Anda di halaman 1dari 10

MEMVALIDASI SUATU TEST

EVALUASI HASIL BELAJAR KEJURUAN OTOMOTIF

Disusun oleh :
Kelompok 6
Mugi Nur Rafif
Arruwanda jupriatno
Indra Reza Situmeang
Ray Immanuel Manurung
A.Khairi Anas

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2021
PENGERTIAN VALIDITAS

● Validitas berasal dari kata ’’validity’’ yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 1997).
● Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi, jadi
jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat dikatakan bahwa istrumen
tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tetang data secara benar sesuai dengan
kenyataan atau keadaan sesungguhnya jadi jika data yang dihasilkan oleh instrument benar atau
valid, sesuai kenyataan, maka instrument yang digunakan tersebut juga valid.
• MACAM-MACAM VALIDITAS
1. Validitas logis
istilah ’’validitas logis’’ mengandung kata ’’logis’’ berasal dari kata ’’logika’’ yang berarti
penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan
hasil penalaran.

A. Validitas Isi (Content Validity)


Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan
tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.

B. Validitas konstruksi (Construct Validity)


Konstruksi adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep
yang diukurnya.
2. Validitas Empiris
istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah
instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari
pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh
masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang
jujur.

A. Validitas bandingan/ ’’ada sekarang’’ (Concurrent Validity)


Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada
istilah ’’sesuai’’ tentu ada dua hal yang dipasangkan

B. Validitas ramalan/ prediksi (Predictive validity)


Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu menganai hal yang akan
datang yang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau
validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
CARA MENGUKUR VALIDITAS

• Pekerjaan untuk mencari validitas suatu alat ukur disebut validation. Prinsip dari
validation adalah membandingkan hasil-hasil dari pengukuran faktor dengan suatu
kriterium, )suatu ukuran yang telah dipandang valid untuk menunjukkan faktor yang
dimaksud).
• jenis kriterium yang digunakan untuk menguji kejituan alat pengukur, yaitu :
• Kriterium luar (external criterion)
Yaitu suatu kriterium yang diambil dari luar (external) alat itu sendiri.
Misalnya : suatu tes tentang ketelitian kerja, diuji validitasnya
dengan prestasi kerja yang sesungguhnya sebagaimana ditunjukkan
oleh catatan-catatan hasil kerja atau penilaian pimpinan unit.

• Kriterium dalam alat (internal criterion)


Yaitu suatu kriterium yang diambil dari dalam (internal)alat itu sendiri.
Biasanya diambil hasil keseluruhan pengukuran atau total score sebagai
kriteriumnya
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS
Banyak faktor yang menyebabkan hasil asesmen tidak valid. Beberapa di antaranya tampak jelas dan mudah untuk menghindarinya.
Tidak ada guru yang akan berpikir untuk mengukur pengetahuan biologi dengan asesmen matematika. Demikian pula juga tidak ada
guru yang akan mengukur kemampuan memecahkan masalah (problem solving) biologi kelas 7 SMP dengan menggunakan asesmen
yang didesain untuk kelas 12 SMA.

1. Faktor dari dalam tes itu sendiri


Pengujian terhadap butir tes secara hati-hati akan menunjukkan apakah tes yang digunakan untuk mengukur isi materi atau fungsi -
fungsi mental yang akan diakses oleh guru.

● Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak jelas menyebabkan siswa kehilangan waktu untuk sekedar memahami petunjuk
pengerjaan atau bahkan tidak dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
● Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang sulit. Penggunaan kosa kata atau struktur kalimat yang sulit dapat
menyebabkan siswa terjebak untuk pemahaman terhadap pemahaman maksud dari sebuah pertanyaan bukan untuk
menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
● Ambiguitas. Ambiguitas yaitu adanya kemungkinan multi tafsir juga menyebabkan menurunnya validitas sebuah tes.
● Alokasi waktu yang tidak cukup. Seyogyanya sebuah tes disediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan seluruh butir tes
yang ada. Kekurangan waktu dalam menyelesaikan sebuah tes bisa jadi bukan karena siswa tidak mampu untuk menyelesaikan
tesnya tetapi karena keterbatasan kesempatan untuk mengerjakannya.
● Penekanan yang berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga terlalu mudah ditebak kecenderungan dari jawaban soal akan
menyebabkan menurunnya tingkat validitas soal.
• Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar.
Kualitas yang tidak memadai misalnya tes dimaksudkan untuk
megukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking)
jelas tidak cukup hanya digunakan tes yang bersifat untuk
mengungkap pengetahuan faktual saja.
• Susunan tes yang jelek.
• Tes terlalu pendek.
• Penyusunan butir tes yang tidak runtut .
• Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada soal pilihan
ganda jawabannya adalah A semua, atau B semua atau
menunjukkan pola tertentu misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan
sebagainya.
FAKTOR ADMINISTRASI DAN SKOR

Pemberian skor terhadap jawaban siswa (testee) harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai salah tulis atau
meremehkan selisih angka walaupun hanya sedikit. Hal ini akan menyebabkan hasil pengujian terhadap
validitas akan memberikan makna yang berbeda.
Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya yang berasal dari proses administrasi dan skor.

1. pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa – gesa.
2. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan siswa yang belajar dengan yang melakukan
kecurangan.
3. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan semua siswa.
Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, mislanya pada tes essay, juga dapat mengurangi validitas tes
evaluasi.
4. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku
5. Adanya orang lain yang bukan siswa yang termasuk dan menjawab item tes yang diberikan.
FAKTOR TANGGAPAN SISWA

Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item – item


tes evaluasi tidak valid, karna dipengaruhi oleh jawab
siswa dari interpretasi item – item pada tes evaluasi.
Sebagai contoh, sebuah tes para siswa menjadi tegang
karena guru mata pelajaran tersebut “killer” galak dan
sebagainya
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai