Anda di halaman 1dari 34

Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Hiperbilirubinemia

Kelompok 6
01 02 03
Definisi Etiologi Patofisiologi

04 05 06
Penatalaksanaan Komplikasi Penilaian
Kramer

07
Asuhan Keperawatan
DEFINISI

Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah,


baik oleh factor fisiologik maupun non fisiologik, yang secara klinis ditandai
dengan icterus.

Hiperbilirubinemia Mengacu pada tingkat akumulasi bilirubin yang berlebihan


dalam darah dan ditandai dengan penyakit kuning atau ikterus perubahan warna
kekuningan pada kulit, sklera, dan kuku. Hiperbilirubinemia adalah temuan umum
pada bayi baru lahir dan dalam banyak kasus relatif jinak namun dalam kasus
extreme dapat mengindikasikan keadaan patologi.
ETIOLOGI
1. Faktor Fisiologis (Perkembangan-Prematuritas)

2. Berhubungan dengan Pemberian ASI

3. Produksi bilirubin berlebihan (mis. Penyakit hemolitik, defek biokimia, memar)

4. Gangguan Kapasitas hati untuk menyekresi bilirubin terkonjugasi (mis. Defisiensi


enzim, obstruksi duktus empedu)

5. Kombinasi Kelebihan produksi dan kurang sekresi (mis. Sepsis)

6. Beberapa Keadaan Penyakit (mis. Hipotiroidisme, galaktosemia, bayi dari ibu


diabetes)

7. Predisposisi genetik terhadap peningkatan produksi (Penduduk Amerika asli, Asia)


Fisiologi
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
PENATALAKSANAAN
Fototerapi (Sinar Fluoro-essense)
Dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan transfusi pengganti
untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan cahaya
berintensitas tinggi, tindakan ini dapat menurunkan bilirubin dalam
kulit.

Secara umum, fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-


5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000
gram harus difototerapi bila konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa
pakar mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksis 24 jam
pertama pada bayi berisiko tinggi dan berat badan lahir rendah.
Transfusi Darah

Transfuse tukar adalah cara yang paling tepat untuk


mengobatihiperbilirubinemia pada neonatus. Transfuse tukar
dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat
diatasi dengan tindakan lain misalnya telah diberikan terapi
sinar tetapi kadar bilirubin tetap tinggi. Indikasi untuk
melakukan transfuse tukar adalah kadar bilirubin indirek lebih
dari 20 mg%, kenaikan kadar bilirubin indirek cepat, yaitu
0,3-1 mg%/ jam
(Surasmi, 2013)
LANGKAH-LANGKAH
FOTOTERAPI
1. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak dipakai lebih dari 500 jam, untuk menghindari turunnya
energi yang dihasilkan oleh lampu
2. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar.
3. Daerah kemaluan ditutup dengan popok
4. Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya untuk mencegah
kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat pemberian minum dan kunjungan orang tua
untuk memberikan rangsangan visual pada neonatus
5. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm diatas tubuh bayi
6. Posisi tubuh diubah setiap 3 jam
7. Pemasukan cairan dan pengeluaran urin atau feses diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan
tanda dehidrasi
Komplikasi
1. Kern ikterus

Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir apabila tidak


segera diatasi dapat mengakibatkan bilirubin encephalopathy
(komplikasi serius). Pada keadaan lebih fatal,
hiperbilirubinemia pada neonatusdapat menyebabkan kern
ikterus, yaitu kerusakan neurologis, cerebral palsy, dan dapat
menyebabkan retardasi mental, hiperaktivitas, bicara lambat,
tidak dapat mengoordinasikan otot dengan baik, serta tangisan
yang melengking.
Penilaian Kramer
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu


tubuh(hipertemi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami
penurunan. Kulit dampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera
mata kuning (kadang kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan
warna urine dan feses. Pemeriksaan fisik

Riwayat penyakit

Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau


golongan darah A, B, O), infeksi, hematoma, gangguan metabolisme
heparobstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.
Pengkajian
Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi :
A. Identitas
B. Keluhan utama
C. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
E. Pemeriksaan diagnostik
2) Riwayat kesehatan dahulu
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran 1) Pemeriksaan bilirubin serum
2) Ultrasound
D. Pemeriksaan fisik
3) Radioisotope scan
1) Kepala-leher.
2) Dada
3) Perut
4) Ekstremitas
5) Kulit
6) Pemeriksaan neurologis
7) Urogenital
F. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.
G. Pengkajian Psikososia
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
merasa bersalah, perpisahan dengan anak.
H. Hasil laboratorium
- kadar bilirubin 12 mg/dl pada cukup bulan
- pada bayi prematur, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl
Diagnosa
- Ikterus neonatus b.d Belum Maturnya Fungsi Hepar
- Resiko defisiensi volume cairan bd kehilangan cairan
sekunder akibat fototerapi
- Resiko cedera otak b.d peningkatan kadar bilirubin tak
terkonjugasi
 
 
INTERVENSI
INTERVENSI
No. Diagnosa NIC NOC Rasional
(kriteria Hasil)
Dx 01 Setelah dilakukan asuhan 1. Liver Function, Risk of 1. Untuk
Ikterik neonatus keperawatan 3 x 24 jam , dengan Impaired mengetahui
b.d Belum kriteria : kedaan umum
Maturnya Fungsi a. Pertumbuhan dan pasien,
Hepar a) Kadar bilirubin tidak perkembangan bayi perkembangan
menyimpang dari rentang dalam batas normal.(5) dan pertumbuhan
normal ( <10 mg/dl ) b. Tanda-tanda vital bayi selama perawatan
dalam batas normal(5)
b) Warna kulit normal
2. Integritas jaringan: kulit 2. Memperhatikan
adanya perubahan
c) Membran mukosa normal dan membran mukosa (1101) pigmen berlebihan
Keutuhan struktur dan fungsi (bronze baby
d) Refleks mengisap baik fisiologis kulit dan selaput syndrome) yang
membuat bilirubin
lendir secara normal. terkonjugasi
e) Mata bersih meningkat
3. Adaptasi bayi baru lahir 3. Untuk mencegah
f) Berat badan tidak menyimpang (0118) terjadi stress
dari rentang normal dingin
INTERVENSI
No. Diagnosa NIC NOC Rasional
(kriteria Hasil)
Dx 01 g) Eliminasi usus dan urin baik Respon adaptif terhadap dan lepasan asam
Ikterik neonatus (warna urin dan feses tidak pucat) lingkungan ekstrauterin oleh lemak dalam masalah
b.d Belum bayi baru lahir yang matang sirkulasi kadar
Maturnya Fungsi secara fisiologis selama 28 bilirubin
Hepar hari pertama.

4) Eliminasi usus (0501) 4. Untuk mengetahui


Pembentukan dan keadekuatan asupan
pengeluaran feses. cairan

5) Organisasi (pengelolaan) 5. Perawatan mandiri


bayi prematur (0117) harus dapat dilakukan
Integrasi ekstrauterin dari untuk ketika bayi
fungsi fisiologi dan fungsi sudah dibawa pulang
perilaku oleh bayi baru lahir
dengan usia gestasi 24
sampai 37 minggu.
INTERVENSI

No. Diagnosa NIC NOC Rasional


(kriteria Hasil)
Dx 02 Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji reflek hisap 1. Mengetahui
Resiko Defisiensi tindakan perawatan selama 2. Beri minum per oral/menyusui kemampuan hisap
Volume Cairan 3x24 jam diharapkan tidak bila reflek hisap adekuat bayi
b.d Kehilangan terjadi defisit volume cairan 3. Catat jumlah intake dan 2. Menjamin
cairan sekunder dengan kriteria : output , frekuensi dan keadekuatan intake
akibat fototerapi. konsistensi feces 3. Mengetahui
1. Jumlah intake dan output 4. Pantau turgor kulit, tanda- kecukupan intake
seimbang tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 4. Turgor menurun,
2. Turgor kulit baik, tanda jam suhu meningkat HR
vital dalam batas normal 5. Timbang BB setiap hari. meningkat adalah
3. Penurunan BB tidak lebih tanda-tanda dehidrasi
dari 10 % BB 5. Mengetahui
kecukupan cairan
dan nutrisi
INTERVENSI

No. Diagnosa NIC NOC Rasional


(kriteria Hasil)
Dx 03 Setelah dilakukan asuhan Environment Management (manajemen 1. Memanipulasi linkunngan
lingkungan). Pasien untuk mendapatkan
Resiko Cedera keperawatan 3 x 24 jam , manfaat yang terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
Otak b.d maka didapatkan kriteria: 2. Lingkungan yang berbahaya
pasien.
Peningkatan 1. Kontrol Resiko cidera 2. Hindari lingkungan yang berbahaya.
dapat meningkatkan cedera
3. Untuk mengetahui adanya
Bilirubin yang tak 2. Terbebas dari cedera 3. Monitor kadar bilirubin, Hb, HCT penurunan kadar bilirubin
terkonjugasi sebelum dan sesudah tansfusi tukar. dengan perbaikan ikterus
4. Monitor tanda vital. 4. Untuk mengetahui keadaan
5. Pertahankan sistem kardiopulmonary umum pasien
6. Kaji kulit pada abdomen. 5. Autoregulasi mempertahankan
aliran darah otak yang konstan
7. Kolaborasi pemberian obat untuk 6. Untuk mengevaluasi faktor
meningkatkan transportasi dan penyebab atau kemampuan
konjugasi seperti pemberian albumin untuk sembuh
atau pemberian plasma. 7. Untuk membantu Pasien
8. Kontrol lingkungan dari kebisingan. mengurangi atau mengoreksi
faktor resiko individu
8. Untuk mempertahankan status
kenyamanan lingkungan
sekitar pasien
IMPLEMENTASI
Diagnosa Implementasi

DX 01. 1) Fototerapi Neonatus


Ikterik neonatus b.d Belum Maturnya
Fungsi Hepar Penggunaan terapi sinar fluorescent
yang ditujukan kepada kulit neonatus
untuk menurunkan kadar bilirubin.

a) Mengobservasi

(1) Memonitor ikterik pada sklera dan


kulit bayi
(2) Memonitor suhu dan tanda vital
setiap 4 jam sekali
(3) Memonitor efek samping
fototerapi (misalkan hipertermi,
diare, rush pada kulit, penurunan
berat badan lebih dari 8-10%)
Diagnosa Implementasi

DX 01. b) Terapeutik
Ikterik neonatus b.d Belum Maturnya
Fungsi Hepar (1) Menyiapkan lampu fototerapi dan
inkubator atau kotak bayi
(2) Melepaskan pakaian bayi kecuali
popok
(3) Memberikan penutup mata (eye
protector/biliband) pada bayi
(4) Mngukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi (30 cm atau
tergantung spesifikasi lampu fototerapi)
(5) Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerapi secara berkelanjutan
(6) Menganti segera alas dan popok bayi
jika BAB/BAK
(7) Menggunakan linen berwarna putih
agar memantulkan cahaya sebanyak
mungkin
Diagnosa Implementasi

DX 01. c) Mengedukasi
Ikterik neonatus b.d Belum Maturnya
Fungsi Hepar (1) Menganjurkan ibu menyusui
sekitar 20-30 menit
(2) Menganjurkan ibu menyusui
sesering mungkin

d) Mengolaborasi

(3) Mengolaborasi pemeriksaan


darah vena bilirubin direk dan
indirek
(4) Perawatan Bayi
Diagnosa Implementasi

DX 02. 1. Mengkaji reflek hisap


Resiko Defisiensi Volume Cairan b.d 2. Memberikan minum per
Kehilangan cairan sekunder akibat oral/menyusui bila reflek hisap
fototerapi. adekuat
3. Mencatat jumlah intake dan output ,
frekuensi dan konsistensi feces
4. Memantau turgor kulit, tanda- tanda
vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
5. Menimbang BB setiap hari.
Diagnosa Implementasi

DX 03. 1. Menyediakan lingkungan yang aman


Resiko Cedera Otak b.d Peningkatan untuk pasien.
Bilirubin yang tak terkonjugasi 2. Menghindari lingkungan yang
berbahaya.
3. Memonitor kadar bilirubin, Hb, HCT
sebelum dan sesudah tansfusi tukar.
4. Memonitor tanda vital.
5. Mempertahankan sistem
kardiopulmonary
6. Mengkaji kulit pada abdomen.
7. Mengolaborasi pemberian obat untuk
meningkatkan transportasi dan
konjugasi seperti pemberian albumin
atau pemberian plasma.
8. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
EVALUASI
Diagnosa Evaluasi
DX 01. S:
Ikterik Neonatus b.d Belum Maturnya • Keluarga pasien mengatakan pasien bahwa fungsi hati sudah mulai
Fungsi Hepar membaik
• Kemampuan mengkonjugasi bilirubin dan mensekresi cairan empedu sudah
mulai membaik
• Warna urin dan feses tidak pucat pada neonatus
O:
• TTV stabil
• Reflek hisap sudah baik
• Membran mukosa normal (tidak ikterik)
• Mata bersih
• Kadar bilirubin <20 mg/dL
• Berat badan tidak menyimpang dari rentang normal

A : Masalah Ikterik neonatus b.d Belum Maturnya Fungsi Hepar sebagian


sudah teratasi

P:
• Observasi warna urine dan fases pada Neonatus
• Beri ASI sebanyak 8 kali sehari
• Periksa kadar serum bilirubin sesuai dengan kebutuhan
Diagnosa Evaluasi
DX 01. I:
Ikterik Neonatus b.d Belum Maturnya • Mengobservasi warna fases dan urine pada neonatus
Fungsi Hepar • Menimbang berat badan Neonatus
• Memberikan asi sebanyak 8 kali sehari

E : Keluarga mengatakan Neonatus sudah mulai aktif dan perut bagian atas
neonatus tidak keras
R : Masalah sebagian teratasi Intervensi dilanjutkan dan tidak ada modifikasi
Diagnosa Evaluasi

DX 02. S:
- Dokter mengatakan bayi tetap
Resiko Defisiensi Volume Cairan b.d membutuhkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
Kehilangan cairan sekunder akibat - Ibu mengatakan bayi sudah aktif
dan puas menyusui.
fototerapi. O:
- Kelembaban tidak terganggu dan
dalam rentang normal.
- Turgor kulit sudah elastis.
- Mukosa lembab.
- Urine berwarna kekuningan.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan sudah teratasi.
P:
-Berikan minum per oral/menyusui bila reflek hisap
adekuat
-Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi
feces
-Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4
jam
-Timbang BB setiap hari.
Diagnosa Evaluasi

DX 02. I:
Resiko Defisiensi Volume Cairan b.d 1. Memberikan minum per oral/menyusui
bila reflek hisap adekuat
Kehilangan cairan sekunder akibat
2. Mencatat jumlah intake dan output ,
fototerapi. frekuensi dan konsistensi feces
3. Memantau turgor kulit, tanda- tanda vital
( suhu, HR ) setiap 4 jam
4. Menimbang BB setiap hari
E:
Keluarga mengatakan pasien sudah mulai aktif
dalam mereflek hisap asi dan Defiseinsi
volume cairan sudah membaik
R:
Masalah teratasi dan tidak ada modifikasi
intervensi
Diagnosa Evaluasi

DX 03. S:
Keluarga mengatakan tidak ada tanda-tanda serius akibat dari trauma
Resiko Cedera Otak b.d O:
Peningkatan Bilirubin yang • Kadar bilirubin <20 mg/dL
tak terkonjugasi • TTV menunjukkan normal, suhu 36 C
• Kulit tampak normal (tidak ikterik)
A:
Masalah cedera otak b.d peningkatan bilirubin yang tak terkonjungasi sebagian sudah teratasi
P:
1. Monitor kadar bilirubin, Hb, HCT sebelum dan sesudah tansfusi tukar.
2. Monitor tanda vital.
3. Pertahankan sistem kardiopulmonary
4. Kaji kulit pada abdomen.
5. Kolaborasi pemberian obat untuk meningkatkan transportasi dan konjugasi seperti pemberian albumin
atau pemberian plasma.
I:
6. Memonitor kadar bilirubin, Hb, HCT sebelum dan sesudah tansfusi tukar.
7. Memonitor tanda vital.
8. Mempertahankan sistem kardiopulmonary
9. Mengkaji kulit pada abdomen.
10. Mengolaborasi pemberian obat untuk meningkatkan transportasi dan konjugasi seperti pemberian
albumin atau pemberian plasma.
E:
Keluarga mengatakan tidak ada tanda-tanda serius akibat trauma
R:
Intervensi dilanjutkan dan tidak ada modifikasi
DAFTAR PUSTAKA
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2015). Wong’s nursing care of infants and children. 10th ed.
Missouri: Elsevier Mosby.

Perry, S., E., Hockenberry, M.j., Lowdermilk.,J. & Alden,K.,R. (2018). Maternal Child Nursing
Care : Maternity Pediatric. 6th ed. Missouri: Elsevier.

Ball, J., Bindler, R., Cowen, K & Shaw, M. (2017). Principles of pediatric nursing: Caring for
children. 7 th ed. USA: Pearson.

Ihsan, z. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di


Ruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013, hlm. S4-10

Sukardi, A. (2010). Buku Ajar Neonatologi, (1st Ed). Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai