Anda di halaman 1dari 11

DIMENSI PENGETAHUAN DAN

NILAI DALAM PENDIDIKAN IPS

DI SUSUN OLEH :
LULU’ULMARJANAH
JIHAN FADILAH
Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan
sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa
pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di
lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang
mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup
keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa.
Secara konseptual , pengetahuan (knowledge) hendaknya
mencakup :
(1)   Fakta;
(2) Konsep;
(3) generalisasi yang dipahami oleh siswa
Menurut Sapriya (2009:49) menyatakan bahwa Fakta adalah data yang spesifik
tentang siswa ,objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam
pembelajaran IPS, diharapkan sisiwa dapat mengenal berbagai jenis fakta
khususnya yang terkait dengan kehidupannya. Jadi, fakta merupakan kejadian
khusus dari peristiwa atau benda yang pada akhirnya menjadi bahan mentah
atau menjadi observasi oleh ilmuan pengetahuan sosial.
Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan
memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada
suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Namun, konsep akan selalu
direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. Konsep dasar yang
relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial.
Banyak konsep yang terkait dengan lebih dari satu disipilin, isu-isu sosial, dan
tema-tema yang berasal dari banyak disiplin ilmu sosial. Konsep-konsep
tersebut bergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah, misalnya konsep
“keluarga” dapat diambil dari sejarah, antropologi, sosiologi, bahkan ekonomi.
Demikian pula konsep “pariwisata” dapat diperoleh dari disiplin geografi,
sosiologi, sejarah, bahkan politik.
Konsep yang dibentuk secara multidisiplin, seperti multikultural,
lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi, berasal dari
konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS.
Konsep-konsep ini muncul karena adanya kepedulian dan persepsi
sosial serta munculnya permasalahan sosial uang semakin
kompleks. Hal ini dipandang sebagai cara alternatif dalam
mengorganisasikankonsep-konsep IPS.
  Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau
lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat
kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Misalnya,
1. Apabila orang tidak mau memelihara hewan peliharaannya, maka
hewan tersebut pasti mati.
2. Memelihara hewan peliharaan dapat berakibat bagi orang lain
disamping bagi pemiliknya sendiri.
Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses
mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup
bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan
konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai
oleh para siswa dengan bimbingan guru. Misalnya , bagi anak-anak
siswa kelas rendah rumusan generalisasi disesuaikan dengan konsep
dan tingkat kemampuan berpikir: “semakin bertambah usia
seseorang, semakin berbeda dalam kemampuan bekerja”;
“perubahan dalam teknologi dapat mengakibatkan perubahan yang
tidak diperkirakan, mungkin baik atau buruk”.
Hubungan antara generalisasi dan fakta bersifat dinamis.
Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa
untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk
mengkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan
informasi baru, para siswa dapat mengubah dan memperbaiki
generalisasi yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dimensi Nilai dan Sikap dalam
Pembelajaran IPS
Pada hakikatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga.
Menurut kuperman dalam (Mulyana R,2011:9) mengemukakan
bahwa nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi
manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara
tindakan alternatif. Pendapat lain mengatakan nilai yang
dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip
perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau
kelompok tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Agar
ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai
dapat dibedakan atas nilai substantive dan nilai prosedural.
a.      Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh
seseorang yang umumnya hasil belajar, bukan sekedar
menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap
orang memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda
sesuai dengan keyakinannya tentang suatu hal. Dalam
mempelajari nilai substantif, para peserta didik perlu
memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-
aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat
demokratis. Dengan kata lain, peserta didik perlu mengetahui
ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu
mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat dari belajar nilai substantif adalah peserta didik akan
menyatakan bahwa dirinya meiliki nilai tertentu.
b.      Nilai prosedural
Peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam
melatih siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
dikelas. Nilai-nilai procedural yang perlu dilatih atau diajarkan
antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran,
menghormati kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-
nilai kunci ini merupakan nilai-nilai yang menyokong
masyarakat demokratis, seperti: roleran terhadap pendapat
yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan
menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas IPS
dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi peserta didik
secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka peserta
didik perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai
tersebut.
Selain itu, nilai dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu nila-nilai
nurani (valuesofbeing) dan nilai-nilai memberi (valuesofgiving):
Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia
kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita
memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai
nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi,
disipliin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian.
Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau
diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.
Yang termasuk nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya,
hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah,
adil dan murah hati (Linda dalam Elmubarok,2009:7).
Selain pentingnya mengetahui dan memahami mengenai dimensi nilai, kita juga perlu
memahami sikap. Dalam memberikan definisi tentang sikap, para ahli banyak terjadi
perbedaan. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu
sendiri. Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang psikologi
sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan berbagai macam pengertian
diantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk
munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan
digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus dan umum,
berkaitan dengan control terhadap respon pada keadaan tertentu (Young dalam
Elmubarok,2009:45).
Berkowitz dalam (Azwar,2012:5) mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidk memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Nilai bersifat
lebih mendasar dan stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluatif
dan berakar pada nilai yang dianut dan terbenyuk dalam kaitannya dengan suatu
objek, sedangkan opini merupakan sikap yang lebih spesifik yang sangat situasional
serta lebih mudah berubah (Azwar,2012:9). Nilai yang ada di masyarakat sangat
bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat. Heterogenitas
nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS
dikelas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai