Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIPEREMIS
GRAVIDARUM
01 Definisi

02 Etiologi

03 Manifestasi Klinis

04 Klasifikasi

05 Patofisiologi

06 Penatalaksanaan

07 Pemeriksaan Penunjang

08 Asuhan Keperawatan
Definisi
Definisi
 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).

 Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan di mana


penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam
24 jam, sehingga mengganggu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009)

 Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah


berlebihan sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari hari dan bahkan membahayakan
hidupnya. (Manuaba, 2001).

Asuhan Keperawatan Gangguan Maternitas tahun 2018

 
Etiologi dan Manifestasi Klinis
Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan
adalah sebagai Berikut:

1. Primigravida, mola hidatidosa, dan 2. Faktor Organik 3. Faktor psikologis


kehamilan ganda.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi Faktor psikologis seperti depresi, gangguan
Pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda, maternal dan perubahan metabolik psikiatri, rumah tangga yang retak,kehilangan
faktor hormon memegang peranan dimana akibat hamil serta resistensi yang pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
hormon khorionik gonadotropin dibentuk persalinan, takut terhadaptanggung jawab
menurun dari pihak ibu terhadap
berlebihan. sebagai ibu, tidak siap untuk menerima
perubahan tersebut. Alergi juga
termasuk faktor organik, sebagai salah kehamilan memegangperanan yang cukup
satu respons dari jaringan ibu terhadap penting dalam menimbulkan hiperemesis
anak. gravidarum.
Manifestasi Klinis
Tingkat 1
- Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
- Lemah
- Nafsu makan tidak ada,berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium
- Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.

Tingkat 2

- Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik danmata sedikit ikterus
- Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi.
- Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

Tingkat 3

- Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti


- Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
- Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental.
Klasifikasi Berdasarkan Tingkatannya

Tingkat 1
1. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan kan:
 Dehidrasi : turgor kulit turun
 Nafsu makan berkurang
 Berat badan turun
 Mata cekung dan lidah kering
2. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
3. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
4. Frekuensi nadi sekitar 100 kali / menit
5. Tampak lemah dan lemas 
Klasifikasi Berdasarkan Tingkatannya
Tingkat 2

1. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya nya:


 Turgor kulit makin turun
 Lidah kering dan kotor
 Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
2. Kardiovaskuler
 Frekuensi nadi semakin cepat >100 kali / menit
 Nadi kecil karena volume darah turun
 Suhu badan meningkat
 Tekanan darah turun
3. Liver : Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
4. Ginjal:  dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan:
 Oliguria
 Anuria
5. Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss 
Klasifikasi Berdasarkan Tingkatannya

Tingkat 3

1. Keadaan umum lebih parah


2. Muntah berhenti
3. Sindrom mallory Weiss
4. keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnolen atau koma
5. terdapat ensefalopati werniche
6. Kardiovaskuler :  Nadi kecil, tekanan darah menurun dan temperatur meningkat.
7. Gastrointestinal :
 Ikterus semakin berat
 Terdapat timbunan aseton yang semakin tinggi dengan bau yang makin tajam
8. Ginjal : Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
Patofisiologis
Pemeriksaan Penunjang
Place Your Picture Here Place Your Picture Here Place Your Picture Here
Pemeriksaan USG Urinalis Pemeriksaan
Mengkaji usia gestasi Kultur, fungsi hepar
janin dan adanya Mengetahui inflamasi
mendeteksi yang terjadi dalam tubuh
gestasi multiple, bakteri, BUN biasanya menjadi indikasi
mendeteksi adanya gangguan
abnormalitas janin, (inflamasi) pada hati dan
kdar LDH
melokalisasi plasenta

(Nurarif &Kusuma, 2015)


Penatalaksanaan

Non Farmakologis
a. Pencegahan Farmakologis
Memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dengan kriteria Pemberian cairan pengganti
mengurangi faktor psikologis, nutrisi. Pemberian glukosa 5-10% diharapkan
b. Isolasi dapat mengganti cairan yang hilang dan
Menyendirikan ibu dalam kamar dengan tenang tetapi cerah dengan berfungdi sebagai sumber energy. Dapat
pertukaran udara yang baik ditambahkan vit C, B kompleks atau
c. Terapi Psikologis
kalium.
Meminta ibu untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya,
megurangi pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik Medikamentosa
yang mungkin saja terjadi latar belakang penyakit ini Suplemen multivitamin, antihistamin,
d. Penghentian kehamilan dopamine, antagonis, serotonim
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri antagonis, dan kotrikosteroid
kehamilan dan dilakukan abortus teraupetik sering sulit diambil. Oleh
karena itu, di satu sisi tidak boleh dilakukan dengan cepat, tetapi disisi lain
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ vital

Indonesian Journal On Medical Science. (2018)


ASUHAN KEPERAWATAN

Perempuan Usia 24 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu datang ke puskesmas


bersama suami dengan keluhan muntah sehari lebih dari 8 kali sehari,
pusing, lemas dan tidak nafsu makan. Hasil pengkajian didapatkan
tekanan darah 100/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali/menit, frekuensi
napas 18 kali/ menit, suhu 37⁰ C, pasien pucat dan lemas, mata cekung,
bibir kering. Hasil pemeriksaan lab Hb. 9,8 gr/dl.
Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
G:1, P:0, A:0
Keluhan utama : Muntah yang terjadi lebih dari 8 kali sehari di tandai
dengan pusing , lemas dan tidak nafsu makan
Riwayat penyakit sekarang: Pasien muntah lebih 8 kali sehari
Riwayat penyakit terdahulu: Tidak ada riwayat alergi atau penyakit yang serius dan
tidak pernah dirawat di RS atau tindakan operasi
Identifikasi faktor pencetus mual/muntah: Tidak diketahui

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan head to toe :

Kepala : Normal tidak cekung


Mata : Kelopak mata cekung
Hidung : Normal, tidak sianosis dan tidak ada pernapasan cuping hidung
Telinga : Normal tidak ada kelainan
Mulut : Mukosa bibir kering
Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak
ada kelainan pada kelenjar tyroid.
Thoraks : Normal, tidak ada kelainan
Jantung : Detak jantung normal, denyut jantung normal
Paru-paru : Pernapasan normal
Abdomen : Distensi abdomen daan bising usus menurun
Eksremitas : Akral dingin
Genitalia : Tidak adanya iritasi atau lecet

Keadaan umum
Pasien sadar, tampat pucat dan lemas

TTV
TD : 100/90 mmhg
N : 88 x/ menit
R/R : 18x/ menit
Suhu : 37 ⁰C
Analisis data
Data Etiologi Masalah
Ds: Kehilangan cairan aktif akibat muntah Hipovolemia
Ibu mengeluh muntah sehari lebih dari 8 kali , pusing,
lemas dan tidak nafsu makan
 
DO:
Tekanan darah 100/90 mmhg
Nadi 88 x/ menit
Nafas 18x/ menit
Suhu 37 c
Pucat , lemas, mata cekung , bibir kering
 
Pemeriksaan lab :
Hb 9,8 gr/dl
 DS : Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien Ketidakseimbangan nutrisi kurang
- Pasien mengatakan bahwa mual dan muntah lebih dari 8 dari kebutuhan tubuh
kali sehari
- Pasien juga merasakan pusing dan lemas
- Pasien juga tidak nafsu makan
 
DO :
- Pasien tampak pucat dan lemah
- Mukosa bibir kering

DS: Kelemahan umum Intoleransi aktivitas


- Pasien mengatakan lemas dan pusing
DO :
- TD : 100/90 mmhg
- N : 88 x/menit
Diagnosa
 
• Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
akibat muntah
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria NIC
NOC
1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi
Kehilangan cairan aktif akibat muntah jam diharapkan status cairan membaik dengan 1.Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
  kriteria hasil : frekuensi nadi
- Kekuatan nadi meningkat meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
-Pengisian vena meningkat Berat badan menurun, tekanan
meningkat nadi menyempit, turgor kulit menurun,
- Tekanan nadi membaik membran mukosa kering,
- Membran mukosa membaik volume urine menurun, hematocrit meningkat,
- Kadar Hb membaik haus, lemah)
-Intake cairan membaik 2.Monitor intake dan output cairan
-Status mental membaik Terapeutik
- Suhu tubuh membaik 1. Hitung kebutuhan cairan
  2. beri asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian produk darah
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan tindakan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi Observasi
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan criteria hasil : 1. Idetifikasi status nutrisi
  Berat badan ideal 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Bising usus normal makanan
Membrane mukosa lembab 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
  nutrient
4. Monitor asupan makanan
5. Monitor berat badan
6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
7. Fasilitasi pedoman diet
8. Berikan makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
9. Anjurkan posisi duduk
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat berfungsi pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam dengan menggunakan skala
kelemahan umum terjadi peningkatan toleransi mobilitas fungsional.
  aktivitas dengan criteria hasil : Komunikasikan tingkat ini
1. Melaporkan dan pada staf.
mendemonstrasikan 2. Lakukan ROM setiap 2 sampai 4
peningkatan aktivitas fisik yang jam. Tingkatkan dari pasif ke
dapat diukur. aktif, sesuai toleransi pasien.
2. Skala mobilitas 0-1 3. Kaji kehilangan /gangguan
3. Skala kekuatan otot 5 (dapat keseimbangan gaya jalan,
melawan tahanan kelemahan otot Awasi TD,
4. Pasien terlihat segar nadi, pernapasan, selama dan
  sesudah aktivitas. Catat
respon terhadap tingkat
aktivitas (mis. Peningkatan
denyut jantung/TD, disritmia,
pusing, dispnea, takipnea)
 
 
No. Diagnosa Evaluasi
1. Hipovolemia berhubungan S : klien mengatakan mual dan muntah sudah membaik
dengan Kehilangan cairan aktif Nafsu makan membaik
akibat muntah O : TTV sudah mulai stabil
  Mukosa bibi lembab
Tidak pucat lagi
Hb normal
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervens
2. Ketidakseimbangan nutrisi S:
kurang dari kebutuhan tubuh -Klien mengatakan muntahnya sudah tiada ada lagi
berhubungan ketidakmampuan -Klien mengatakan napsu makan meningkat serta sudah tidak lemas lagi
mengabsorbsi nutrient O:
  -Keadaan umum pasien terlihat kuat dan segar
-Mukosa bibir tampak lembab
 
A:Masalah teratasi
 
P:Intervensi dihentikan

3. Intoleransi aktivitas S : Klien mengatakan tidak lemas lagi namun masih sedikit pusing
berhubungan dengan O : TD:110/90 mmHg
kelemahan umum N: 18x/menit
   
A : Masalah sebagian teratasi
 
P : Intervensi dilanjutkan
Hiperemis Gravidarum

Insert Your Image


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai