KKS
‘’KONSELING PENGGUNAAN OABT BENTUK SEDIAAN PATCH’’
KELOMPOK 14 :
FIRDHAYANTI TAMARIS (O1B122107)
FIRMAN OKTIVENDRA (O1B122108)
Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
Karunia-Nya tugas makalah dapat kami selesaikan dengan baik tanpa ada
hambatan apapun.
April 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Definisi Sediaan Patch.................................................................................3
B. Jenis-jenis transdermal patch.......................................................................5
C. Mekanisme Aksi Transdermal Patch...........................................................6
E. Kesalahan Umum Penggunaan Sediaan Patch.............................................8
F. Gejala Setelah Penggunaan Sediaan Patch...................................................9
G. Kontraindikasi sediaan patch......................................................................10
H. Peningkatan Perawatan Kesehatan.............................................................10
I. Contoh Jurnal Sediaan Patch.......................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling obat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung
jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah
dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related problem). Ketidakpatuhan
(non-compliance) dan ketidaksepahaman (non corcondance) pasien dalam
menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini
sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang
obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk
terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah penggunaan obat yang salah (drug
misuse) dan untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam
penggunaan obat yang akan berdampak pada kepatuhan pengobatan dan
keberhasilan dalam proses penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan
informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat. Pasien yang
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan
peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi
akan meningkat pula. Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien. Konseling
obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau
wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian dalam usaha
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat.
Salah satu obat yang perlu diedukasikan kepada pasien yaitu sediaan patch
transdermal.
Patch transdermal adalah patch dengan perekat yang mengandung
senyawa obat,yang diletakkan di kulit untuk melepaskan zat aktif dalam dosis
spesifik melalui kulit menuju aliran darah. Merupakan cara penghantaran obat
secara topikal dalam bentuk patch atau semi solid yang dapat memberikan efek
1
sistemik yang terkontrol. Penghantar obat secara transdermal memiliki banyak
keuntungan di bandingkan dengan metode penghantar obat secara konvensional
seperti pemberian obat secara oral. Penghantaran transdermal
memberikan pelepasan obat yang terkontrol, menghindari metabolisme hepatik, m
enghindari pengaruh pencernaan, kemuduhan memberhentikan pemakaian, dan
durasi penghantar obat yang lama. Mekanisme penghantaran obat transdermal
adalah menghantarkan molekul obat melewati lapisan Stratum corneum dalam
kulit dengan berdifusi melalui lapisan lipid kulit.(Amjad,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transdermal patch?
2. Apa saja jenis-jenis transdermal patch?
3. Bagaimana mekanisme aksi transdermal patch?
4. Bagaimana pemberian transdermal patch?
5. Apa kesalahan umum dalam penggunaan transdermal patch?
6. Apa gejala setelah penggunaan transdermal patch?
7. Apa kontraindikasi transdermal patch?
8. Apa saja Langkah-langkah dalam peningkatan perawatan Kesehatan
penggunaan transdermal patch?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian transdermal patch.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis transdermal patch.
3. Untuk mengetahui mekanisme aksi transdermal patch.
4. Untuk mengetahui bagaimana pemberian transdermal patch.
5. Untuk mengetahui kesalahan umum dalam penggunaan transdermal
patch.
6. Untuk mengetahui gejala setelah penggunaan transdermal patch.
7. Untuk mengetahui kontraindikasi transdermal patch.
8. Untuk mengetahui Langkah-langkah dalam peningkatan perawatan
Kesehatan penggunaan transdermal patch.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar: transdermal patch
4
B. Jenis-jenis transdermal patch
Terdapat dua jenis utama sistem patch transdermal tergantung pada
bagaimana zat obat didispersikan ke dalam komponen patch lainnya:
1. Sistem matriks dengan pelepasan obat berdasarkan difusi zat obat.
Sistem matrik pada patch transdermal terdiri dari 2 komponen utama, yaitu
backing layer dan matrik. Pada sistem ini, obat di dalam eksipien seperti
polimer, plasticizer, permeation enhancer dan perekat diformulasikan menjadi
satu, yang kemudian dibiarkan mengering hingga membentuk matrik.
Selanjutnya, matrik ditempelkan pada backing layer. Keuntungan dari sistem
matrik yaitu akan membentuk suatu patch yang tipis sehingga nyaman untuk
digunakan.
5
C. Mekanisme Aksi Transdermal Patch
Sediaan transdermal patch merevolusi pasar adalah sediaan patch nikotin,
yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1991 sebagai pengobatan untuk
berhenti merokok. Sejak saat itu telah dikembangkan sejumlah patch yang
berbeda, termasuk patch testosteron untuk hipogonadisme pada pria dan patch
kombinasi estradiol dan norethindrone atau levonorgestrel untuk gejala
menopause dan produk patch lidokain dan fentanil HCl (Paudel, et.al. 2010).
Tantangan terbesar untuk keberhasilan pengiriman obat transdermal adalah
menyebarkan zat aktif melalui fungsi penghalang dari banyak lapisan kulit.
Lapisan terluar kulit, stratum korneum, adalah lapisan paling tebal yang
mengandung banyak lapisan korneosit yang mengandung banyak keratin. Selain
itu, stratum korneum terdiri dari dua daerah yang berbeda secara kimiawi yang
perlu diperhitungkan saat membuat obat transdermal patch. Ada daerah berair di
permukaan luar filamen keratin dan matriks lipid di antara filamen yang
dibutuhkan obat aktif untuk memiliki kemampuan berdifusi melalui keduanya
agar berhasil. Namun, ada kemajuan baru-baru ini dalam pengembangan metode
pengiriman tambahan untuk obat aktif melalui rute transdermal patch seperti
Microneedles patch adalah jarum yang sangat kecil dan tidak menyakitkan yang
berongga atau padat dan diisi dengan obat yang diinginkan. Microneedles
menembus stratum korneum tanpa menimbulkan sensasi nyeri. Keuntungan dari
metode ini adalah sifatnya yang tidak menyakitkan dan kemampuan untuk
menghantarkan senyawa yang memiliki berat molekul lebih tinggi (Khan S., and
Sharman T., 2023).
Stabilitas patch transdermal juga penting untuk mengantarkan obat secara
efektif. Pengemasan patch individu yang tepat sangat penting karena patch
mungkin mengandung pelarut yang mudah menguap atau zat higroskopis. Oleh
karena itu, setiap patch individu perlu disegel panas ke dalam kemasan
multilaminasi yang terdiri dari foil, kertas, dan bagian polietilen yang dapat
disegel panas. Hal ini membutuhkan langkah ekstra dalam proses pembuatannya,
dan menambah biaya ekstra, dibandingkan dengan kebanyakan tablet dan kapsul
yang dapat dikemas dengan mudah dalam botol multientry.
6
D. Administrasi pemberian patch transdermal
Pemberian patch transdermal harus mengikuti pemeriksaan fisik pasien
yang tepat dan pertimbangan komorbiditas terkait. Langkah-langkah berikut
adalah gambaran umum untuk pemberian patch transdermal:
Disinfektan dan pembersihan kulit yang tepat di tempat patch diterapkan
Penerapan patch di area yang diinginkan
Janji temu lanjutan untuk memastikan bahwa pasien tidak mengalami reaksi
kulit yang merugikan
Kepatuhan yang tepat terhadap pedoman patch transdermal untuk penggunaan
di masa mendatang
Pemberian patch transdermal bervariasi berdasarkan obat yang diberikan
melalui patch. Namun, langkah-langkah tertentu umumnya berlaku untuk semua
patch transdermal:
1. Pasien harus membersihkan dan mensterilkan area tempat patch akan
ditempelkan dengan air jernih, menepuk area tersebut hingga benar-benar
kering. Mereka harus menghindari penggunaan sabun, alkohol, losion, atau
minyak apa pun sebelum mengoleskan patch.
2. Mereka harus membuka kantong yang berisi patch dan mengeluarkannya dari
kantong. Kemudian kelupas kedua bagian lapisan pelindung dari bagian
belakang patch, berhati-hatilah agar tidak menyentuh sisi perekat patch.
3. Pasien kemudian harus segera menekan sisi perekat patch ke kulit mereka
dengan telapak tangan.
4. Pegang atau tekan patch dengan kuat selama minimal 30 detik, pastikan patch
menempel dengan baik pada kulit, terutama di bagian tepinya.
5. Jika patch tidak melekat dengan baik atau menjadi longgar setelah aplikasi,
mereka dapat menggunakan selotip pertolongan pertama untuk merekatkan
ujung-ujungnya ke kulit mereka. Jika patch masih gagal menempel dengan
baik pada kulit, mereka dapat mencoba menggunakan pembalut tembus
pandang tetapi tidak boleh menutupi patch dengan perban atau selotip jenis
lain.
7
6. Jika patch lepas sebelum saatnya melepasnya, pasien harus membuang patch
dengan benar dan memasang patch baru, mengikuti interval pemberian dosis
yang sama seperti patch asli. Dianjurkan untuk menghubungi kantor dokter
atau apoteker mereka dalam kasus seperti itu.
7. Setelah aplikasi patch berhasil, pasien harus segera mencuci tangan dengan
air.
8. Ketika saatnya mengganti patch, pasien akan melepaskan patch lama dan
memasang patch baru ke area kulit yang berbeda.
9. Setelah melepas patch, pasien harus melipatnya dengan sisi perekat menjadi
satu dan membuangnya dengan benar.
Pasien harus memilih situs yang berbeda untuk aplikasi berturut-turut
untuk menghindari iritasi kulit. Beberapa patch hanya dimaksudkan untuk dipakai
selama sebagian hari (misalnya, 12 jam), sedangkan patch lainnya dimaksudkan
untuk dipakai selama beberapa hari. Misalnya, patch fentanil dipakai selama 72
jam lalu dilepas dan dioleskan kembali.
Pasien perlu memahami bahwa patch yang dilepas masih mengandung
cukup obat untuk menimbulkan masalah jika mereka tidak membuangnya dengan
benar. Ini terutama benar jika anak-anak dapat menguasainya. Patch tidak boleh
digunakan jika rusak atau robek, karena hal ini dapat menyebabkan fenomena
"dosis dumping" di mana obat disalurkan lebih cepat dan dengan dosis yang lebih
besar dari yang dimaksudkan. Jika pasien memiliki pertanyaan tentang patch
transdermal mereka, mereka harus segera menghubungi dokter atau apoteker
mereka (Khan S., and Sharman T., 2023).
8
terkait perekatan yang buruk harus diminimalkan dengan memastikan
karakteristik perekatan yang dapat diterima dari lekatan patch. Daya rekat patch
harus diukur sebagai persentase area yang tetap melekat pada akhir dari interval
dosis. Untuk mengevaluasi daya rekat patch, pengaruh dari faktor eksternal
(misalnya panas, krim matahari) harus dipertimbangkan (CHMP, 2014). Jadi
sangat penting untuk melepas patch dengan hati-hati dan membuangnya sesuai
petunjuk yang diberikan. Sisa obat di patch dapat menimbulkan bahaya bagi anak-
anak yang mungkin menarik patch dari sampah, dan sisa obat ini juga merupakan
sumber yang sangat diinginkan dari zat yang dikendalikan untuk pecandu. Oleh
karena itu, pengembangan pompa dosis terukur atau sistem difusi aktif mungkin
sangat bermanfaat untuk membuat produk transdermal patch dengan penggunaan
obat yang lebih efisien dan profil keamanan/ penyalahgunaan yang lebih baik
(Paudel, et.al. 2010).
9
untuk formulasi (termasuk peningkat permeasi kulit dan eksipien), oklusi kulit,
durasi aplikasi patch, dan jenis patch yang digunakan. Selain itu, perekat dan
membran patch, pelarut, peningkat dan obat aktif semuanya telah terbukti
berkontribusi pada pengembangan reaksi alergi (Paudel, et.al. 2010).
10
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 menyatakan bahwa
pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu peran apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien sehingga apoteker harus
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta
mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah
farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-pharmacoeconomy). Ini juga
mencakup penguatan poin-poin konseling pasien untuk memastikan administrasi
yang tepat dan menghubungi penulis resep jika ternyata pasien tidak dapat
melakukan administrasi mandiri dengan benar. Untuk menghindari hal tersebut,
apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker harus
mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi
untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam melakukan praktik
tersebut, apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat,
melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk
melaksanakan semua kegiatan ini diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian.
Konseling merupakan bentuk komunikasi antara apoteker dengan pasien
untuk memberikan pengetahuan mengenai obat yang dikonsumsi dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya medication eror (pengobatan yang salah). Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien
dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling sediaan patch
bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan resiko obat yang
tidak diketahui (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety) (Fajarini
H., and Ludin A., 2020). Dengan koordinasi interprofessional dan berbagi
informasi selama perawatan pasien, pengobatan transdermal patch dapat secara
11
signifikan menguntungkan populasi pasien yang sesuai, menghasilkan kepatuhan
pengobatan yang lebih baik dan hasil yang lebih baik.
12
dilakukan untuk menghindari gangguan yang terjadi pada pemberian oral,
meningkatkan bioavailabilitas obat dan meningkatkan kenyamanan pasien. Sistem
penghantaran obat secara patch transdermal mampu menghantarkan obat ke
sistem aliran darah dengan efektif, tepat dosis dan dapat menghindari terjadinya
first pass effect, sehingga mengurangi toksisitas obat.
Hasil analisis keseluruhan studi, dapat disimpulkan bahwa untuk
menghantarkan obat melalui kulit, peningkat penetrasi memainkan peran penting.
Jadi untuk mengantarkan obat ke sirkulasi sistemik pada kecepatan yang telah
ditentukan oleh sistem terapi patch transdermal Ketoprofen, menggunakan
oleoresin alami sebagai peningkat penetrasi. Singkatnya, oleoresin seperti
oleoresin pala, oleo resin capsicum, oleoresin bawang putih, oleoresin ketumbar
menunjukkan daya tembus dan obat dengan fluks maksimum. Di antara oleoresin
ini capsaicin menunjukkan kinerja yang lebih baik sebagai peningkat penetrasi
(Gupta, A.M. et.al. 2007).
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Alkilani A.Z., Musleh B., Hamed R., Swellmeen L., and Basheer H.A., 2023,
Preparation and Characterization of Patch Loaded with Clarithromycin
Nanovesicles for Transdermal Drug Delivery, J. Funct. Biometer, Vol. 14,
No.2, https://doi.org/10.3390/jfb14020057
Committee for Medicinal Products for Human Use (CHMP), 2014, Guideline on
the pharmacokinetic and clinical evaluation of modified release dosage
forms, European Medicines Agency Science Medicines Health
Fajarini H., and Ludin A., 2020, Evaluasi Pelaksanaan Konseling di Apotek Etika
Farma Brebes berdasarkan PERMENKES RI Nomor 73 Tahun 2016, Jurnal
Sains dan Kesehatan, Jurnal Sains dan Kesehatan, Vol. 2, No. 4, e-ISSN:
2407-6082
Gupta A.M., Mundhada D.R., Yeole P.G., and Pande V.V., 2007, Studies of
Oleoresins As Penetration Enchancer for Transdermal Patch of Ketoprofen,
Asian Journal of Pharmaceutics, Vol. 1, No. 1
Khan S., and Sharman T., 2023, Transdermal Medications, Treasure Island:
StatPearls
Paudel K.S., Milewski M., Swadley C.L., Brogden N.K., Ghosh P., and
Stinchcomb A.L., 2010, Challenges and opportunities in dermal/transdermal
delivery. Therapeutic Delivery, Vol. 1, No. 1, 109–
131. doi:10.4155/tde.10.16
Yati K., and Pamungkas S.T., 2018, The Formulation of Carvedilol Transdermal
Patch With Resin Gum as Rate Control, Pharmaciana, Vol. 8, No. 1, ISSN:
2477 0256
15