Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis banyak terdapat di daerah urban pada lingkungan yang


penduduknya padat.
Indonesia termasuk kedalam tiga negara dengan jumlah kasus tuberkulosis
tertinggi di dunia.
Di Indonesia kasus TB paru telah didiagnosis pada kelompok usia <1 tahun
sebanyak 2%, kelompok usia 1 – 4 tahun sebanyak 4%, dan untuk kelompok
usia 5 – 14 tahun sebanyak 0.30%. Di DKI Jakarta kasus TB anak mencapai
angka 5.342 kasus
2

P.I.C.O
Analysis
RIWAYAT KONTAK DAN
STATUS GIZI BURUK DAPAT
MENINGKATKAN KEJADIAN 3

TUBERKULOSIS PADA ANAK

 Di Indonesia kasus TB paru telah didiagnosis


pada kelompok usia <1 tahun sebanyak 2%,
kelompok usia 1 – 4 tahun sebanyak 4%, dan
Problem untuk kelompok usia 5 – 14 tahun sebanyak
0.30%.
 Di DKI Jakarta kasus TB anak mencapai angka
5.342 kasus

• pengumpulan data diambil dari form TB.01 lalu


dilakukan home visit untuk melakukan skrining
dengan form TB.15 dan dilakukan observasi
langsung pada anak untuk melihat ada
tidaknya gejala klinis TB yang terjadi pada
anak.
Intervention • menghitung BB/U untuk anak usia 0 – 5 tahun
dan dengan IMT untuk anak usia 6 – 14 tahun.
• pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin,
TCM, atau rontgen.
RIWAYAT KONTAK DAN
STATUS GIZI BURUK DAPAT
MENINGKATKAN KEJADIAN 4

TUBERKULOSIS PADA ANAK

Tidak ada perbandingan

Comparison
• Diketahui anak yang memiliki gizi kurang
berisiko 18,5 kali tertular TB dibandingkan
dengan anak yang memiliki gizi normal dengan
95% CI (3,158 – 108,371).
• faktor resiko didapatkan nilai OR = 1,33 yang
artinya anak yang memiliki riwayat kontak
serumah memiliki resiko 1,33 kali lebih besar
untuk tertular TB dibandingkan dengan anak
yang memiliki riwayat kontak erat, dengan 95%
Outcome CI (0,95 – 1,639).
5

Journal
Review
RIWAYAT KONTAK DAN STATUS GIZI
BURUK DAPAT MENINGKATKAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA ANAk 6

KONTAK DAN STATUS GIZI BURUK dan


Topik MENINGKATKAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS anak
Sampel pada penelitian ini adalah anak dengan usia
0-14 tahun sebanyak 91
Populasi Studi

Lokasi Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, Puskesmas


Kecamatan Menteng, dan Puskesmas Kecamatan
Cakung.

Faktor Risiko  Sosioekonomi: sosioekonomi rendah,


kepadatan penduduk,kontak penderita tb
 Faktor anak: gizi buruk

6
RIWAYAT KONTAK DAN STATUS GIZI BURUK
DAPAT MENINGKATKAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA ANAk
7

Apakah kontak terhadap penderita tbc dan


Research gizi buruk meningkatkan tb anak?
Question
 Desain: potong lintang
Metode  Sampel: 91 sample usia 0-4 tahun
Penelitian  Non probability sampling dengan teknik
total sampling digunakan untuk
menentukan respondent
 instrumen yang digunakan adalah form
TB 01 dan form TB 15, Tabel Sistem
Skoring TB Anak, dan untuk status gizi
mengunakan berdasarkan BB/U untuk
anak kurang 5 tahun dan IMT/U untuk
usia 5-14 tahun. pemeriksaan
penunjang seperti uji tuberkulin, TCM,
atau rontgen.

 Analisis data: deskriptif analitif dengan uji


chi square, kepercayaan 95%
 Teknik analisis: SPSS

7
8

RIWAYAT KONTAK DAN STATUS GIZI BURUK


DAPAT MENINGKATKAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA ANAk

Hasil  Karakteristik sampel: mayoritas responden


dengan usia sekolah sebanyak 38 responden
(41,8%), sebagian besar jenis kelamin
perempuan yang berjumlah 49 responden
(53,8%). mayoritas riwayat kontak adalah
kontak serumah yang berjumlah 57 responden
(62,6%). mayoritas status gizi responden
adalah gizi normal yang berjumlah 84
responden (92,3%).

 Analisis bivariat: Dari hasil analisis faktor


resiko didapatkan nilai OR = 1,33 yang artinya
anak yang memiliki riwayat kontak serumah
memiliki resiko 1,33 kali lebih besar untuk
tertular TB
 Pada hasil analisis faktor resiko didapatkan
nilai OR= 18,5 yang artinya anak yang
memiliki gizi kurang berisiko 18,5 kali tertular
TB

8
RIWAYAT KONTAK DAN STATUS
GIZI BURUK DAPAT
MENINGKATKAN KEJADIAN 9
TUBERKULOSIS PADA ANAk

Kesimpulan tiga • Terdapat hubungan yang signifikan antara Riwayat Kontak dan status gizi dengan kejadian
jurnal tuberkulosis pada anak di wilayah puskesmas Jakarta Pusat dan Jakarta Timur

9
10

KEBIJAKAN
PEMERINTAH
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Peraturan yang ada berdasarkan Evidence based
11
(

JURNAL 1:

JURNAL 2:

JURNAL 3:
12

CRITICAL
APPRAISAL
    RIWAYAT KONTAK DAN STATUS GIZI BURUK DAPAT MENINGKATKAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA
ANAk

1 Apakah kriteria inklusi untuk  


sampel didefinisikan dengan jelas 13
Tidak
2. Apakah subyek penelitian dan Ya, subyek penelitian adalah
wilayah penelitian dijelaskan 91 respondent semua anak dengan usia 0 – 14 tahun yang
dengan detail memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa dan belum
mendapatkan PP INH yang tinggal wilayah Puskesmas
Kecamatan Sawah Besar, Puskesmas Kecamatan Menteng, dan
Puskesmas Kecamatan Cakung.

3.  Apakah data penelitian diambil Ya, penelitian dilakukan dengan metode cross sectional dengan
secara valid dengan metode yang data diperoleh dari instrumen yang digunakan adalah form TB 01
sesuai. dan form TB 15, Tabel Sistem Skoring TB Anak, dan untuk status
gizi mengunakan berdasarkan BB/U untuk anak kurang 5 tahun
dan IMT/U untuk usia 5-14 tahun. pemeriksaan penunjang
seperti uji tuberkulin, TCM, atau rontgen.

 
5. Apakah digunakan kriteria outcome Ya
yang obyektif dan tidak terbias.
6. Apakah ditemukan adanya faktor Tidak
perancu
7.   Apakah ada strategi yang Tidak
dilakukan untuk menyelesaikan
faktor perancu yang ada?
8. Apakah hasil diukur secara valid Ya, analisis data dengan SPSS
dan andal?
9. Apakah analisis yang digunakan Deskriptif analitif dengan uji chi square, kepercayaan 95%
dalam studi sudah sesuai dan
dijelaskan dengan jelas
JURNAL 3 14

No. Skrinning questions Yes No Can’t tell


1. Did the trial address a clearly focused issue? 
2. Was the assignment of patients to treatments randomized? 
3. Were all of the patients who entered the trial properly accounted for 
at its conclusion?
4. Were patients, health workers and study personnel ‘blind’ to 
treatment?

5. Were the groups similar at the start of the trial? 

6. Aside from the experimental intervention were the groups treated 


equally?

7 How large was the treatment effect? Treatment effect was large, the outcome was specified

8. How precise was the estimate of the treatment effect?

9. Can the results be applied in your context? (or to the local 


population?)
10. Were all clinically important outcomes considered? 
11. Are the benefits worth the harms and costs? 
15

KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan No 15 tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan

2. Riaz M, Aslam N, Zainab R, Aziz-Ur-Rehman, Rasool G, Ullah MI, Daniyal M, Akram M. Prevalence, risk factors,
challenges, and the currently available diagnostic tools for the determination of helminths infections in human.
European Journal of Inflammation. 2020 Sep;18:2058739220959915.

Anda mungkin juga menyukai