Anda di halaman 1dari 41

ASKEP

MENIN
GITIS
ISS 8
DEFISINI MENINGITIS
● Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membran (selaput) yang mengelilingi
otak dan medula spinalis. (Muttaqin, 2008)

● Meningitis adalah inflamasi meningen yang menyerang piamater, arakhnoid,


subarakhnoid yang menyebar melalui cairan serebrospinal sekitar otak dan spinal cord.
(Purwanto, 2016)

● Meningitis adalah inflamasi pada bagian meningen yang disebabkan oleh bakteri
maupun virus, dan biasanya meningitis bakteri lebih berbahaya daripada meningitis
virus. (Ball dkk, 2017)
Anatomi Selaput Otak (Ball dkk, 2017)
ETIOLOGI
Berdasarkan Mikroorganisme MENINGITIS
Berdasarkan Usia

1. Neonatus (usia <3 bulan)


1. Meningitis Bacterial
Escherichia coli, Listeria monocytogenes,
Pneumococcus, Streptococcus Tipe B, Escherichia
Streptococcus Tipe B.
coli, Listeria monocytogenes, Streptococcus
pneumonia, Neisseria meningitidis, Haemopbilus
influenzae. 2. Bayi dan anak (usia >3 bulan)

2. Meningitis Virus (aseptis) Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis,


Haemopbilus influenzae.
Enterovirus (echovirus,
coxsackievirus).
3. Dewasa usia (usia <50 tahun)
3. Meningitis Jamur
Streptococcus pneumonia, Neisseria
Crytococcus, Blastomyces, meningitidis.
Histoplasma, Coccidioides. 3. Dewasa usia (usia >50 tahun)
Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis,
(Meisadona dkk, 2015) & (Kyle dkk, 2013) Listeria monocytogenes.
PATOFISIO
LOGI
Bakteri, virus, jamur

Jalan napas
Pembuluh darah

Ruang tengkorak
Terganggu dalam Jaringan lapisan
Mengatur regulasi otak subarachnoid
pernafasan di otak

Kekurangan volume cairan & nutrisi


Penurunan meningitis
kesadaran
Mual/muntah Inflamasi
↓Pengeluaran
sekresi
trakeobronkial Sistem gastrointestinal terganggu Pengeluaran toksin oleh
mikroorganisme Hipotalamus
Gangguan nervus vagus
Penumpukan Toksin + leukosit Peningkatan
secret di trakea
suhu tubuh
dan bronkus Gangguan perfusi jaringan
(jaringan serebral ) Muncul eksudat /transudat
Hipertermi

Ketidakefektifan ↑ tekanan intrakarnial


kejang
jalan nafas

↑Rangsangan di
Risiko cedera jaringan serebral Irritabilitas
korteks serebri
MANIFES
TASI
KLINIS
Menurut Ignativicius & Workman (2006), tanda dan gejala
meningitis pada orang dewasa adalah :

 Sakit kepala
 Demam secara tiba-tiba dan bisa disertai dengan
kejang
 Mual dan muntah
 Perubahan tingkat kesadaran
 Kaku kuduk positif, tanda kernig positif dan tanda
brudzinski positif
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Disfungsi saraf kranial
 Penurunan status mental
 Nyeri pada otot dan persendian
 Kulit pucat atau muncul bintik-bintik yang tersebar
 Bibir terlihat biru.
Bagian kortikal
Pada bayi kurang dari 3 bulan :
 Peka terhadap rangsangan
 Letargi
 Agitasi bingung
 Rewel
 Delirium
 Peka terhadap rangsangan
 Letargi
 Demam tidak ada kemungkinan hipotermia
 Somnolen
 Vomiting
 Nausea
 Diare tanpa penurunan berat badan
 Muntah proyektil
 Bayi ditemukan fontanel anterior cembung jika ada dehidrasi
 Gangguan tingkat kesadaran Bagian saraf kranilais

 Potopobia (sensitive terhadap cahaya)


 Diplobia (penglihatan ganda)
Bayi > 3 bulan dan toddler  Tinnitus

 Demam Saraf cervical iritasi


 Peka terhadap rangsangan
 Nuchal rigidity positif
Anak diatas 2 tahun  Posisi epitostonus.

 Gangguan di gastrointestinal
 Demam
 Menggigil Sumber : Yuliastati & Nining. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
PENATALAKSANAAN

4. Pemberian antibiotik yg
1. Dimulai dari terapi
sesuai dengan mikroorganisme
antimikroba
penyebab

2. Pemeliharaan 5. Pengendalian suhu tubuh


Ventilasi

3. Mengurangi 6. Penempatan pada ruangan yang


peningkatan TIK minim rangsangan terhadap
suara,cahaya, & rangsangan

7. Penanganan Komplikasi
(Wong, 2009) & (Nabiel,2016)
PEMERIKS
AAN
PENUNJA
NG
Perawatan Penunjang
Pada anak yang tidak sadar:
 Jaga jalan napas
 Posisi miring untuk menghindari aspirasi
 Ubah posisi pasien setiap 2 jam
 Pasien harus berbaring di alas yang kering
 Perhatikan titik-titik yang tertekan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
MENINGITIS
01 Pemeriksaan Fungsi Lumbal

02
Pemeriksaan Darah Lengkap

03 Pemeriksaan Elektrolit

04
CT Scan

REF: buku saku pelayanan anak di rumah sakit.


Yuliastati,Arnis.A.2016.Keperawatan anak. Jakarta.Kemenkes RI
PENILAIAN GCS PADA
ANAK

GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang digunakan untuk mengukur
tingkat kesadaran dengan 3 indikator yaitu reaksi membuka mata, bicara dan
motorik.
Skala dihitung dengan penjumlahan dari semua respon

E+M+V=
Ket :
E : Eye
M : Movement/motorik
V : Verbal
Nilai Maksimal : 15 (Wong, 2009)
Nilai Minimal : 3
KATEGORI RINCIAN NILAI
Respon Membuka Spontan 4
Mata Patuh pada Perintah/Suara 3
Dengan Rangsangan Nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon Verbal Mengoceh 5
Menangis lemah 4
Menangis (karena diberi rangsangan 3
nyeri) 2
Merintih (karena diberi rangsangan 1
nyeri)
Tidak ada respon
Respon Motorik Spontan 6
(Gerakan) Menarik (karena sentuhan) 5
Menarik ((karena rangsangan nyeri) 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1
SEDIAA
N OBAT
 1.Menghitung sediaan obat pada anak

Rumus : Jumlah Obat yang diminta × Pengenceran jumlah Obat yang Tersedia

Contoh :

Seorang anak di rawat di ruang anak karena meningitis. Anak dengan BB 5 Kg mendapatkan terapi
antibiotic Cefotaxime sebanyak 4×250 mg. Sediaan obat Amoksilin dalam vial sebanyak 1 gram.
Perawat mengencerkan obat tersebut dengan aquadest steril sebanyak 10 ml. Berapakah jumlah obat
yang diberikan dalam satu kali injeksi ?

1 gram = 1000 mg

Jumlah obat yang diberikan = gram × 10 ml

= 25 ml
 Contoh soal perhitungan obat :

Seorang bayi usia 8 bulan , dibawa ke rumah sakit karena kejang. Hasil pengkajian: rewel, kulit
teraba hangat, berat badan 4 Kg, kejang berulang, denyut jantung 110 ×/menit, frekuensi napas
56 ×/menit, suhu 38,7. Ibu sangat khawatir dengan kondisi anaknya. Anak mendapatkan terapi
ceftriaxone intravena 2 × 100 mg dalam sediaan vial berisi 1 gram dan diencerkan dengan
aquadest steril 4 ml.

Jawaban

Menghitung jumlah sediaan obat

× pengenceran

=mg ×4 ml

= 0,4 ml
ASUHAN
KEPERAWATA
N
PENGKAJI
AN
1. Identitas klien
Tanggal Masuk & jam
Nama 01 02
masuk rumah sakit

Pendidikan &
Usia 03 04
Agama

Jenis kelamin 05 06 Alamat


2. RIWAYAT
KESEHATAN
a. Keluhan utama
 Demam dengan akral dingin
 Kejang
 Penurunan tingkat kesadaran
 Napas menjadi cepat
 Kaku pada leher atau tubuh
b. Kesehatan sekarang
 Mual dan muntah c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Anak menjadi rewel dan agitasi
 Halusinasi d. Psikospiritual
 Delirium
 Mengantuk stupor dan koma
 Sesak napas
 Diare
e. Pemeriksaan Fisik
1. TTV

Suhu Tubuh 38-410C


Bradikardia

Kulit Kemerahan,
Panasa,kering, dan Tachypnea
berkeringat

Tekanan Darah Normal


atau meningkat
Sambungan Pemeriksaan Fisik

B1 (Breathing) B4 (Bladder)
02 05

03 06
B2 (Blood) B5 (Bawel)
04 07

B3 (Brain) B6 (Bone)
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap, leukosit meningkat.
2. Pungsi lumbal. Pada meningitis serosa tekanan bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal,dan
kultur (-). Pada meningitis purulenta tekanan meningkat, cairan
keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, dan kultur (+) beberapa jenis bakteri.
3. Pemeriksaan elektrolit menunjukkan penurunan kalium dan
peningkatan natrium yg mengindikasikan adanya dehidrasi.
4. Ct scan menunjukkan adanya efusi subdural.
Analisis Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Berhubungan dengan  Ketidakefektifan
- Keluarga mengatakan anak Peningkatan TIK perfusi jaringan
demam, batuk berdahak, refleks serebral
batuk lemah, tidak mampu bicara
dan hanya mengerang.

DO:
- Badan teraba panas T 37,8 C
- TD 120/70 mmHg
- HR 87 x/menit
- RR 30 x/menit
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

2. DS: Berhubungan dengan  Ketidakefektifan


- Keluarga mengatakan anak akumulasi sekret bersihan jalan nafas
batuk disertai dahak, refleks
batuk lemah.

DO:
- Terdapat tarikan dinding
Dada saat bernapas
- Saat auskultasi terdengar suara
ronkhi
- TD: 120/70 mmHg
- RR: 30 x/menit
- T: 37,80C
- HR: 87x/menit
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

3. DS: Berhubungan dengan  Nyeri akut


- keluarga mengatakan anak iritasi selaput dan
terus menangis dan merintih jaringan otak

DO:
- skala nyeri 6
Diagnosa
Berdasarkan Diagnosis Keperawatan Nanda 2015-2017,diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul antara lain:

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan


serebral b.d peningkatan TIK

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


b.d akumulasi sekret

c. Nyeri akut b.d iritasi selaput dan


jaringan otak

d. Hipertermi b.d proses inflamasi

e. Risiko cedera b.d adanya kejang

f. Gangguan perkembangan b.d cedera otak


Intervensi keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
O (Tujuan) (Intervensi)
1 Ketidakefektifan Dalam waktu 3x24 jam 1. Monitor tanda-tanda peningkatan 1. Untuk mendeteksi
perfusi jaringan setelah intervensi perfusi tekanan intrakranial selama perjalanan tanda-tanda syok yg
serebral b.d jaringan otak meningkat. penyakit (nadi lambat, TD meningkat, harus dilaporkan ke
peningkatan TIK Kriteria hasil: kesadaran menurun napas irreguler, dokter untuk
1. Tingkat kesadaran refleks pupil menurun, kelemahan) intervensi awal
meningkat menjadi 2. Monitor TTV dan neurologis tiap 5-30 2. Perubahan-
kompos mentis menit. Catat dan laporkan perubahan- perubahan ini
2. Disorientasi negatif perubahan TIK ke dokter menandakan ada
3. Konsentrasi baik 3. Anjurkan pasien agar tidak menekuk perubahan tekanan
4. Perfusi jaringan baik tungkai dan gerakan-gerakan lain, intrakranial dan
5. TTV normal: anjurkan untuk tirah baring. penting untuk
-TD: 95/55-110/70 mmHg 4. Tinggikan sedikit kepala klien dengan intervensi awal
-HR: 70-120 x/menit hati-hati, cegah gerakan yg tiba-tiba 3. Untuk mencegah
-RR: 16-30 x/menit dan tidak perlu dari kepala dan leher, peningkatan TIK
-T: 37 C hindari fleksi leher 4. Untuk mengurangi
5. Bantu seluruh aktivitas dan gerakan- tekanan intrakranial
gerakan klien. Beri petunjuk untuk 5. Untuk mencegah
BAB. Anjurkan klien untuk keregangan otot yg
menghembuskan napas dalam bila dapat menimbulkan
miring & bergerak di tempat tidur. peningkatan TIK
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
(Tujuan) (Intervensi)
1. Ketidakefektifan 6. Waktu prosedur perawatan 6. Untuk mencegah eksitasi
perfusi jaringan disesuaikan dan diatur tepat waktu yang merangsang otak yg
serebral b.d dengan periode relaksasi, hindari sudah iritasi dan dapat
peningkatan TIK rangsangan lingkungan yg tidak menimbulkan kejang.
perlu
7. Beri penjelasaan lingkungan
pada klien.
8. Kolaborasi pemberian steroid
osmotik.

2. Ketidakefektifan Dalam waktu 3x24 jam setelah 1. Untuk memantau dan


bersihan jalan diberikan tindakan jalan napas 1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi mengatasi komplikasi
nafas b.d kembali efektif, kriteria hasil: nafas tambahan, perubahan potensial. Dan untuk
akumulasi sekret 1. Sesak napas berkurang irama & kedalaman, mngetahui adanya
2. Frekuensi napas 16-30 penggunaan otot-otot aksesori, pernafasan yg tidak efektif &
x/menit warna dan kekentalan sputum. adanya kegagalan,
3. Tidak lagi menggunakan 2. Atur posisi pasien menjadi kelemahan/paralisis pada
otot bantu pernafasan semi-fowler. otot-otot interkostal dan
4. Retraksi ICS berkurang diafragma berkembang
5. Mengi berkurang. dengan cepat.
6. Dapat mendemonstrasikan 2. Posisi ini dapat membantu
cara batuk efektif. mempermudah pernafasan,
N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
O (Tujuan) (Intervensi)
2. Ketidakefektifa 3. Ajarkan cara batuk efektif meningkatkan ekspansi
n bersihan jalan 4. Lakukan fisioterapi dada; vibrasi Dada, dan meningkatkan
nafas b.d dada batuk lebih efektif
akumulasi 5. Penuhi hidrasi cairan via oral 3. Untuk membersihkan
sekret seperti minum air putiih & jalan napas & mengurangi
pertahankan asupan cairan 2,5 kesulitan dalam menelan.
L/hari. 4. Untuk membantu
6. Lakukan suction lendir bila meningkatkan agar batuk
diperlukan. lebih efektif
5. Membantu
mengencerkan mukus yg
kental dan membantu
pemenuhan cairan yg
banyak keluar dari tubuh
6. Untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas.
N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
O
3 Nyeri akut Dalam waktu 1x24 jam 1. Usahakan untuk membuat lingkungan yg 1. Untuk menurunkan
. b.d iritasi intensitas nyeri aman & tenang. reaksi terhadap
selaput dan berkurang/rasa sakit 2. Kompres dingin pada kepala. rangsangan eksternal/
jaringan otak terkendali, kriteria hasil: 3. Lakukan penatalaksanaan nyeri dengan kesensitifan thd. Cahaya
1. Klien dapat tidur metode distraksi (contoh: berikan mainan yg & anjurkan klien untuk
dengan tenang disukai anak). istirahat.
2. Klien terlihat nyaman 4. Kolaborasi pemberian analgesik 2. Untuk membantu
3. Tidak lagi menangis vasokontriksi pembuluh
darah otak.
3. Untuk menurunkan
stimulasi sensasi nyeri
4. Untuk menurunkan rasa
sakit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No diagnosa Tindakan keperawatan

1 1. Memonitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial selama perjalanan


penyakit (nadi lambat, TD meningkat, kesadaran menurun napas irreguler,
refleks pupil menurun, kelemahan)
2. Memonitor TTV dan neurologis tiap 5-30 menit. Catat dan laporkan perubahan-
perubahan TIK ke dokter
3. Menganjurkan pasien agar tidak menekuk tungkai dan gerakan-gerakan lain,
anjurkan untuk tirah baring.
4. Meninggikan sedikit kepala klien dengan hati-hati, cegah gerakan yg tiba-tiba
dan tidak perlu dari kepala dan leher, hindari fleksi leher.
5. Membantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan klien. Beri petunjuk untuk BAB.
Anjurkan klien untuk menghembuskan napas dalam bila miring & bergerak di
tempat tidur.
6. Menjadwalkan waktu prosedur perawatan disesuaikan dan diatur tepat waktu
dengan periode relaksasi, hindari rangsangan lingkungan yg tidak perlu
7. Memberikan penjelasaan lingkungan pada klien.
8. Mengkolaborasikan pemberian steroid osmotik.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tindakan keperawatan
diagnos
a
2 1. Mengkaji fungsi paru, adanya bunyi nafas tambahan, perubahan irama &
kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori, warna dan kekentalan sputum.
2. Mengatur posisi pasien menjadi semi-fowler.
3. Mengajarkan cara batuk efektif
4. Melakukan fisioterapi dada; vibrasi dada
5. Memenuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air putiih & pertahankan asupan
cairan 2,5 L/hari.
6. Melakukan suction lendir bila diperlukan.
No diagnosa Tindakan keperawatan

3. 1. Mengusahakan untuk membuat lingkungan yg aman & tenang.


2. Mengompres dingin pada kepala.
3. Melakukan penatalaksanaan nyeri dengan metode distraksi (contoh: berikan
mainan yg disukai anak).
4. Mengkolaborasikan pemberian analgesik
EVALUASI
MASALAH CATATAN
Ketidakefektifan S:
perfusi jaringan - Keluarga mengatakan anak sudah tidak demam, batuk, sudah
serebral b.d mampu bicara, berkomunikasi dan kesadaran kompos mentis.
peningkatan TIK
O:
- Suhu tubuh normal: 37 C
- TD 110/70 mmHg
- HR 87 x/menit
- RR 30 x/menit

A:
- Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
EVALUASI
MASALAH CATATAN
Ketidakefektifan S:
bersihan jalan - Keluarga mengatakan anak sudah tidak batuk lagi
nafas b.d O:
akumulasi sekret - Klien terlihat sudah bisa bernafas dengan normal
- Saat auskultasi terdengar tidak ada lagi suara tambahan
- TD: 110/70 mmHg
- RR: 30 x/menit
- T: 37 C
- HR: 87x/menit

A:
- Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
EVALUASI
MASALAH CATATAN
Nyeri akut b.d S:
iritasi selaput dan - Keluarga mengatakan anak sudah tenang dan tidak lagi menangis
jaringan otak

O:
- Anak terlihat nyaman dan tidak merasakan nyeri

A:
- Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
sumber

Bulechek, Dkk. (2018). Nursing Intervention Classification


(NIC) Edisi ke-7. Indonesia: Elsevier.

Moorhead, Dkk. (2018). Nursing Outcome Classification


(NOC) Edisi ke-6. Indonesia: Elsevier
Muttaqin, Ariff. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika
Daftar pustaka
• Ball, Jane., Bindler, R., Cowen, K., Shaw, M. 2017. Principles of Pediatric Nursing. New York: Pearson.
• Kyle, Terri., & Carman, Susan. 2013. Essentials of Pediatric Nursing Ed.2. Wolters Kluwer.
• Meisadona, G., Soebroto, A, D., Estiasari, R. 2015. Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis. CDK, 42(1), 15-19.
• Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
• Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: KEMENKES RI.
• Patofisiologi meningitis ke masalah keperawatan (dimodifikasi oleh Muttaqin (2005) dari berbagai sumber )
• Yuliastati & Nining. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
• Bulechek, Dkk. (2018). Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi ke-7. Indonesia: Elsevier.

• Moorhead, Dkk. (2018). Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi ke-6. Indonesia: Elsevier
• Muttaqin, Ariff. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika
• Wong (2009).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai