Anda di halaman 1dari 89

Hukum Pertama Termodinamika

Defenisi HK I Termodinamika:
HK I Termo mengatakan bahwa panas tidak dapat
diciptakan atau dimusnakan, yang ada adalah
perubahan energi dari satu bentuk kebentuk yang
lain,seperti energi air menghasilkan energi potensial
atau energi mekanik ,energi mekanik menggerakan
turbin, turbin menggerakan generator, generator
menghasilkan energi listrik. Dengan demikiaa HK I
Termo juga sering disebut hukum Kekekalan energi.
Kondisi suatu sistem (benda kerja) ditentukan oleh
sifat-sifat termodinamika yang dimiliki oleh sistem
tersebut. Ketika satu atau lebih sifat termodinamika
dari suatu sistem mengalami perubahan, maka hal
tersebut juga akan menyebabkan perubahan pada
kondisi sistem. Oleh karena itu sifat termodinamika
sering dikenal sebagai variabel/peubah kondisi
sistem. Perubahan kondisi sistem tersebut terjadi
akibat sistem dikenai suatu proses termodinamika.
• Perubahan yang dialami oleh sistem dapat berupa
perubahan tunggal, dan sering pula perubahan terjadi
dalam beberapa seri langkah terbuka atau tertutup.
Perubahan yang terjadi dalam beberapa seri langkah
tertutup dikenal sebagai perubahan siklik.
• Pada jenis sistem tertutup (closed system/ non-flow
processes) dan sistem terbuka (opened system/ batch
system/ flow processes), perubahan pada kondisi atau
sifat termodinamika dari sistem akan diiringi oleh
keterlibatan berbagai bentuk energi
• Perubahan yang dialami oleh sistem dapat berupa
perubahan tunggal, dan sering pula perubahan terjadi
dalam beberapa seri langkah terbuka atau tertutup.
Perubahan yang terjadi dalam beberapa seri langkah
tertutup dikenal sebagai perubahan siklik.
• Pada jenis sistem tertutup (closed system/ non-flow
processes) dan sistem terbuka (opened system/ batch
system/ flow processes), perubahan pada kondisi atau
sifat termodinamika dari sistem akan diiringi oleh
keterlibatan berbagai bentuk energi
Definisi dan jenis-jenis proses
termodinamika
– Berdasarkan kekonstanan nilai dari suatu sifat termodinamika selama proses berlangsung

a. Isotermal, proses yang dilangsungkan pada temperatur


konstan (T = 0)
b. Isobar, proses yang dilangsungkan pada tekanan konstan (P
= 0)
c. Isovolum/isometrik/isokhorik, proses yang dilangsungkan
pada volum konstan (V = 0)
d. Adiabatik, selama proses berlangsung tidak terjadi aliran atau
perpindahan panas dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya
e. Non-adiabatik dan non-isotermal (pada proses ini, P, V, T
berubah dan ada aliran panas yang terlibat).
– Berdasarkan perubahan tekanan dan volum sistem

a. Kompresi, proses yang akan mengakibatkan


terjadinya peningkatan tekanan sistem, atau
proses yang mengakibatkan penurunan
volum/volum spesifik/volum spesifik molar
sistem.
Alat: Silinder berpiston (sistem tertutup),
kompresor, pompa, nozzle, blower, jet ejektor
(sistem terbuka)
P1, V1 P2, V2
Kompresi

P1 < P2

V1 > V2
• Ekspansi, proses yang akan mengakibatkan
terjadinya penurunan tekanan sistem, atau
proses yang mengakibatkan peningkatan
volum/volum spesifik/volum spesifik molar
sistem
– Berdasarkan dapat/tidaknya suatu sistem dibawa kembali ke initial state dari final state (atau berdasar
ada/tidaknya rugi-rugi mekanik)

• Proses reversibel, proses dimana keadaan akhir dari sistem dapat


dikembalikan ke keadaan awal tanpa mengubah keadaan sekelilingnya.
• Dalam cakupan proses reversibel pada fenomena fisis, proses reversibel
merupakan proses yang dilangsungkan dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
• Selama proses, perbedaan temperatur antara sistem dengan lingkungan
sangat kecil, sehingga perpindahan panas berlangsung sangat lambat
• Selama proses, perbedaan tekanan antara sistem dengan lingkungan
sangat kecil, sehingga kerja yang dipindahkan sangat kecil
• Selama proses, tidak ada friksi/gesekan (tidak ada rugi-rugi gesek) antara
sistem dengan bidang-bidang pembatas. Hal ini merupakan akibat dari
dua asumsi sebelumnya.
• Proses ireversibel, proses dimana keadaan akhir
dari sistem tidak dapat dikembalikan ke keadaan
awal, tanpa mengubah keadaan sekelilingnya.
• Segala ketentuan pada proses ini berlawanan
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada
proses reversibel.
• Antara proses reversibel dengan proses ireversibel
dihubungkan dengan efisiensi mekanik, yang
berupa efisiensi kompresi dan efisiensi ekspansi
Neraca energi pada sistem tertutup (closed system/ batch system/
non-flow processes)

• Energi masukan dan energi keluaran (energi


bersama aliran massa masuk dan keluar
sistem), terdiri dari:
a. Energi dalam (U)
b. Energi potensial gravitasi (EP),
c. Energi kinetik (EK),
d. Energi tekan, Pv
Persamaan Enegi untuk sistem terbuka
 g 1 2
 Q   W  d U  z   
 gC 2 gC 

 g 1 2 
Q W   
 U  z   

 g C 2 g C 
Persamaan Energi untuk Sistem Tertutup

untuk sistem tertutup 2 suku pada rumus


sistem terbuka yaitu energi potensial dan
energimekanik tidak ada sehingga rumusnya
menjadi
Q + W = ∆U
Kapasitas Panas

Kapasitas panas telah disinggung dengan cukup


lengkap pada Bab 2 tentang Kerja, Energi dan
Panas. Pada bab tersebut dinyatakan bahwa
kapasitas panas terdapat dalam dua bentuk,
yaitu kapasitas panas pada tekanan konstan (CP)
dan kapasitas panas pada volum konstan (CV).
Rumusan dari kedua bentuk kapasitas panas
tersebut telah disampaikan pada bagian
terdepan sebagai berikut
usan tersebut berlaku umum, baik untuk sistem tertutup ataupun terbuka, baik fluida cair, gas ataupun padatan, dan baik gas ideal at

 Q   Q 
CV    CP   
 dT V  dT  P
Kedua rumusan tersebut di atas berlaku
umum, baik untuk sistem tertutup ataupun
terbuka, baik fluida cair, gas ataupun padatan,
dan baik gas ideal ataupun tidak ideal.
• Pada sub bab ini akan diuraikan ekspresi
matematik yang lain dari CP dan CV dengan
memanfaatkan Hukum I Termodinamika. Hukum
I Termodinamika yang digunakan dapat yang
berlaku untuk sistem tertutup ataupun sistem
terbuka. Pada sub bab ini akan digunakan
Hukum I Termodinamika untuk sistem tertutup.
Uraian pertama akan dilakukan terhadap
kapasitas panas pada tekanan konstan (CP).
• Hukum I Termodinamika untuk sistem
tertutup pada pemanasan terhadap benda
kerja (dengan asumsi EP = EK = 0), adalah:
 
Q W   U  Q  W  d U

 W   Pdv dH  dU  Pdv  vdP

H = U + PV dH = dU + PdV + VdP
• Proses dilakukan pada tekanan konstan, dP =
0, sehingga persamaan menjadi:
 
 Q P dH

 Q   dH 
CP      
 dT P  dT P
• Dengan cara analog akan didapatkan bahwa
kapasitas panas pada volum konstan (CV)
dapat dinyatakan dengan rumusan berikut:  
 Q   dU 
CV    
 dT V  dT V
Hubungan CP, CV dan R pada Gas Ideal

• Hubungan dasar pada entalpi diberikan oleh


persamaan berikut. Untuk 1 mol sistem,
entalpi dapat dirumuskan dengan:
H = U + PV
Persamaan keadaan gas ideal, persamaan
(5.1), untuk gas sebanyak 1 mol adalah:
PV = RT
• Untuk gas ideal, apapun proses termodinamika yang
dikenakan terhadap gas ideal, dH dan dU masing-
masing dirumuskan sebagai berikut
dH = CP dT dan dU = CV dT
• Tentang pernyataan perubahan entalpi dan perubahan
energi dalam pada gas ideal tersebut di atas, akan
dibahas dan dibuktikan pada Bab 8 tentang Hubungan
antar Besaran Termodinamika.
• Substitusi persamaan (4.1a), (5.13) dan (5.14) ke
persamaan (2.1a), akan diperoleh hubungan berikut
• CP dT = CV dT + d (RT)
R adalah konstanta, sehingga dapat
dikeluarkan dari tanda diferensial. Dengan
mengeliminasi perubahan temperatur (dT),
persamaan terakhir di atas akan menjadi:
CP = CV + R
• Persamaan di atas merupakan persamaan
hubungan antara CP = CV + R yang berlaku jika
benda kerjanya adalah gas ideal.
Evaluasi Berbagai Proses Termodinamika
dgn Hukum I Termodinamika

• Pada sub bab ini akan dibahas penerapan Hukum I


Termodinamika untuk mengevaluasi keterlibatan
berbagai bentuk energi dan ekspresi matematiknya,
jika suatu sistem mengalami perubahan keadaan
akibat dikenai proses termodinamika tertentu.
Untuk menyederhanakan kasus, pada evaluasi
berbagai proses termodinamika ini, diambil
pembatsan-pembatasan sebagai berikut:
• a.Benda kerja (sistem) yang digunakan adalah
gas ideal
• b. Proses dilakukan dalam sistem tertutup
• c. Perubahan energi potensial gravitasi dan
energi kinetik sangat kecil (dapat diabaikan)
• d. Proses berlangsung secara reversibel
• Dengan pembatas-pembatas tersebut,
evaluasi berbagai proses termodinamika
(untuk benda kerja sebanyak 1 mol) adalah
sebagai berikut:
1. Proses Isobar
Analisa H
Proses isobar untuk gas ideal diperoleh
dP = 0. dengan penggunaan hukum I termo
dan rumus kerja untuk penurunan rumus
maka pada nilai akhir didapatkan
H  Q
 Q 
CP  
dT
  Q  C P dT
 P

2 2
Q C P dT H  Q   C P dT
1
1
Analisa nilai U
Hukum I Termodinamika untuk sistem
tertutup: Karena P tetap (proses isobar),
maka P dapat masuk ke dalam tanda
differensial. Sehingga Hukum I Termodinamika
menjadi:
dU   Q  d  PV   Q  C P dT PV  RT

dU  C P dT  d  RT  dU  C P dT  R dT dU   C P  R  dT

 C P  R   CV dU  CV dT
2
U   CV dT
1
Analisa Q

2
Q  H  C
1
P dT
Analisa W

W dapat dicari dari Hukum I Termodinamika,


dimana untuk sistem tertutup diekspresikan
sebagai: U = Q + W.
atau

2
Wrev    P dV
1
Proses isovolum/isometric/isokorik

• Hukum I Termodinamika: dU = Q + W
Rumus dasar kerja: W = - P dV, maka untuk V
tetap diperoleh hubungn
Analisa nilai U

 Q 
dU   QV CV     QV  CV dT
 dT V

2
dU   QV  CV dT U  Q   CV dT
1
Analisa nilai H
dH  dU  d  PV  atau dH  dU  PdV  VdP

dH  dU  VdP dH  dU  d  PV 

PV  RT

dH  CV dT  d  RT  dH  CV dT  R dT

 CV  R  CP

2
dH  C P dT H  C P dT
1
Analisa nilai Q

2
Q  U  C
1
V dT
Analisa nilai W

2
Wrev    P dV
1

Wrev  0
Proses Isotermal

Berdasarkan analisa nilai H dan U pada


proses sebelumnya (isobar dan isovolum),
menunjukkan bahwa untuk gas ideal, apapun
prosesnya,
2 2

H   C P dT U  C
1
V dT
1
Sehingga pada proses isotermal:

H = U = 0
Evaluasi nilai Q

• Hukum I Termodinamika untuk sistem


tertutup diekspresikan sebagai:
U = Q + W. Pada proses isotermal diperol.

Q= -w
Evaluasi nilai W
2
RT
W rev    P dV P
1
V

2
RT
W rev    dV
1
V
Temperatur sistem/benda kerja bernilai tetap
(T1 = T2 = T).
Akhirnya akan diperoleh:
 V2   P2 
W rev   RT1 ln   Wrev   RT1 ln  
 V1   P1 
Proses Adiabatik

2
H   C P dT
1

2
U   CV dT
1
Analisa Q

Proses adiabatik, Q = 0
Analisa W

U = Q + W.
2
Untuk Q = 0, maka W = U W  C
1
V dT

 1
 
RT1  P2  
Wrev     1
  1  P1  
 
PROSES ADIABATIK

• Pada proses adiabatik dengan benda kerja


berupa gas ideal, berlaku hubungan antara P,
V dan T sebagai berikut berikut:
PROSES ADIABATIK

 1
T2  P2  
P1 V
1

 P2 V 2

  
T1  P1 

 1  1  CP 
V1 T1  V2 T2  
 CV


 
Proses politropik

Analisa pada proses politropik sama dengan


pada proses adiabatik. Letak perbedaannya
bahwa pada proses politropik
CP
k 
CV
• Analisa pada proses politropik sama dengan
pada proses adiabatik. Letak perbedaannya
bahwa pada proses politropik
• Kenyataan ini menginformasikan bahwa
proses politropik merupakan proses adiabatik
dengan menggunakan gas nonideal. Nilai k
pada proses politropik harus ditentukan
berdasarkan data eksperimental
Panas Reaksi Kimia
Ditinjau dari segi efek panas, reaksi kimia ada
yang termasuk sebagai reaksi eksoterm dan
ada yang termasuk reaksi endoterm. Pada
reaksi eksoterm, sejumlah panas dilepaskan
oleh sistem reaksi. Sedangkan pada reaksi
endoterm, sistem reaksi harus menerima
sejumlah panas agar sistem reaksi endoterm
dapat berlangsung.
• Panas reaksi secara umum didefinisikan sebagai
panas yang menyertai keberlangsungan suatu sistem
reaksi kimia. Seperti penjelasan sebelumnya,
kesertaan panas pada reaksi kimia, ada yang berupa
pelepasan panas dari sistem reaksi atau penyerapan
panas oleh sistem reaksi. Ke-adiabatik-an pada
sistem reaksi kimia bukan berarti bahwa pada suatu
sistem reaksi kimia tidak melibatkan efek panas ini.
Jadi dapat dikatakan bahwa panas reaksi merupakan
sifat milik dari suatu sistem reaksi
• Berdasarkan Hukum I Termodinamika untuk
proses alir dengan mengabaikan perubahan
energi kinetik dan energi potensial dan tidak
ada kerja mekanik eksternal, sedangkan untuk
proses non-alir yang dioperasikan pada tekanan
konstan, diperoleh bahwa Q = H. Analisa ini
yang menjadi dasar umum bahwa kuantitas
panas yang meyertai reaksi kimia sama dengan
perubahan entalpi dari reaksi tersebut.
Panas reaksi terdiri dari beberapa antara lain:
- Panas reaksi standar
- Panas pembentukan standar
- Panas Pembakaran
- Panas reaksi pada temperatur terentu
- Panas laten
- Panas peleburan
- Panas penguapan
- Panas sensibel
Keempat panas terakhir yang yg tertulis di atas telah disinggung
secara epintas pada bagian awal .
Panas Reaksi Standar (H o R ,298K)
Keadaan adalah keadaan pada tekanan atmosfir atau pada
T=25 0C dan P = 1atmosfir.
Keadaan ini disebut juga STP (Standard of Temparature
and Preesure). Keadaan standar
untuk berbagai fasa adalah:
- Gas : Gas ideal, 1 atm, 298 K
- Cairan : Cairan murni, 1 atm, 298 K
- Padatan : Padatan murni 1 atm, 298 K
- Larutan dalam air: T ideal , 1 molal, 1 atm, 298K
Panas reaksi standar adalah panas yang
diperlikan/dilepaskan untuk melangsungkan suatu
reaksi. Reaksi yang memelukan/menyerap energi
disebut reaksi endotermis, dengan harga H o R,298
bertanda positif (+), sedangkan reaksi yang
melepaskan energi disebut reaksi eksotermis,
dengan harga H o R,298 bertanda negatif (-). Harga
H o R,298 akan berubah manakala koefisien
stoikiometri suatu reaksi berubah.
contoh:
½ N2 +3/2 H2  NH3 H o R,298 = - 11.040 kal
atau
N2 + 3H2  2NH3 H o R,298 = -22.080 kal
Panas Pembentukan Standar
(H of )

Panas pembentukan standar didefenisikan sebagai


yang diperlukan untuk membentuk 1
(satu)molekul senyawa dari unsur- unsurnya, pada
keadaan STP. Panas pembentukan standar suatu
unsur didefenisikan bernilai nol
Berkenaan dengan penulisanreaksi berikut:
½ N2 +3/2 H2  NH3 H o f,298 = - 11.040 kal
atau
N2 + 3H2  2NH3 H o f,298 = -22.080 kal
maka yang dinyatakan sebagai panas
pembentukan standar adalah 11.040 kal.
Perhatikan pernyataan H o f,298 menggantikan
H o R,298 .
Panas Pembakaran Standar
(H o c,298 )
Panas pembakaran standar didefenisikan
sebagai panas yang diperlukan untuk
membakar 1 (satu) mol suatu zat pada
keadaan standar (STP). Secara umum reaksi
pembakaran dapatdinyatakan sebagai reaksi
suatu zat (khususnya senyawa organik) dengan
oksigen (O2).
Contoh pernyataan suatu panas pembakaran
adalah sebagai berikut;
CH4g + O2g  CO2g + 2H2O H o c,298 = -212.800 kal.
Pada kenyataannyatidak ada suatu reaksi
pembakaran yang berlangsung pada suhu
standar (suhu kamar) .Penentuan panas
pembakaran pada suatu suhu nyata dari data
literatur (padaSTP) dilakukan dengan hukum
Hess.
Pada reaksi- reaksi nyata/aktual, sering reaksi kimia
tidak hanya dilangsungkan pada 25oC.
Untuk menghitung panas reaksi (HR) pada kasus
reaksi seperti ini dikembalikan pada konsep bahwa
perubahan entalpi merupakan fungsi keadaan,
sehingga antara temperatur aktual produk dapat
dihubungkan dengan temperatur standar. Pernyataan
terakhir ini diilustrasikan pada gambar berikut
HR
Reaktan, T1 Produk, T2
(1) (4)

H1, 2 H3, 4

Reaktan, 25 oC Produk, 25 oC
(2) HRo (3)

Gambar perhitungan panas reaksi


Rumus perhitungan

HR = H1, 2 + HRo + H3, 4

atau

HoT = Ho298 + HRo + HoP


298 T2

Dengan H 1, 2   C P  reak tan  dT H 3, 4   C  produk  dT


298
P
T1
Dengan
Ho R
dinginkan reaktan dalam keadaan standar (1atm) dari temperatur
T ke 298 K, perubahan entalpidari semua reaktan pada keadaan
standar
Ho298
selama proses pendinginan
Reaksi dilaksanakan secara isotermal pada 1 atm dan 298 K
,perubahan entalpi pada peristiwa ini adalah panas reaksi standar
HoP Pemanasan produk pada keadaan standar dari 298 K ke
temperatur T.
• Contoh;
Hitung panas pembakaran standar dari metan
pada temperatur 533 K.
Jawab;
CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g)
533K reaktan produk 533K
1mol CH4------- ∆Ho533------ 1 atm,1molCO2
2mol O2 2 mol O2
∆HoR ∆HoP

Reaktan 298
1 atm ∆Ho 298
HoT = Ho298 + HRo + HoP
= ∆Ho 298 + (∑ produk (n
298 533
Cp dT ) ) - ( ∑ reaktan n
298
Cp dT )
533

panas jenis molal rata-rata antara 298 - 533K


didapat dari tabel hand book sebagai berikut:
CH4 : 10,0

O2 : 7,3

CO2 :
9,9
dari metan pada 298 K di mana produk H2O
merupakan cairan yg diperolah dari tabel
sebesar =-212.800kal/mol.
Dari reaksi H2O yang terbentuk sebagai
produk merupakan uap air (fasa gas, sehingga
harga di di atas perlu ditambah panaslaten
dari 2 mol air (panas laten H2O =
10520kal/mol)
∆Ho 298 = -212.800 + 2(105200) = - 191760
kal/mol.
dengan memasukkan dalam persamaan di atasnilai menjadi:
∆Ho 533 =-191.700 + (1)(9,9) + (2)(8,2) -(1) (10,0) - (2)(7,3)
(533 -298)
= 191.360 kal/mol
atau
= (-191.360) (4,186)
= 801.033 J/mol
298 T2

Dengan H 1, 2   C P  reak tan  dT H 3, 4   C  produk  dT


298
P
T1
Contoh soal
• One mole of air, initially at 150 oC and 8 bar,
undergoes the following mechanically
reversible changes in a closed system. It
expands isothermally to a pressure such that
when it is cooled at constant volume to 50 oC
its final pressure is 3 bar. Assuming that air is
an ideal gas for CP = (7/2)R dan CV = (5/2)R.
Calculate W, Q, U and H!
jawaban
• Penyelesaian:
Analisa kasus:
Jumlah udara, n = 1 mol
Udara berkelakuan sebagai gas ideal, dengan CP dan CV tetap
Proses perubahan dilangsungkan dalam sistem tertutup
Perubahan energi potensial dan energi kinetik dapat
diabaikan.
Dari ilustrasi soal, menunjukkan bahwa udara mengalami dua
seri langkah perlakuan proses termodinamika. Untuk jelasnya,
kedua proses tersebut digambarkan terlebih dahulu pada
diagram P-V.
• Ditinjau Langkah 2 (b ke c): Pendinginan
isovolum.
Untuk gas ideal yang mengalami proses
isovolum, berlaku hubungan:
, sehingga:
Pada proses isovolum dan sistem tertutup:
Wb-c = 0, Qb-c = Ub-c
 Ditinjau Langkah 2 (b ke c): Pendinginan isovolum.
Untuk gas ideal yang mengalami proses isovolum, berlaku hubungan:
Pb Pc
 , sehingga: Pb 
150  273 K  3 bar  3,93 bar
Tb Tc  50  273 K
Pada proses isovolum dan sistem tertutup:
Wb-c = 0, Qb-c = Ub-c
P o
a (150 C, 8 bar)

o
b (150 C, Pb)

o
c (50 C, 3 bar)
V
c 5 J
  50  150 K
Qb c  U b c   n  CV  dT Qb c  U b c  1 mol   8,314
2 mol  K
b

= -2078,5 J.
7 J
H  n  CP  T H b c  1 mol   8,314   50  150 K
2 mol  K

= -2909,9 J.

Anda mungkin juga menyukai