Disusun oleh:
Rizki Fauzi Rahman, S. Ked
1102013254
Pembimbing:
dr. Suryo Wijoyo Sp.KF MH
Informasi mengenai usia, jenis kelamin, status perkawinan, keadaan hidup, tempat
dan waktu gantung, bahan pengikat dan tempat pengikat yang digunakan, riwayat
kecanduan alkohol dan kecanduan obat dikumpulkan. Serta faktor-faktor pencetus
yang memungkinkan untuk melakukan bunuh diri. Kami juga mengumpulkan
informasi mengenai penyakit sebelumnya dan pola pengobatan.
HASIL
Dari 65 kasus kematian akibat bunuh diri dengan cara gantung
diri diteliti:
52,3% adalah laki-laki dan 47,7% adalah perempuan.
Usia paling umum yang terlibat adalah 21-30 tahun, dari
38,5% kasus dan (84,7%) oleh orang-orang di bawah usia 40
tahun.
Mayoritas gantung diri oleh laki-laki berada pada kelompok
usia 31-40 tahun (21,6%) tetapi pada wanita 21-30 tahun
(24,6%)
Tabel 1. Distribusi kasus gantung diri berdasarkan
kelompok jenis kelamin dan usia
Tabel 2. Kasus gantung diri akibat status pernikahan
Bahan pengikat yang paling umum digunakan adalah bahan nilon (saree,
dupatta dan tali).
tempat pengikat adalah kipas langit-langit, balok dan kisi-kisi jendela.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh B.R. Sharma et al. (2008) dupatta
adalah bahan pengikat yang umum digunakan oleh wanita, sedangkan saree
digunakan oleh laki-laki.
Mudahnya ketersediaan material ini membuat pembatasan sangat sulit. Oleh
karena itu untuk mencegah bunuh diri dengan cara menggantung kita harus
mengidentifikasi berbagai faktor pencetus dan fokus pada pencegahannya.
Pada saat bunuh diri, mayoritas (92,3%) kasus, tinggal bersama keluarga mereka dan
tempat gantung adalah tempat tinggal mereka.
69% dari mereka sudah menikah dan hidup bersama, 6% bercerai atau berpisah.
Faktor pencetus utama dalam sebagian besar kasus adalah ketidakbahagiaan dalam
pernikahan (34%).
Persaingan kehidupan, meningkatnya aspirasi, ketidakstabilan keuangan, kurangnya
hubungan yang bermakna, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
antarpribadi adalah faktor utama yang berkontribusi.
Konflik yang berkaitan dengan pernikahan seperti pelecehan mahar (16,8%) yang
merupakan salah satu kejahatan sosial utama di negara kita juga memiliki peran
penting.
Dalam penelitian kami, sakit perut kronis, penyakit jantung, epilepsi, dan kanker
sering dikaitkan dengan gantung diri.
Hubungan dengan penyakit kejiwaan hanya 6,2%. Salah satunya adalah kasus
skizofrenia dan lainnya adalah kasus depresi kronis.
Ketidakmampuan untuk mengambil perawatan yang tepat karena masalah keuangan,
prognosis yang buruk, kekhawatiran akan kelemahan, takut menjadi beban bagi orang
yang dicintai adalah alasan untuk melakukan bunuh diri.
Di sini, dokter yang merawat, perawat, profesional perawatan kesehatan lain, dan
anggota keluarga harus memainkan peran penting. Mengidentifikasi pasien yang
depresi dan merawat mereka akan mencegah banyak bunuh diri.
Di antara 7 kasus gantung bunuh diri pada kelompok usia 11-20 tahun, dalam 4 kasus
(6,2%) faktor pencetusnya adalah kegagalan dalam ujian sekolah. Persaingan yang
tinggi di antara anak-anak sekolah, harapan yang tinggi dari orang tua dan guru,
ketidakmampuan untuk mencapai tujuan mereka adalah alasan utama untuk bunuh diri
tersebut. Berbeda dengan penelitian lain, kejadian gantung diri karena masalah
keuangan (7,7%), pengangguran (3,1%) dan infertilitas (3,1%) sangat sedikit.
KESIMPULAN
Tingginya insiden gantung bunuh diri di kalangan orang dewasa muda, terutama
perempuan dengan beban sosial ekonomi yang besar.
Keinginan untuk gantung diri dan mudahnya untuk mendapattkan bahan pengikat
dan tempat pengikat menyebabkan kesulitan dalam mencegah terjadinya insiden
menggantung diri.
Ketidakbahagiaan dalam perkawinan, masalah yang terkait dengan penyakit
organik dan pelecehan mas kawin adalah faktor penyebab utama gantung diri di
Chennai.
Anggota keluarga, teman, guru, profesional kesehatan, terutama psikiater harus
memainkan peran utama dalam pencegahan primer dan sekunder dari gantung diri.
Juga perubahan terkait praktik sosial dan persepsi di India akan mencegah
sebagian besar kasus bunuh diri.