Anda di halaman 1dari 32

Asuhan Keperawatan Pada

Anak Dengan Pneumonia

Tik 6
Outline :

1. Definisi Pneumonia 4. Patofisiologi

2. Klasifikasi Pneumonia
5. Komplikasi Akibat Pneumonia

3. Manifestasi Klinis 6. Penatalaksanaan Pneumonia

7. Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia


1912101010010 SHYAFA DIBA AZIZI

1912101010011 MULIA NASARI

1912101010001 CUT NADILA ABNI

1912101010002 SILVIANA

1912101010021 RINDIANA PUTRI

1912101010073 SITI RAHMAH NUSA FITRIA

1912101010115 TEUKU RIYANDA

1912101010144 FIRDAW MAMING

1912101010145 SURIYANEE LINGOKUEJI

1912101010146 NURUL-AI TANYONGSIRIKUL

1912101010043 NADIA RIZKINA

1912101010044 MIFTAHUL KHAIRIYAH.MR

1912101010107 ABRAR FAZILLAH

1912101010108 TUTIA RAHMI

1912101010029 SITI HAMIDAH

1912101010030 TASYA AULIA RAHMAH

1912101010037 AYI MAISARAH

1912101010039 ULFA KHAIRA


Definisi
Pneumonia, inflamasi parenkim parum, merupakan
penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak
namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan kanak-
kanak awal. Secara klinis, pneumonia dapat terjadi
sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari
penyakit lain.
(Wong, 2008)

Pneumonia adalah suatu peradangan pada


paru-paru dimana peradangan tidak saja
pada jaringan paru tetapi juga pada
bronkioli.
(Sudarti, 2010)
Etiologi
Penyebab awal pneumonia adalah bakteri, virus atau mycoplasma.
Organisme yang paling umum RSV, virus parainfluenza, adenovirus,
anterovirus dan penumococus. Pada anak-anak dengan gangguan imun
maka akan mudah terserang bakteri, parasite dan fungal.
(yuliastati & Arnis, 2016)

• Bakteri (streptococcus pneumonia, staphylococcus


aureus, enterobacter, dan pseudomonas aeruginosa.)
• Virus (influenza, parainfluenza dan adenovirus)
• Jamur (candida albicans, histoplasmosis, aspergifosis,
dan ryptococosis)
• Aspirasi (makanan, cairan, dan lambung)
• Inhalasi racun/bahan kimia, rokok, debu, dan gas
(Romiyanti, 2016)
Penyakit pneumonia merupakan radang paru yang diakibatkan bakteri, virus dan
jamur yang ada dimana-mana sehingga menyebabkan demam, pilek,batuk, sesak
napas dan Ketika kekebalan bayi dan balita rendah maka fungsi paru terganggu

tingkat kekebalan bayi dan balita rendah disebabkan karena asap rokok, debu
didalam rumah, ASI sedikit/hanya sebentar, gizi kurang, imunisasi tidak
lengkap, berat lahir rendah, penyakit kronik dan lainnya.

(WHO,2020)
Klasifikasi
Menurut letak:

3. Pneumonia interstitial
proses peradangan pada
1.Peunomia Lobaris dinding alveolus dab peri
peradangan pada semua atau sebagian bronkial serta jaringan
besar segmen paru dari satu atau lebih interlobularis.
lobus paru.

2. Bronkopneumonia
sumbatan yang dimulai dari
cabang akhir bronkiolus oleh
eksudat mukopurulen dan
berkonsilidasi di lobulus disebut
juga pneumonia lobular.
(Wong, 2009)
Cont………
berdasarkan kuman
penyebab :

1. Pneumonia bakterial 2. Pneumonia atipikal


dapat terjadi pada semua usia . beberapa kuman pneumonia yang disebabkan oleh
mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka
mycoplasma, legionella dan
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik dan
sthapylococcus pada penderita pasca infeksi influenza. chlamydia.

3. Pneumonia virus 4. Pneumonia jamur


pneumonia yang disebabkan oleh virus pneumonia yang sering merupakan
contohnya respiratory syntical virus infeksi sekunder, terutama pada
( parainfluenzavirus, influenza , adenovirus). penderita dengan daya tahan tubuh
lemah ( Immunocompromised)
(Wong, 2009)
Klasifikasi pneumonia menurut World Health Organization (2008)
Manifestasi klinis
Menurut Wong (2008), tanda-tanda umum pneumonia pada anak
yaitu:

1. Demam tinggi
2. Pernapasan : batuk tidak produktif sampai produktif dengan
sputum berwarna keputihan, takipnea, bunyi nafas ronki atau
ronki kasar, pekak pada saat perkusi, nyeri dada, pernapasan
cuping hidung, pucat sampai sianosis (tergantung tingkat
keperahannya), dan frekuensi pernapasan >60 kali/menit
3. Foto toraks: infiltrasi difus atau bercak-bercak dengan
distribusi peribronkial
4. Perilaku: sensitif, gelisah, dan latergi
5. Gastrointestinal: anoreksia, muntah, diare, dan nyeri abdomen
Cont…….
Tanda-Tanda Umum Pneumonia:

1. Biasanya gejala penyakit datang mendadak, namun kadang-


kadang di dahului oleh infeksi saluran napas bagian atas.
2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana
pernapasan agak cepat dan dangkal (bahkan sampai
pernapasan cuping hidung).
3. Dalam waktu singkat, suhu naik dengan cepat, sehingga
kadang-kadang terjadi kejang.
4. Anak merasa sakit/nyeri di daerah dada sewaktu batuk dan
bernapas. Rasa nyeri ini akibat gesekan pleura yang
meradang.
5. Batuk disertai sputum yang kental.
6. Nafsu makan berkurang.
(Sudarti,2010)
Patofisiologi

(Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (22 Mei 2014).)


Komplikasi
2. Efusi pleura
1. bakteremia(sepsis) Efusi pleura pada pneumonia
umumnya bersifat eksudatif. Pada klinis sekitar 5%
Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang kasus efusi pleura yang disebabkan oleh
menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan pneumonia dengan jumlah cairan yang sedikit dan
menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi sifatnya sesaat (efusi parapneumonik).
menyebabkan kegagalan organ Efusi pleura eksudatif yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta
dengan nanah disebut empiema

3. Abses paru
4. Kesulitan bernafas
Kondisi terbentuknya lubang
bernanah pada paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, Disebabkan oleh alveoli yang
jamur, atau Parasit lainnya. dipenuhi cairan atau nanah
Penatalaksanaan
1. Pneumonia Ringan
- Anak dirawat jalan
- terapi antibiotik: kotrimoksasol (4 mg TMP
(trimethoprim)/kg BB/kali), amoksilain (25 mg/kg
BB/kali)

Tindak lanjut:
1. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
anak
2. Sediakan lingkungan yang bersih
3. Nasehati ibu untuk membawa kembali anaknya
setelah 2 hari/ lebih cepat jika keadaan anak
memburuk/ tidak bisa minum/ menyusu.
(yuliastati & Arnis, 2016)
Cont………
2. Pneumonia Berat
a. Terapi Antibiotik

Farmakologi:
- Ampisilin/amoksilin (25-50 mg/kg BB) IV atau IM setiap 8 jam

- Amoksilin oral (15 mg/kg BB/kali tiga kali sehari

- Bila kondisi klinis anak memburuk sebelum 48 jam, tambahkan


kloramfenikol (25 mg/kg BB/kali IM atau IV setiap 8 jam)

- Kombinasikan ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin,


jika pasien dating dalam keadaan klinis berat

- Cefftriaxone (80-100 mg/kg BB IM atau IV sekali sehari)

- Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotic dengan


gentamisin (7,5 mg/kg BB satu kali sehari) dan kloksasilin (50
mg/kg BB IM atau IV setiap 6 jam)
- Kloksasilin secara oral 4 kali/hari - 3 minggu atau klindamisin
secara oral selama 2 minggu.

(yuliastati & Arnis, 2016)


Cont……

b. Terapi Oksigen
‒ pulse oxymetri dengan saturasi oksigen < 90%,
bila tersedia oksigen yang cukup. Hentikan
pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil >
90%
‒ Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau
kateter nasofaringeal.
Penggunaan nasal prongs adalah metode untuk
menghantarkan oksigen pada bayi muda.

(yuliastati & Arnis, 2016)


Cont….
1. Atur posisi anak, misalnya posisi semi fowler
2. Mengajarkan anak cara batuk yang efektif.
• Berikan anak air hangat agar mudah dalam pengeluaran
sputum
• Anjurkan anak tarik napas dalam 4-5 kali
3. Bila terjadi kejang, lakukan:
• Pasang spatel lidah diantara gigi geraham
• Bersihkan jalan nafas anak
• Longgarkan pakaian anak dan beri lingkungan nyaman
• Awasi anak jangan sampai terbentur tempat
tidur/terjatuh
4. Bila suhu anak tinggi, turunkan dg cara:Kompres dingin
dengan air es
• Gunakan pakaian yang tipis
• Berikan ekstra minum jika memungkinkan
• Observasi suhu secara rutin
5. Bawa anak kerumah sakit bila ada tanda/gejala lanjut

(Arief. 2009. Neonatus & Asuhan keperawatan anak)


Seorang pasien anak berusia 4 tahun, berjenis kelamin laki-laki di
rawat di ruang anak setelah di rujuk dari rumah sakit lain akibat
pneumonia. Ibu pasien mengatakan bahwa anak sering mengalami
demam, sesak napas dan batuk berdahak. Hasil pengkajian: suhu
39℃, nadi 104 kali/menit, respirasi 45 kali/menit, PCO2 48
mmHg, pH arteri 7,5, PO2 68,5 mmHg, pola napas tidak teratur,
bunyi suara napas ronki (crackles), batuk, sputum berlebihan,
pernapasan cuping hidung, pada dinding dada ada tarikan, dan
menggunakan alat bantu pernapasan.
Contoh kasus
1. Pengkajian
1. Identitas anak : • Riwayat kesehatan keluarga
Nama : An. T
Ibu pasien pernah menderita
Usia : 4 tahun
pneumonia, dan ayahnya seorang
Jenis Kelamin : Laki-laki
perokok aktif.
Diagnose : Pneumonia
 

2. Riwayat kesehatan: 3. Demografi


• Riwayat kesehatan sekarang:
• Usia : 4 tahun
Pasien datang dengan keluhan sesak napas,
batuk berdahak dan gelisah • Lingkungan : didekat
daerah pertambangan
• Riwayat kesehatan masa lalu

Pasien pernah menderita ISPA dan system


imun anak sering mengalami penurunan.
5. Pemeriksaan Fisik

4. Pola Pengkajian • Keadaan umum: tampak lemah, dan sesak napas.


• Tanda-tanda vital:
• Pola eliminasi
Suhu : 39℃
Pasien sering mengalami Nadi : 104 kali/menit
penurunan produksi urin RR : 64 Kali/menit

• Pola istirahat tidur • Kepala: Tidak ada kelainan


• Mata : konjungtiva anemis
Pasien sering mengalami
• Hidung : jika sesak akan terdengar napas cuping
kesulitan tidur akibat sesak hidung
napas. • Paru : pengembangan paru berat, ada penggunaan
otot bantu napas, nyeri saat di tekan, bunyi
• Pola aktivitas napas creakless (ronki), pernapasan
cuping hidung, pada dinding dada terdapat
Pasien lebih suka di gendong tarikan.
dan bedrest. • Jantung : detak jantung tinggi, kelemahan.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1. DS: Perubahan membrane Gangguann pertukaran


‒ Ibu pasien mengatakan anaknya sesak alveolus-kapiler gas
nafas

DO:
‒ Takikardia
‒ pola napas tidak teratur
‒ bunyi suara napas ronki
‒ PCO2 48 mmHg
‒ PO2 68,5 mmHg
‒ pH arteri 7,5

2. DS: Peningkatan sekresi Ketidakefektifan


‒ Ibu mengatakan anaknya batuk disertai mukus bersihan jalan nafas
dahak

DO:
‒ Ada secret
‒ Pasien tampak sesak nafas
‒ Nadi: 104 kali/menit
‒ Pernapasan 45x/menit
‒ Bunyi suara nafas ronki
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
3. DS: Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
‒ Ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas
nafas

DO:
‒ Pernafasan cuping hidung
‒ Respirasi: 45 kali/menit
‒ pola napas tidak teratur
‒ dinding dada ada tarikan
‒ Penggunaan alat bantu pernafasan

4. DS: Proses inflamasi alveoli Hipertermia


‒ Ibu mengatakan anaknya anaknya
demam

DO:
‒ Suhu 39℃
‒ Kulit terasa hangat
‒ Nadi 104x/menit
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

5. DS: Kehilangan cairan Kekurangan volume


‒ Ibu klien mengatakan anaknya berlebihan cairan
berkeringat
DO:
‒ Suhu 39℃
‒ Nadi 104x/menit
‒ Membran mukosa kering

6. DS: Kelemahan Intoleransi aktivitas


‒ Ibu mengatakan anaknya lemah

DO:
‒ Nadi 104x/menit
‒ Sianosis
2. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membrane alveolus-


kapiler
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan
sekresi mucus
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
4. Hipertemia b.d proses inflamasi alveoli
5. Kekurangan volume cairan b.d Kehilangan cairan berlebihan
6. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan keperawatan dan kriteria Intervensi keperawatan (NIC)
hasil (NOC)

1. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukukan Tindakan Pemantauan respirasi:


Perubahan membrane alveolus- keperawatan 3x24 jam, diharapkan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
kapiler pasien dengan nafas
Kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda vital (suhu, RR, HR dan SPO2)
‒ Takikardia membaik 3. Monitor pola napas (seperti bradipbea, takipnea,
‒ Pola napas membaik hiperventilasi)
‒ Tidak ada suara napas tambahan 4. Monitor kemampuan batuk efektif
‒ PCO2: 35-45 mmHg 5. Auskultasi bunyi nafas
‒ PO2 normal 6. Posisikan semi-fowler atau fowler
‒ Ph arteri 7,34-7,44

2. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukukan Tindakan Manajemen jalan nafas:


nafas b.d peningkatan sekresi keperawatan 3x24 jam, bersihan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usahaa
mucus jalan nafas efektif. nafas)
Kriteria hasil: 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mengi, wheezibg,
‒ RR 20-30 x/menit ronki kering)
‒ Produksi Sputum menurun 3. Monitor warna, aroma dan jumlah sputum
‒ ronki menurun 4. Posisikan semi-fowler atau fowler
‒ Pola nafas membaik 5. Berikan minum hangat
6. Lakukan pengisapan secret kurang dari 15 menit
7. Berikan oksigen
8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan keperawatan dan kriteria Intervensi keperawatan (NIC)
hasil (NOC)

3. Ketidakefektifan pola nafas b.d Setelah dilakukukan Tindakan Manajemen jalan nafas:
hiperventilasi keperawatan 3x24 jam, pola nafa 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
efektif, Kriteria hasil: usahaa nafas)
‒ Pola nafas membaik 2. Monitor retraksi dada (otot bantu pernafasan)
‒ Pernafasan cuping hidung 3. Monitor TTV
menurun 4. Monitor bunyi nafas tambahan
‒ Tarikan dinding dada membaik 5. Posisikan pronasi untuk bayi dam semi-fowler
‒ Tidak ada Penggunaan alat atau fowler untuk anak
bantu napas 6. Berikan oksigen
7. Lakukan fisioterapi dada
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu

4. Hipertemia b.d proses inflamasi Setelah dilakukukan Tindakan Manajemen hipertemia:


alveoli keperawatan 3x24 jam,diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertemia
pasien dengan Kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
‒ Suhu normal 36,5 - 37,5℃ 3. Sediakan lingkungan yang dingin
‒ Tidak teraba panas pada tubuh 4. Berikan obat intravena dan oral
5. Kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen
dan aksila
6. Lepaskan atau longgarkan pakaian
7. Anjurkan tirah baring
4. Implementasi keperawatan

No diagnosa Tindakan keperawatan


1 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
2. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR, dan SPO2)
3. Memonitor pola napas (seperti bradipbea, takipnea, hiperventilasi)
4. Memonitor kemampuan batuk efektif
5. Mendengarkan bunyi nafas
6. Mengatur posisi semi-fowler atau fowler

2 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usahaa nafas)


2. Memonitor bunyi nafas tambahan (mengi, wheezibg, ronki kering)
3. Memonitor warna, aroma dan jumlah sputum
4. memposisikan semi-fowler atau fowler
5. memberikan minum hangat
6. melakukan pengisapan secret kurang dari 15 menit
7. memberikan oksigen
8. Berikan asupan cairan 2000 ml/hari
4. Implementasi keperawatan

No diagnosa Tindakan keperawatan


3 1. Memonitor frekuensi, kedalaman, usaha nafas
2. Memonitor adanya sumbatan jalan nafas
3. mendengarkan bunyi nafas tambahan
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memonitor kebocoran dari selang dada
6. Memonitor fungsi, posisi dan kepatenan aliran selang
7. memposisikan semi-fowler atau fowler

4 1. mengidentifikasi penyebab hipertemia


2. Memonitor suhu tubuh
3. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Memotivasi anak dan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan per oral
5. Berkolaborasi untuk pemberian paracetamol sirup
6. mengompres anak dengan air dingin pada dahi, leher, dada, abdomen dan
aksila
5. Evaluasi
Hari/ tanggal No. Masalah keperawatan evaluasi
diangnosa

Senin, 22 1 Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan S : “ibu mengatakan sesak napas anaknya sudah menghilang”
februari 2021 membrane alveolus-kapiler  
O:
‒ suara napas normal
‒ PCO2 normal
‒ PO2 normal
‒ Ph arteri 7,34 normal
 
A : masalah teratasi
 
P : Intervensi diberhentikan

Senin, 22 2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas S : “ibu mengatakan anaknya tidak batuk lagi disertai dahak”
februari 2021 b.d peningkatan sekresi mucus  
O:
‒ Tidak ada secret
‒ Bunyi nafas normal
‒ SPO2: 98%
 
A : masalah teratasi
 
5. Evaluasi
Hari/ tanggal No. Masalah keperawatan evaluasi
diangnosa

Senin, 22 3 Ketidakefektifan pola nafas b.d S : “ibu mengatakan sesak nafas anaknya sudah
februari 2021 hiperventilasi menghilang”
 
O:
‒ Tidak ada Pernafasan cuping hidung
‒ RR 30x/menit
‒ pola napas teratur
‒ Penggunaan alat bantu pernafasan sudah
dilepaskan

A : masalah teratasi
 
P : Intervensi diberhentikan

Senin, 22 4 Hipertemia b.d proses inflamasi S : “ibu mengatakan anaknya tidak lagi demam”
februari 2021 alveoli  
O:
‒ Suhu normal 37,5℃
‒ Tidak teraba panas pada tubuh
 
A : masalah teratasi
 
Daftar pustaka
Ball, J., Bindler, R., Cowen, K & Shaw, M. (2017). Principles of
pediatric nursing: Caring for children. 7 th ed. USA: Pearson.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi


dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Yuliastati & Arnis, A. (2016). Bahan ajar cetak Keperawatan


Anak. Jakarta selatan: Kemenkes-RI.

Nurarif, A.H dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis dan NANDA Nic-
Noc. Edisi Revisi Jilid 1, 2, 3. Jogjakarta: Penerbit Mediaction
Jogja.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai