Anda di halaman 1dari 30

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA

LAHAN GAMBUT DAN BERGAMBUT


BERBASIS PEDOGEOMORFOLOGI TANAH ORGANIK
J. Sartohadi
Senior Researcher in the Research Center for Disaster of Universitas Gadjah Mada

Pedogeomorfologi membahas mengenai genesis lahan dan tanah secara integrative untuk
berbagai kepentingan kehidupan
BEBERAPA POKOK PIKIRAN BAHAN DISKUSI

• Lingkungan pembentukan tanah organik


• Genesis dan Perwatakan tanah organik
• Pemanfaatan sumberdaya tanah organik
• Pembakaran semak belukar
• Pengelolaan berkelanjutan
LINGKUNGAN PEMBENTUKAN
TANAH ORGANIK (GAMBUT)
• Ada suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya laju sedimentasi
organik lebih lebih besar dari laju dekomposisi organik :
• Daerah berpenutupan lahan hutan  sebagai penghasil/sumber sisa
organic – syarat I
• Daerah yang berudara sejuk-dingin  laju dekomposisi rendah – syarat IIa
• Daerah cekungan yang tergenang; dibawah lingkungan anaerob laju
dekomposisi menjadi sangat rendah – syarat IIb

Ada sub-sub sistem penutupan lahan, cekungan, dan material organik (gambut) yang
saling kait mengkait secara komprehensif
• Material organik adalah semua material yang berasal dari sisa kehidupan;
termasuk seresah (mulsa)
• Bahan organik tanah adalah bahan penyusun tanah yang berasal dari sisa
kehidupan yang telah mengalami dekomposisi lanjut; tersusun atas asam-asam
organic dan mikrobia
• Tanah organik:
• Tanah yang terbentuk dari bahan induk tanah berupa material sisa organik
(biasanya/sebagian besar tersusun atas sisa tanaman) yang masih relatif mentah
• Dikatakan sebagai tanah organik jika ketebalannya > 50 cm
• Kandungan organiknya > 12% jika: tanah dalam kondisi tergenang, bahan
mineralnya bertekstur pasir
Ini adalah tanah mineral yang tertutup oleh seresah (mulsa), bukan tanah
gambut!!!
WILAYAH BERGUNUNG SEPERTI INI TIDAK
MUNGKIN TERTUTUP OLEH TANAH GAMBUT
CEKUNGAN BERAWA

-Lingkungan pembentukan Gambut-


HUTAN YANG RAPAT, BATANG KAYU
DIAMETER RENDAH
MORFOARANSEMENT SATUAN
BENTUKLAHAN ORGANIC (GAMBUT)
• Gambut geosinklin; rawa yang luas yang kemudian terisi oleh endapan
organik
• Gambut pesisir; laguna (swale) yang kemudian terisi oleh endapan
organik
• Gambut rawa belakang; oxbow yang kemudian terisi oleh endapan
organik
• Delta  pulau-pulau gambut; gosong sungai yang ditumbuhi oleh
formasi vegetasi mangrove, kemudian terselimuti oleh endapan organik
GENESIS GAMBUT
• Gambut yang tebal terbentuk karena ada “proses penurunan
cekungan” yang dapat diimbangi oleh sedimentasi organik
• Pada beberapa kasus, laju sedimentasi organik sedemikian tinggi
sehingga terbentuk kubah
• Kubah gambut mempunyai fungsi hidrologis yang penting bagi daerah
sekitarnya  mampu menyimpan dan melepaskan air (berfungsi sebagai
“aquifer”)
Genesis dome gambut yang tidak merujuk pada
bentuklahan tertentu

Gambar
  1.1. Proses Pembentukan Gambut di Daerah Cekungan

a Pengisian daerah cekungan dengan sisa organik tumbuhan rawa


Pengisian daerah cekungan dengan sisa organic tumbuhan rawa bercampur
material hasil erosi yang terangkut oleh air sungai sehingga terbentuk
gambut topogen
Gambut topogen ditumpangi oleh material gambut ombrogen sehingga (dimodifikasi dari Agus, F dan I.G.M. Subiksa, 2008)
membentuk kubah

Ekosistem Gambut
GENESIS GAMBUT
• Gambut tersusun atas lapis-lapis endapan organik yang mempunyai
derajad kematangan berbeda  akibat dari proses fluktuasi muka air
tanah
• Gambut tersusun atas lapis-lapis endapan organik yang berasal dari jenis
tumbuhan yang berbeda  akibat dari proses sedimentasi organic oleh
tumbuhan yang berbeda dari waktu ke waktu
• Gambut tersusun atas lapis-lapis endapan organic yang berbeda kadar
campuran mineralnya  akibat dari proses sedimentasi sungai &/pesisir
yang periodik
PERWATAKAN TANAH ORGANIC
(GAMBUT) DAN LAHAN BERGAMBUT
• Berat jenis ringan
• Kandungan mineral sangat rendah
• Secara kimiawi kurang subur
• Merupakan bahan yang dapat terbakar jika ketersediaan oksigen
cukup
• Secara alami mempunyai sifat dapat menyimpan dan melepaskan
air – tergantung pada posisi reliefnya

Gambut Ombrogen yang mempunyai fungsi hidrologis sangat


penting
• Kandungan mineral sangat rendah:
• Pada umumnya, yang disebut sebagai tanah gambut mempunyai
kandungan mineral < 10% berat tanah
• Lapisan tanah mineral berada > 50 cm dari permukaan tanah gambut
• Pengotor yang berupa bahan mineral mungkin berasal dari:
• Luapan banjir dari sungai
• Abu gunungapi (endapan jatuhan dari udara)
• Kandungan hara rendah:
• pH yang terlalu rendah sehingga hara dalam bentuk tidak tersedia bagi
tanaman
• Sebagian besar bahan organik dalam kondisi mentah  proses
dekomposisi memerlukan energi aktivasi dengan memanfaatkan hara
tersedia; terjadi persaingan pemakaian hara antara mikrobia dengan
tanaman
• Kawasan tergenang sehingga pengambilan hara oleh tanaman menjadi
terganggu; ketersediaan oksigen di dalam tanah sangat rendah
• Tanah gambut (di alam) biasanya terdapat dalam kondisi basah – lembab:
• Proses pembentukannya terkait dengan cekungan berair
• Tanah gambut yang matang dan setengah matang mempunyai
kapilaritas air baik  cenderung ada dalam kondisi lembab, air tanah
naik ke lapisan permukaan
• Tanah gambut yang masih mentah, biasanya terdapat di dekat
permukaan; mempunyai kapilaritas air rendah; tanah gambut
permukaan dapat menjadi kering pada saat air tanah surut / saat tidak
ada hujan / kondisi lahan terbuka
PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN
LAHAN BERGAMBUT
• Perubahan kondisi / sistem cekungan  berbagai kondisi yang
memungkinkan muka air cekungan turun
• Erosi alami;
• Sedimentasi mineral dari hulu
• Neotektonisme (uplifting)
• Penyudetan  proses drainase/pengatusan
• Perubahan kondisi / sistem penutupan lahan
• Perubahan kondisi / sistem material gambut
• Pematangan gambut – akibat proses pengatusan
• Proses pematangan gambut/bahan sisa organik:
• Karena umur  semakin tua, semakin matang; lapisan bawah biasanya
bersifat lebih matang
• Karena proses oksidasi  semakin sering mengalami pengeringan-
pembasahan; gambut menjadi relatif lebih matang dibandingkan dengan
gambut yang selalu dalam kondisi tergenang, air tidak bergerak (stagnant
water)
• Pematangan gambut diikuti dengan proses susut volume, berat jenis relatif
tinggi, pori kapiler tinggi, pori makro rendah
FUNGSI EKOLOGIS KAWASAN
BERGAMBUT
• Kawasan penyangga kehidupan satwa dan lain-lain biodiversitas hutan
• Kawasan penyimpanan karbon – jika tidak terusik merupakan kesatuan
sistem penyimpanan karbon above and below ground
• Jika telah membentuk gambut ombrogen maka dapat berfungsi sebagai
sebuah sistem penyimpanan dan pelepasan air di daerah dataran:
• Penambat air pada saat musim penghujan
• Sumber air pada saat musim kemarau
• Sistem penghambat (barrier) intrusi air laut di daerah muara dan rawa
pantai
SUMBERDAYA LAHAN KAWASAN
BERGAMBUT
• Segala sesuatu yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan
vegetasi penutup lahan gambut
• Kayu, buah-buahan, dan lain-lain hasil hutan
• Segala sesuatu yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan
biota darat dan perairan kawasan gambut
• Ikan, kepiting, dll
• Segala sesuatu yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan
lahan
• Material gambut itu sendiri sebagai sumber energy
• Jangan Lupa….. Sumberdaya Ruang – Space!!
LAHAN GAMBUT SEBAGAI LAHAN
PRODUKSI SEPERTI LAHAN
BERTANAH MINERAL
• Kawasan tegenang yang semestinya dilakukan pengatusan
• Cekungan menjadi kering, material organik menjadi kering, mengalami
pematangan, susut volume
• Kawasan berpenutupan lahan hutan berkayu rendah yang semestinya
dapat ditingkatkan produktivitasnya:
• Secara alami tanaman yang sudah tua akan tumbang dan mati (tanah
mempunyai daya dukung rendah sehingga tanaman yang besar dan tinggi
akan tumbang)
• Tanaman budidaya yang sebelum mengalami tumbang akan dipanen
sehingga imbuhan material organik terbatas
Dibakar paling
efektif dan
efisien
Kawas
a n G am
but Te
bal
• Lahan dengan kesuburan kimia rendah, ketersediaan hara terbatas, pH
rendah:
• Pembakaran menjadi solusi murah dan efektif-efisien
• Peningkatan pH tanah
• Penyediaan hara tanaman
• Perbaikan kualitas tanah karena adanya arang sisa pembakaran
• Pada sisi lain pembakaran menimbulkan permasalahan lingkungan yang
sistemik:
• Pelepasan karbon, pencemaran udara, susut volume tanah, penggenangan
kembali, gambut menjadi bersifat hidropobik
• Permasalahan lingkungan akibat pembakaran lahan:
• Jumlah biomasa yang besar menyebabkan api sulit dikendalikan
• Lahan yang tersusun atas material sisa organik dimungkinkan dapat ikut terbakar
sebagian (bagian atasnya)
• Asap pembakaran biomasa dan material sisa organic mengganggu lingkungan
secara luas; pelepasan karbon – pemanasan global
• Perubahan sifat material organik menjadi hidropobik  fungsi hidrologis
gambut menjadi rusak
• Susut volume material organik menyebabkan kerusakan infrastruktur yang ada
PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN
GAMBUT BERKELANJUTAN
• Berbasis pada prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan atas 4 obyek
material yang ada pada lahan gambut:
• Pengelolaan sistem cekungan yang menjamin kawasan gambut tidak
mengalami “kekeringan”
• Pengelolaan sistem penutupan lahan yang dapat menjamin kesetimbangan
sedimentasi – dekomposisi organik
• Pengelolaan sistem material sisa organic yang menjamin keberlangsungan
fungsi hidro-ekologis lingkungan
• Pengelolaan Sumberdaya Ruang – Space
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pembatasan, pengendalian, perlindungan, dan
pemulihan yang integratif atas sumberdaya lahan
Penyediaan data spasial sumberdaya lahan menjadi
hal pertama yang harus dilakukan
Pemahaman atas sistem sumberdaya lahan yang
ada adalah penting
Pola perlapisan alami  seresah, gambut mentah, gambut
matang / setengah matang, gambut matang bercampur akar
hidup

Permukaan gambut yang telah


mengalami proses pengeringan
dan siap ditanami

Anda mungkin juga menyukai