8 - Kerangka PUU-BT, Bahasa, Penutup-1
8 - Kerangka PUU-BT, Bahasa, Penutup-1
Universitas
Universitas Indonesia
Indonesia
Maret 2017
OUTLINE
1. Kerangka PUU
2. Batang Tubuh
3. Penutup
NEGARA CIVIL LAW
Negara common law
1. Adanya sistem kodifikasi
tercipta keseragaman hukum dalam dan di tengah-tengah keberagaman hukum.
Agar kebiasaan-kebiasaan yang telah ditetapkan sebagai peraturan raja supaya ditetapkan
menjadi hukum yang berlaku secara umum
2. Hakim tidak terikat dengan preseden atau doktrin stare decicis, sehingga undang-undang menjadi
rujukan hukum yang utama.
pemisahaan antar kekuasaan membuat undang-undang, kekuasaan peradilan dan sistem kasasi
serta kekuasaan eksekutif, dan tidak dimungkinkannya kekuasaan yang satu mencampuri
urusan kekuasaan lainnya
3. Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial
Hakim bersifat aktif dalam menemukan fakta hukum dan cermat dalam menilai bukti
NEGARA COMMON LAW
1. Yurisprudensi sebagai sumber hukum utama
• adanya putusan yang seragam karena sering diungkapkan bahwa
hukum harus mempunyai kepastian daripada menonjolkan keadilan
pada setiap kasus konkrit
• menempatkan undang-undang sebagai acuan utama merupakan suatu
perbuatan yang berbahaya karena aturan undang-undang itu
merupakan hasil karya kaum teoretisi yang bukan tidak mungkin
berbeda dengan kenyataan dan tidak sinkron dengan kebutuhan
2. Dianutnya Doktrin Stare Decicis/Sistem Preseden
hakim terikat untuk mengikuti dan atau menerapkan putusan pengadilan
terdahulu, baik yang ia buat sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasus
serupa
Seperti Indonesia
Pembentukan PUU dewasa ini lebih berorientasi kepada
memodifikasi peraturan yang ada
Bukan sekedar kodifikasi norma-norma yang ada di dalam
masyarakat
Karena hampir seluruh urusan atau yang menyangkut hajat hidup
masyarakat telah ada pengaturannya
Dengan demikian, legislator cenderung menyempurnakan
peraturan-peraturan yang sudah ada tsb disesuaikan dengan
perkembangan jaman
Contoh
i. Judul;
ii. Pembukaan;
iii. Batang Tubuh;
iv. Penutup;
v. Penjelasan (jika diperlukan);
vi. Lampiran (jika diperlukan).
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
3. Konsiderans
4. Dasar Hukum
5. Diktum (Memutuskan dan Menetapkan)
C. BATANG TUBUH
6. Ketentuan Umum
7. Materi Pokok yang Diatur
8. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
9. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
10. Ketentuan Penutup
D. PENUTUP
E. PENJELASAN (jika diperlukan)
F. LAMPIRAN (jika diperlukan)
BATANG TUBUH
UMUM
Batang tubuh Peraturan Perundang-undangan memuat semua
materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang
dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal.
Perppu
Perundang-undangan:
Peraturan Pemerintah
1. memuat semua (Pasal 12 UU Nomor 12 Tahun 2011)
materi muatan
Peraturan Peraturan Presiden
Perundang-undangan (Pasal 13 UU Nomor 12 Tahun 2011)
2. dirumuskan dalam
pasal atau beberapa Peraturan Daerah
pasal. (Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 2011)
Pasal 10
(1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang
berisi:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan
Undang-Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau
Presiden.
MUATAN MATERI UU
1. PENGATURAN LEBIH LANJUT MENGENAI KETENTUAN UUD 45
Definisi: Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama
Presiden
Pasal 10 ayat 1 huruf a
Sistematika UUD 45:
a.BAB I BENTUK DAN KEDAULATAN NEGARA
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU Nomor 18 TAHUN 2016 TENTANG APBN
Contoh:
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 21
(1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang.
MATERI MUATAN UU (LANJUTAN)
Yang dimaksud dengan “perjanjian internasional tertentu” adalah perjanjian internasional yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara dan/atau perjanjian tersebut mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-
Undang dengan persetujuan DPR.
Contoh:
1. UU Nomor 42 Tahun 2007 tentang Pengesahan Perjanjian Ekstradisi Antara Republik Indonesia
Dan Republik Korea (Treaty On Extradition Between the Republic of Indonesia And The Republic
Of Korea)
2. UU Nomor12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political
Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik)
MATERI MUATAN UU (LANJUTAN)
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
Pasal 57
(1) Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa materi muatan
ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang bertentangan dengan Undang- 17 Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian
undang-undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
MATERI MUATAN UU (LANJUTAN)
Definisi:
Contoh:
1. Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
2. Perppu Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan
MUATAN MATERI PP
Pasal 12
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi
untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya.
Definisi PP:
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya.
MATERI MUATAN PERPRES
Pasal 13
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk
melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
Definisi Perpres:
Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan
Perundangundangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
Pasal 9
(1) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.
(2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang,
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
PENGELOMPOKAN MATERI MUATAN
.
BATANG TUBUH
KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum diletakkan di awal
Bisa dalam bab yaitu BAB I; atau
Contoh:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum berisi:
a. batasan pengertian atau definisi;
b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau
c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya
antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan
tersendiri dalam pasal atau bab.
Contoh:
Pasal 1 dan Pasal 4 UU Nomor 12 Tahun 2011
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Contoh definisi:
1. Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian
yang mencakup lokasi, letak, dan posisinya.
Contoh singkatan:
1. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya
disingkat BPK adalah lembaga negara yang
bertugas memeriksa pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara.
Contoh akronim:
1. Asuransi Kesehatan yang selanjutnya disebut Askes
adalah…
Apabila rumusan definisi dari suatu Peraturan Perundang-
undangan dirumuskan kembali dalam Peraturan Perundang-
undangan yang akan dibentuk, rumusan definisi tersebut harus
sama dengan rumusan definisi dalam Peraturan Perundang-
undangan yang telah berlaku tersebut.
Rumusan batasan pengertian dari suatu Peraturan Perundang-undangan
dapat berbeda dengan rumusan Peraturan Perundang-undangan yang
lain karena disesuaikan dengan kebutuhan terkait dengan materi muatan
yang akan diatur.
Contoh:
a. Hari adalah hari kalender (rumusan ini terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
b. Hari adalah hari kerja (rumusan ini terdapat dalam Undang- Undang
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah).
MATERI POKOK YANG DIATUR
TOPIK:
- MATERI PUU
- PERUMUSAN KALIMAT PENGATURAN
Materi pokok PUU
Perppu
Perundang-undangan:
Peraturan Pemerintah
1. memuat semua (Pasal 12 UU Nomor 12 Tahun 2011)
materi muatan
Peraturan Peraturan Presiden
Perundang-undangan (Pasal 13 UU Nomor 12 Tahun 2011)
2. dirumuskan dalam
pasal atau beberapa Peraturan Daerah
pasal. (Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 2011)
Contoh:
a. pembagian berdasarkan hak atau kepentingan yang dilindungi,
seperti pembagian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:
1. kejahatan terhadap keamanan negara;
2. kejahatan terhadap martabat Presiden;
3. kejahatan terhadap negara sahabat dan wakilnya;
4. kejahatan terhadap kewajiban dan hak kenegaraan;
5. kejahatan terhadap ketertiban umum dan seterusnya.
b. pembagian berdasarkan urutan/kronologis, seperti
pembagian dalam hukum acara pidana, dimulai dari
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan tingkat pertama, tingkat banding, tingkat
kasasi, dan peninjauan kembali.
c. pembagian berdasarkan urutan jenjang jabatan, seperti Jaksa
Agung, Wakil Jaksa Agung, dan Jaksa Agung Muda.
PERUMUSAN KALIMAT PENGATURAN
Tidak menggunakan kata atau frasa yang artinya tidak menentu atau konteksnya
dalam kalimat tidak jelas.
Contoh:
Istilah minuman keras mempunyai makna yang kurang jelas dibandingkan dengan
istilah minuman beralkohol.
Ciri-ciri bahasa Peraturan Perundang-undangan antara lain:
a. lugas dan pasti untuk menghindari kesamaan arti atau kerancuan;
b. bercorak hemat hanya kata yang diperlukan yang dipakai;
c. objektif dan menekan rasa subjektif (tidak emosi dalam mengungkapkan
tujuan atau maksud);
d. membakukan makna kata, ungkapan atau istilah yang digunakan secara
konsisten;
e. memberikan definisi atau batasan pengertian secara cermat;
f. penulisan kata yang bermakna tunggal atau jamak selalu dirumuskan
dalam bentuk tunggal.
Contoh: buku-buku ditulis buku
murid-murid ditulis murid
Di dalam Peraturan Perundang-undangan yang sama, tidak
menggunakan:
a. beberapa istilah yang berbeda untuk menyatakan satu pengertian
yang sama.
Contoh:
Istilah gaji, upah, atau pendapatan dapat menyatakan pengertian
penghasilan.
Jika untuk menyatakan penghasilan, dalam suatu pasal telah
digunakan kata gaji maka dalam pasal-pasal selanjutnya jangan
menggunakan kata upah atau pendapatan untuk menyatakan
pengertian penghasilan.
b. satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda.
Contoh:
Istilah penangkapan digunakan hanya untuk pengertian penahanan
tidak digunakan untuk meliputi pengertian pengamanan karena
pengertian penahanan tidak sama dengan pengertian pengamanan.
253. Penyerapan kata, frasa, atau istilah bahasa asing yang banyak
dipakai dan telah disesuaikan ejaannya dengan kaidah Bahasa
Indonesia dapat digunakan jika:
a. mempunyai konotasi yang cocok;
b. lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam
Bahasa Indonesia;
c. mempunyai corak internasional;
d. lebih mempermudah tercapainya kesepakatan; atau
e. lebih mudah dipahami daripada terjemahannya dalam
Bahasa Indonesia.
Contoh:
1. devaluasi (penurunan nilai uang)
2. devisa (alat pembayaran luar negeri)
Merumuskan kalimat
Rules:
Susunan bentuk kalimat dari pengaturan yang diusulkan dalam
suatu rancangan peraturan dinilai berdasarkan kriteria
kemudahan pemahaman.
Para pihak yang dituju memahami bagaimana rancangan
tersebut mengatur mereka berperilaku
Urutan kata-kata harus benar
suatu rancangan puu pada dasarnya bertujuan untuk
mengubah suatu perilaku dengan menginstruksikan para
pihak yang dituju dalam rancangan tersebut tentang
bagaimana mereka harus berperilaku.
Pedoman
Subyek memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan
SUBYEK BUKAN BENDA MATI
Izin usaha perusahaan yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat dicabut.
Sebaiknya:
Perusahaan yang melanggar kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dapat dicabut izin usahanya.
MEMERINTAHKAN PERILAKU:
PEDOMAN2 UNTUK MERUMUSKAN ‘APA’
bandingkan:
Pedoman
Mengacu pada perilaku dan bukan pelaku
Latihan