TINGGAL DI TEPIAN
ADAT YANG MASIH MEMELIHARA WARISAN SUNGAI, YANG MENGGUNAKAN PERAHU SEBAGAI
KARUHUN. SARANA TRANSPORTASI UTAMA.
EKSISTENSI PASAR APUNG MULAI TERDESAK OLEH
KEHIDUPAN MODERN.

JEMBER FASHION CARNIVAL X


KOMUNITAS
• Menurut Kertajaya (2008), komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari
yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota
komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau value.

• Ciri komunitas:
- Kelompok yang tinggal di satu wilayah.
- Mempunyai kebiasaan dan gaya hidup sama.
- Sadar sebagai satu kesatuan.
- Dapat bertindak kolektif untuk mencapai tujuan.

- Syarat komunitas:
- Manusia
- Wilayah
- Tujuan
Komunitas menurut Perry
Perry mendefinisikan komunitas (Perry
menyebutnya sebagai neighbourhood unit) sebagai
berikut :
• Ukuran: lingkup pelayanan Sekolah Dasar.
• Batas: dibatasi jalan arteri (by pass) cukup
lebar; tidak ada penetrasi.
• Ruang terbuka: Memiliki ruang terbuka
rekreasi dan taman untuk tempat
bersosialiasi warga.
• Lokasi untuk fasilitas umum: tersedia
ruang untuk penyediaan sekolah dan
institusi pelayanan publik.
• Toko lokal: tersedia satu atau lebih
fasilitas belanja berlingkup distrik.
• Jaringan jalan internal: harus tersedia
sistem jaringan jalan lokal yang dipisahkan
dengan jalur cepat
Terima kasih. Merci

Anda mungkin juga menyukai