Anda di halaman 1dari 12

RHINITIS ALERGI DAN

RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME
NAMA : FIRMAN OKTIVENDRA
NIM : O1A118139
KELAS : C
RHINITIS ALERGI
Rinitis Alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh adanya reaksi alergi pada pasien yang
mempunyai riwayat atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama. Alergen
yang dapat menimbulkan alergen reaksi alergi adalah alergen inhalan yang masuk bersama udara
pernafasan antara lain: tungau, debu rumah (D. pteronyssinus, D. farinae, B. tropicalis), kecoa,
serpihan epitel kulit binatang ( kucing dan anjing), rerumputan (Bermuda grass) dan jamur
(Aspergillus, Alternaria) (Kasim,dkk., 2020).
PATOFISIOLOGI

Patofisiolog rinitis alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I melalui aktivasi mastosit yang
bergantung pada IgE. Reaksi hipersensitivitas tipe I disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis
atau reaksi alergi, timbul segera sesudah badan terpapar dengan alergen. Urutan kejadian reaksi tipe I
adalah sebagai berikut, fase sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai
diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil, kemudian diikuti fase aktivasi
yaitu waktu selama terjadi pemaparan ulang dengan antigen yang spesifit mastosit melepas isinya
yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi (Hudyono., 2000).
GEJALA

Rinitis alergi ditandai dengan trias gejala yaitu bersin-bersin, beringus, dan hidung tersumbat. Gejala
tambahan berupa gatal atau rasa pedih pada hidung, gatal pada mata, urtikaria, rasa sumbatan pada
telinga, gatal pada palatum, gatal pada tenggorok, serta asma dapat menyertai apabila reaksi alergi
terjadi juga pada organ-organ lain.
Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk
lipatan hidung melintang–garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering
menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa
hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau
cair. Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam dibawah mata
(allergic shiner).
Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, penekanan pada
sinus dan nyeri wajah, dan post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah
marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur .
DIAGNOSA
Riwayat atopi dalam keluarga merupakan faktor predisposisi rinitis alergi yangterpenting. Seperti
telah dikemukakan pada pendahuluan, diagnosis rinitis alergiakibat kerja yang dibuat berdasarkan
riwayat perjalanan penyakit mengandung duakelemahan yaitu pertama, terdapat kesulitan dalam
membedakan antara rinitis alergi akibat kerja dengan bukan akibat kerja, kedua, riwayat perjalanan
penyakit dapatdengan mudah dibuat-buat (dikarang). Tanda-tanda fisik dapat merupakan
indikatoryang lebih dapat dipercaya pada kerusakan mukosa nasal akibat kerja, bila
kerusakantersebut berbeda dari tanda-tanda yang biasanya didapatkan pada rinitis alergi atau pun
rinitis vasomotor.
Pemeriksaan THT dapat dilakukan denganmenggunakan rinoskopi kaku atau fleksibel, sekaligus juga
dapat menyingkirkankelainan seperti infeksi polip nasi atau tumor. Pada rinitis alergi dapat
ditemukantanda klasik yaitu mukosa edema dan pucat atau kebiruan dengan ingus encer; tandaini
hanya ditemukan pada pasien yang sedang dalam serangan. Pemeriksaan sekrethidung dilakukan
untuk menetapkan proses infeksi dengan ditemukannya neutrofilia.Eosinofil darah perifer dapat
ditemukan meningkat pada penderita rinitis alergi (Hudyono.,2000).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan hasil dari tes alergi seperti tes kulit, teslaboratorium, tes alergen
nasal, dan atas pengetahuan mengenai lingkungan pribadidan lingkungan kerja pasien. Tes kulit
biasanya mengkonfirmasikan alergen yangada dalam riwayat penyakit. Bila hal tersebut di atas tidak
memungkinkan, anamnesisriwayat penyakit lebih lanjut harus dilakukan dengan mengarah kepada
zat yangdiidentifikasi positif dalam tes kulit. Pemeriksaan tambahan seperti
RAST(radioallergosorbent test), the human basophil degrarmulation test, the histamine liberation fest
dan tes provokasi intranasal dengan rinomanometri anterior dapat dilakukan.
CONTOH KASUS

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun 2 bulan dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik
anak dengan keluhan sering pilek pilek sejak usia 2 tahun. Pilek disertai bersin, ingus
cair bening. Jarang disertai demam. Batuk tak ada/jarang. Hidung sering di gosok-gosok.
Pasien mendapat ASI sampai dengan usia 3 bulan, selain pemberian susu formula (susu
sapi) sesuai usia sampai sekarang. Pasien anak pertama dari seorang ibu yang diketahui
menderita asma sejak kecil sampai sekarang. Kakek dari ibu menderita eksim yang tidak
kunjung sembuh pada kaki. Anak cukup aktif, tidak demam, tanda vital dalam batas
normal. Berat badan 28 kg dengan tinggi badan 118 cm. Pada muka dijumpai allergic
shiner, lidah: geographic tongue. Sekresi hidung encer bening, mukosa hidung edema
dan pucat. Faring tak hiperemis. Laboratorium darah tepi dalam batas normal. IgE total
dan hitung eosinofil total dalam batas normal. Apa yang harus anda lakukan untuk
menilai keadaan anak ini ?
Subjektif Objektif Assesment Plan

Pilek disertai bersin, Anak cukup aktif, tidak Banyaknya faktor Tata laksana utama adalah
ingus cair bening, penghindaran alergen, baik
demam, tanda vital yang dapat memicu alergen inhalan maupun
Kadang-kadang hidung dalam batas normal.
tersumbat terutama anak tersebut alergen makanan.
Berat badan 28 kg Pengobatan medikamentosa
pada malam hari, dengan tinggi badan
terkena alergen tergantung dari lama dan
Jarang disertai demam,
118 cm. Pada muka seperti hidung berat – ringannya gejala.
Batuk tak ada/jarang, Pengobatan medikamentosa
dijumpai allergic sering di gosok- dapat berupa pilihan tunggal
Hidung sering di gosok-
gosok. Pasien mendapat shiner, lidah: gosok biasanya maupun kombinasi dari
antihistamin H1 generasi I
ASI sampai dengan usia geographic tongue. diakibatkan oleh maupun generasi 2. Bila
3 bulan, selain Sekresi hidung encer banyaknya boneka terdapat gejala hidung
pemberian susu formula bening, mukosa berbulu di kamar tersumbat dapat ditambah
(susu sapi) sesuai usia hidung edema dan dekongestan seperti
pasien dan lantai pseudoefedrin 1 mg/kg/dosis,
sampai sekarang. pucat. Faring tak
Terdapat riwayat hiperemis.
kamar ditutup diberikan 3 kali/hari. Bila
tidak ada perbaikan atau
dermatitis atopi di pipi Laboratorium darah karpet. bertambah berat dapat
pada masa bayi tepi dalam batas diberikan kortikosteroid
(sebelum 1 tahun). misalnya prednison
normal. IgE total dan 1mg/kg/hari dibagi 3 dosis,
hitung eosinofil total paling lama 7 hari.
dalam batas normal.
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan perlukaan inflamasi paru yang bersifat akut
dan difus, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskular paru, peningkatan tahanan paru,
dan hilangnya jaringan paru yang berisi udara, dengan hipoksemia dan opasitas bilateral pada
pencitraan, yang dihubungkan dengan peningkatan shunting, peningkatan dead space fisiologis, dan
berkurangnya compliance paru.
PATOGENESIS
Patologi dasar ARDS berhubungan dengan beberapa proses imunologi yang melibatkan neutrofil,
makrofag dan sel-sel dendrit yang mengakibatkan cedera jaringan paru. Inflamasi yang terjadi baik
dari intraparu maupun ekstraparu akan memengaruhi epitel bronchial, makrofag alveolar dan endotel
vaskular yang menyebabkan peningkatan cairan kaya protein dan masuk ke dalam alveoli sehingga
terjadi hipoksemia karena gangguan pertukaran gas. Makrofag alveolar memegang peran penting
untuk terjadinya inflamasi dari ARDS. Saat makrofag alveolar di rangsang maka akan menarik
netrofil dan makrofag akan bergerak ke bagian paru yang cedera, sel-sel ini bergerak luas ke
mediator mediator bioaktif, termasuk protease, oksigen reaktif, eicosanoid, fosfolipid dan sitokin
yang menyebabkan respons inflamasi yang terus menerus.
GEJALA

Gejala Acute Respiratory Distress SyndromeGejala klinis ARDS ditandai dengan timbulnya sesak
napas akut yang berkembang dengan cepat setelah kejadian predisposisi seperti trauma, sepsis,
overdosis obat, transfusi masif, pankreatitis, maupun aspirasi.Gejala lainnya juga berupa
demam,batuk,pusing,tekanan darah rendah,tubuh terasa sangat lelah,dan bibir atau kuku berwarna
kebiruan.
DIAGNOSA
Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti laju atau
frekuensi pernapasan, tekanan darah, denyut nadi, suhu, serta warna kebiruan pada bibir dan kuku,
dan pemeriksaan fisik dinding dada.
Untuk memastikan diagnosis dan penyebab, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan di bawah
ini :
-Tes darah, untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (analisa gas darah) dan memeriksa
kemungkinan anemia atau infeksi
-Rontgen dada, untuk melihat lokasi dan banyaknya penumpukan cairan di dalam paru-paru,
sekaligus mendeteksi kemungkinan pembesaran jantung
-CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru dan jantung dengan gambaran yang lebih detail
-Ekokardiografi (USG jantung), untuk menilai kondisi dan struktur jantung serta mendeteksi ada
tidaknya gangguan fungsi jantung
-Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas kelistrikan jantung dan menyingkirkan
kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit jantung
-Kultur atau pemeriksaan sampel dahak, untuk mengetahui bakteri atau mikroorganisme lain yang
menyebabkan infeksi
-Biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari paru-paru, untuk menyingkirkan kemungkinan gejala
disebabkan oleh penyakit paru-paru selain ARDS

Anda mungkin juga menyukai