Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN KASUS INTUBASI

Polip Nasi Sinistra


Identitas
Nama : Ny L

Tanggal Lahir : 28 Agustus 2020

Jenis Kelamin : Perempuan

No CM : 175433

Alamat : Rawa Badung

Status Perkawinan : Belum Menikah


Anamnesis

Keluhan Utama Keluhan Tambahan RPS

Terdapat benjolan (polip) Merasa mengganjal pada Terdapat benjolan pada hidung kiri yang
pada hidung kiri sejak 1 tahun hidung disertai hidung membesar sejak 1 tahun yang lalu dengan
yang lalu mampat nyeri skala 2. Pasien memiliki alergi dingin
dan debi. Pasien juga memiliki riwayat
asma terakhir kambuh saat SMP / 10 tahun
yang lalu. Tatalaksana dengan inhaler.
Pasien tidak ada batuk pilek, demam, mual
dan muntah disangkal.
RPD Riw. Alergi Riw. Pengobatan

Dingin, debu, alergi obat Penggunaan Inhaler untuk


Tidak ada
cefazoline asma
RPK Riw. Kebiasaan Sosial Ekonomi

Riwayat merokok, alkohol,


Tidak ada obat tidur, narkoba dan Tidak ada data
olahraga disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status
Generalis
Tanda Vital
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : CM, TD : 105/72 mmHg
Akral hangat Nadi : 80 x/ menit
Suhu: 36
Respirasi : 20 x/menit
Saturasi : 97%
BB : 58 kg
Status Generalis

Kepala : Normosefali, deformitas (-)


Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat (-) Polip (+)
Hidung : cavum nasi sempit, sekret (+), massa (+) menutupi seluruh cavum nasi dextra dan
sebagian cavum nasi sinistra, deviasi septum (+)
Mulut
• Tonsil : T1 - T1
• Gigi : Karies, gigi goyang dan pemakaian protesa (-)
• Ketika membuka mulut sebesar mungkin, lebarnya selebar tiga jari
• Mallampati I
Leher
• KGB tidak teraba, Treakea teraba intak di tengah, tidak ada massa sekitar leher, Ektensi leher
sempurna tanpa tahanan.
• Jarak dari Mental – Os. Hyoid tiga jari, Jarak dari bawah mulut – tulang rawan tiroid dua jari
Status Generalis

Thorax
Jantung
• Inspeksi iktus cordis (-)
• Palpasi iktus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra
• Perkusi Batas jantung tidak melebar
• Auskultasi S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru
• Inspeksi Simetris saat inspirasi-ekspirasi
• Palpasi Taktil fremitus kedua lapang paru simetris
• Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi Suara nafas vesikular, Rhonki: -/-, Wheezing: -/-
Status Generalis
Abdomen :
• Inspeksi Datar
• Auskultasi Bising usus (+) normal
• Perkusi Timpani pada di seluruh regio abdomen
• Palpasi Supel, turgor baik Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan tanggal 22 Oktober 2021
JENIS HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN JENIS HASIL SATUAN NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi Hitung Jenis:
Lengkap

● Basofil 0 % 0-1
Leukosit (WBC) 8.3 ribu/µL 4.5 - 12.5

● Eosinofil 3 % 2-4
Eritrosit (RBC) 4.0 juta/µL 3.8 - 5.2
● Netrofil 0 % 3-5
Hemoglobin (HGB) 11.3 g/dL 12.8 - 16.8 Batang

Hematokrit (HCT) 34 % 35 - 47 ● Netrofil 69 % 50 - 70


Segmen
Trombosit (PLT) 292 ribu/µL 154 - 386
● Limfosit 21 % 25 - 40
LED 20 mm/jam 0 - 30
● Monosit 7 % 2-8
MCV 85.9 fL 80 - 100
NLR 3.29
MCH 28.4 pg 26 - 34

MCHC 33.0 g/dL 32 - 36 Limfosit total 1743 /ul 1250 - 4000

RDW 11.8 % <14


JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT

Glukosa Darah Sewaktu 85 mg/dL 70 - 110

FAAL HEMOSTASIS

Protrombin Time (PT)

● Kontrol 14.30 detik

● Pasien 13.7 detik 12 - 17

Masa Tromboplastin (APTT)

● Kontrol 33.2 detik

● Pasien 32.4 detik 20 - 40


JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS C

Anti HCV Non Reaktif Non Reaktif

IMUNOSEROLOGI
TIROID

Free T4 13.48 pmol/L 10.6 - 19.4

TSH 0.99 µiU/mL Euthyroid: 0.25 - 5


uIU/mL
Hypertyroid: <0.15
uIU/mL
Hypotyroid: >7 uIU/mL

MIKROBIOLOGI

Swab PCR SARS COV-2 Negatif Negatif


Pemeriksaan Laboratorium JENIS
PEMERIKSAAN
HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN

Pemeriksaan tanggal 28 Oktober 2021 HEMATOLOGI


Hematologi Rutin 2

Leukosit (WBC) 11.2 ribu/µL 4.5 - 12.5

Eritrosit (RBC) 4.0 juta/µL 3.8 - 5.2

Hemoglobin (HGB) 11.4 g/dL 12.8 - 16.8

Hematokrit (HCT) 34 % 35 - 47

Trombosit (PLT) 325 ribu/µL 154 - 386

MCV 84.4 fL 80 - 100

MCH 28.3 pg 26 - 34

MCHC 33.5 g/dL 32 - 36

RDW 11.9 % <14

Imunoserologi
Hepatitis C

Anti HCV Non Reaktif


Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan MSCT Sinus Paranasal Pemeriksaan CT SCAN Sinus
Paranasal tanpa kontras intravena
● Sinus maxillaris sinistra
● Deviasi Septum Nasi ● Padat berlobulasi di sinus maksila kiri
dengan perluasan mencapai kavum
Pemeriksaan Thorax AP nasi hingga rongga nasofaring dan
terlihat destruksi tulang-tulang,
● Infiltrat di kedua paru sugestif polip antrokoanal.
Diagnosa
Polip Nasi Sinistra
Diagnosis Pre OP

Polip Cavum Nasi Sinistra

ASA → 2
Mallampati → 1
Tatalaksana

Polipektomi (ekstipasi) + FESS


Persiapan Pra Anestesi

01 02

03 05
Persiapan Operatif

● Memastikan identitas pasien sudah lengkap dan benar


● Diagnosa pre-op : Polip Nasi sinistra

01 02
Tindakan operasi : Polipektomi (Ektipasi) + FESS
● Lembar informed consent dan lembar pemeriksaan pre anestesi
● Site marking ada
● IV line terpasang pada tangan kiri dengan infus RF 500 mL
● Persiapan obat dan alat anestesi umum
● Persiapan monitor, saturasi oksigen, tekanan darah, nadi, dan EKG
● Persiapan obat premedikasi, induksi, pemeliharaan, pelumpuh otot, dan
03 penawar pelumpuh otot
05
Persiapan Operatif
Intraoperatif ● Medikasi :
- Fentanyl 150 mcg iv
● Diagnosa Pre Op : Polip Nasi sinistra
- Midazolam 2 mg iv
● Jenis Anestesi : Anestesi Umum dengan Intubasi
- Propofol 130 mg iv
Endotrakeal
- Esmeron 30 mg iv
● Jenis Operasi : Polipektomi (ektipasi) + FESS
- PCT 1 g iv
● Lama Anestesi : 110 menit
- Dexamethason 10 mg iv
● Lama Operasi : 90 menit
● Jumlah Cairan : RF 500 ml IV
● Posisi : Terlentang
● Keadaan Post Op
● Akses Intravena : Tangan Kiri
Tekanan Darah : 100/63 mmHg
Nadi : 97x/menit
SpO2 : 100%
Tindakan Anestesi
Pasien diposisikan tidur terlentang kemudian dipasangkan monitor
tekanan darah, saturasi, dan EKG

Preoksigenasi

Pramedikasi : Fentanyl 50 mcg iv, Midazolam 2 mg iv

Induksi : Propofol 130mg iv

Pemeliharaan : Esmeron 30 mg iv, Dexamethason 10 mg iv, Fentanyl


50 mcg iv, Fentanyl 50 mcg iv, Paracetamol 1gr iv

Intubasi ETT
Monitoring

• Anestesi napas kendali menggunakan inhalasi O2 : Sevofluran  2 : 2


• Ventilator disetting dengan O2 2 liter dengan sevoflurane 2%\
• Monitoring tekanan darah dalam batas normal
• Pemberian RF 500 ml iv pada pukul 09.35
• Pasien mengalami perdarahan 20 ml selama operasi berlangsung
• Pada post op
TD : 115/75 mmHg
Nadi : 105 x/menit
SpO2: 99%
Post Operatif

Operasi berakhir pada pukul 11.00 WIB tanggal 29 Agustus 2021.

Diagnosa Polip Nasi Sinistra. Setelah pembedahan selesai, pasien

dipindahkan dari ruang operasi ke ruang pemulihan yang dipantau

selama 1 jam. Pemantauan meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan.

Pada skor Aldrette didapatkan nilai 10, sehingga pasien dapat

dipindahkan dari ruang pemulihan ke ruang rawat inap.


Skor Aldrette TD Pra Anestesi : 105/82 mmHg
Gerakan Mampu menggerakan 4 ekstremitas
Skor Skor Akhir
2
Mampu menggerakan 2 ekstremitas
Tidak mampu menggerakan ekstremitas
Respirasi Mampu bernapas dalam dan batuk 2
Dispneu, napas dangkal, atau terbatas
Apneu
Tekanan Darah TD +/- 20 mmHg dari nilai pra anestesi 2
01 02
TD +/- 20-25 mmHg dari nilai praanestesi
TD +/>50 mmHg dari nilai pra anestesi
Kesadaran Sadar baik dan orientasi baik 2
Sadar setelah dipanggil
Tidak ada tanggapan terhadap rangsang
Saturasi Oksigen Mampu mempertahankan SPO2 >92% 2
dengan udara kamar

03 Memerlukan inhalasi 02 05
untukmempertahankan SP02 >90%
SPO2 <90% meski dengan suplemen 02
Diagnosa Post-op
Polip cavum nasi sinistra

Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI UMUM

Anestesi umum → suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh

hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia.

TRIAS ANESTESIA

1. Hipnotika

2. Anestesia

3. Relaksasi
LANGKAH- LANGKAH ANESTESI UMUM
1. Pasien disiapkan sesuai dengan pedoman evaluasi pra anestesia
2. Pasang alat bantu yang dibutuhkan (monitor EKG, tekanan darah, saturasi oksigen)
3. Siapkan alat-alat, obat anestesia dan obat resusitasi
4. Siapkan alat bantu napas manual atau alat bantu napas mekanik. Siapkan mesin anestesia dan sistem
sirkuitnya, serta gas anestesia yang dipergunakan
5. Induksi dapat dilakukan dengan obat anestesi intravena atau inhalasi
6. Pengelolaan jalan napas sesuai dengan pedoman (lakukan intubasi dan pasang pipa endotrakeal)
7. Rumatan anestesi dapat menggunakan obat-obat yang dibutuhkan sesuai trias anestesi antara lain obat
pelumpuh otot, obat analgetik opioid, obat hipnotik sedatif, obat anestesia inhalasi sesuai kebutuhan.
8. Pernapasan pasien dikendalikan secara mekanik atau dengan bantuan tangan (manual), berikan oksigen
sesuai dengan kebutuhan
9. Pantau tanda vital secara kontinu dan periksa analisis gas darah bila ada indikasi
10. Selesai operasi, pemberian obat-obatan anestesi dihentikan
11. Pengakhiran anestesi yang menggunakan obat pelumpuh otot diberikan obat penawar pelumpuh otot
(neostigmin dikombinasikan dengan atropin)
12. Setelah kelumpuhan otot pulih dan pasien mampu bernapas spontan, dilakukan ekstubasi pipa endotrakeal.
13. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan dilakukan bila ventilasi-oksigenasi adekuat dan
hemodinamik stabil
14. Pemantauan pra dan intra anestesia dicatat/didokumentasikan dalam rekam medik
Airway Management
Oropharyngeal airway (OPA)

Triple Airway Maneuver


(Head tilt - Chin lift - Jaw Thrust)

Nasopharyngeal airway (NPA)


Laryngeal Mask Airway
INTUBASI

Intubasi endotrakea → suatu tindakan membebaskan atau mempertahankan jalan napas serta untuk

memberikan bantuan ventilasi mekanik dengan memasukkan suatu tube yang disebut endotracheal

tube ke dalam jalan napas melalui mulut (orotracheal tube) atau hidung (nasotracheal tube) menuju ke

dalam trachea.
JENIS INTUBASI

Endotracheal Nasotracheal
Tube Tube
TEKNIK INTUBASI

1. Periksa keadaan dalam keadaan steril


2. Periksa semua komponen alat untuk menilai apakah ada yang cacat
3. Periksa lubang pada tube, tidak ada benda yang menyebabkan sumbatan airway
4. Periksa bahwa ventilasi dan oksigenasi yang adekuat sedang berjalan dan alat suction
tersedia untuk antisipasi kalau pasien muntah
5. Kembangkan balon endotracheal tube untuk memastikan tidak ada kebocoran,
kempeskan kembali balon
6. Pasang blade pada handle laringoskop dan periksa lampu menyala terang
7. Periksa airway apakah mudah untuk dilakukan intubasi
8. Arahkan asisten untuk melakukan imobilisasi manual pada kepala dan leher.
TEKNIK INTUBASI

9. Pegang laringoskop dengan tangan kiri


10. Masukkan laringkoskop pada mulut sisi kanan pasien, geser lidah ke kiri
11. Epiglotis akan terlihat dan kemudian pita suara. Manipulasi trakea dari luar dengan
menekan ke belakang, ke atas, dan ke kanan.
12. Masukkan ETT pelan-pelan tanpa menekan gigi dan mulut.
13. Kembangkan balon secukupnya.
14. Lakukan ventilasi bag to tube untuk memeriksa posisi ETT.
15. Periksa secara visual gerakan chest valva (bag valve) pada ventilasi.
16. Lakukan auskultasi dada dan abdomen dengan stetoskop untuk meyakinkan posisi tube.
17. Pasang detektor CO2
INDIKASI INTUBASI

● Kegagalan pernafasan (hipoksia atau hiperkapnia)


● Apnea
● Penurunan kesadaran (GCS <8 atau GCS =8)
● Perubahan status mental yang cepat
● Airway injury
● Risiko aspirasi dan regurgitasi tinggi
● Trauma penetrasi pada leher, abdomen atau dada
KONTRAINDIKASI INTUBASI

● Pasien yang status pernapasannya mungkin membaik dengan metode yang kurang
invasif.
● Trauma orofasial atau deformitas wajah dan saluran napas bagian atas.
● Pasien dengan cedera tulang belakang.
KOMPLIKASI INTUBASI

Selama Intubasi
Setelah Intubasi
● Trauma gigi geligi
● Laserasi bibir, gusi, laring ● Spasme laring
● Merangsang saraf simpatis (hipertensi-takikardi) ● Aspirasi
● Intubasi bronkus ● Gangguan fonasi
● Intubasi esofagus ● Edema glotis-subglotis
● Aspirasi ● Infeksi laring, faring, trakea
● Spasme bronkus
SULIT LARINGOSKOPI DAN INTUBASI

LEMON

Look externally

Evaluate 3-3-2

Mallampati

Obstruction

Neck Mobility
SULIT VENTILASI DENGAN SUNGKUP WAJAH
MONAS

● Mask seal → Anatomi wajah normal, tidak ada rambut pada wajah, sekret,
darah, muntahan, fraktur, mikrognatia, ukuran sungkup yang sesuai, kemampuan
membuat segel antara hidung dan wajah
● Obesity/obstruction → IMT >26 kg/m2, kehamilan trimester 3, obstruksi jalan
napas
● Age → >55 tahun
● No teeth → tidak ada penyokong sungkup wajah → sulit membuat segel
● Stiff → kekakuan pada leher menyebabkan sulit ventilasi
Sulit Pemasangan Alat Ekstraglotik

RODS
● Reduced mouth opening (bukaan mulut terbatas)

● Obstruction (obstruksi pada jalan napas di level glotis atau di bawahnya)

● Distorted airway (anatomi jalan napas yang abnormal)

● Stiff neck or lungs (terbatasnya kemampuan pergerakan leher dan


pengembangan paru)
EKTUBASI

● Anestesi ringan → pasien bereaksi terhadap tindakan suction (menahan napas/batuk)


● Anestesi dalam → tidak ada reaksi terhadap tindakan suction
● Syarat ekstubasi → pulih dari efek pelumpuh otot
● Gerakan membuka mata atau gerakan bertujuan menandakan pasien sudah cukup
terjaga untuk ekstubasi
Monitoring Pasien

Standar pemantauan anestesi intra operatif

Standar I → Tenaga anestesia yang berkualifikasi harus berada di dalam


kamar bedah selama pemberian anestesia/analgesia

Standar II → Selama pemberian anestesia/analgesia, jalan nafas,


oksigenasi, ventilasi, dan sirkulasi pasien harus dievaluasi secara
teratur dan sering bahkan pada kasus-kasus tertentu dilakukan secara
kontinu.
Oksigenasi

Metode pemantauan oksigenasi :

Pengukuran gas inspirasi

Pemantauan kadar oksigen darah

Pulse oximeter → metode pengukuran non-invasif secara kontinu untuk mengukur


tingkat oksigen

Oxymeter harus dipasang pada semua pemberian anestesi, tidak ada kontraindikasi
Ventilasi

Efisiensi ventilasi dipantau dengan penilaian dari 02 dan CO2 di arteri

Metode :

1. Penilaian klinis kuantitatif ( gerakan dada, observasi reservoir bag, dan auskultasi dari suara nafas

2. Verifikasi posisi ETT yang tepat serta identifikai C02 pada udara ekspirasi

3. Jika menggunakan ventilator mekanik, mesin mendeteksi adanya diskoneksi komponen-komponen sirkuit

pernapasan

4. Pemantauan kualitatif pada anestesi regional dan lokal


Sirkulasi

Metode pemantauan

1. EKG

2. Evaluasi tekanan darah serta denyut jantung berkala setiap 5 menit

3. Fungsi sirkuasi
a. Palpasi denyut nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan dan penelusuran tekanan intraarterial,
pemantauan USG denyut perifer, pulse plethysmography atau oksimetri
Sirkulasi

Indikasi tekanan darah non invasif


Metode auskultasi, Palpasi,Doppler, Oscilometri
Suhu

Pada keadaan hipotermia atau hipertermia dapat menyebabkan morbiditas dan


mortalitas

Pengukuran suhu dapat diukur pada nasofaring, esofagus distal, trakea, kandung kemih,
saluran telinga, rektum, atau kateter arteri pulmonal

Pemantauan suhu tubuh harus dilakukan selama prosedur anestesi berlangsung


Output Urine

Kateterisasi kandung kemih


Tidak dilakukan pada pasien risiko tinggi infeksi
Pemantauan dilakukan pada prosedur yang menyebabkan :
1. Perubahan keseimbangan cairan tubuh
2. Prosedur operasi dengan durasi panjang
3. Pemberian diuretik sebelumnya
Derajat Kesadaran

Level kesadaran dapat dinilai dengan melihat refleks kedip, menelan, dan pengucapan kata-kata.

Sementara jika pasien menjalani operasi dengan anestesia regional seperti spinal atau epidural,

harus dinilai ketinggian penurunan level blok anestesi. Jangan mendudukkan pasien terlalu cepat

karena akan menimbulkan hipotensi postural.


Maintenance Anestesi

Balanced anesthesia yaitu konsep kesimbangan agen dan teknik


anestesi untuk mencapai analgesia, amnesia, dan relaksasi otot.
Kombinasi agen dan teknik anestesi seperti premedikasi, anestesi
regional, dan anestesi umum dengan satu atau lebih agen untuk
mencapai trias anestesi
Maintenance Anestesi

Oksigen selalu diberikan pada anestesi umum baik napas spontan atau
ventilasi mekanik
Beberapa kondisi dapat membuat oxygen delivery atau oxygen
consumption tidak efisien misalnya pemberian anestetik dan opioid
Pemeliharaan anestesi dengan anestetik inhalasi dan anestetik intravena
Pemilihan Anestesi ( Inhalasi)

Cara pemberian anestesi umum dimana obat masuk ke sirkulasi otak melalui sisitem pernafasan

Oksigen selalu diberikan pada anestesi umum baik napas spontan atau ventilasi mekanik

Beberapa kondisi dapat membuat oxygen delivery atau oxygen consumption tidak efisien misalnya pemberian anestetik dan opioid

Tekanan parsial pada obat anestesi di otak sangat memperngaruhi kedalaman dan kembalinya kesadaran seseorang

Pemeliharaan anestesi dapat dilakukan dengan anestetik inhalasi dan anestetik intravena

N2O harus diberikan bersama o2


Pemilihan Anestesi ( Intravena )
Jenis anestesi intravena yaitu barbiturat, opioid, benzodiazepin, dan tiopental

Propofol dianggap paling menguntungkan sehingga banyak digunakan untuk


TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

Keuntungan kombinasi propofol dan opioid


● Memberikan anestesi awitan cepat dan durasi singkat
● Mengurangi delirium dan agitasi
● Mengurangi kejadian PONV
● Mengurangi polusi udara kamar operasi dan lingkungan
Pemeliharaan Anestesi ( IV)

Pemeliharaan obat anestesi intravena dapat dipermudah dengan TCI


(Target Controlled Infusion)
TCI dapat mempermudah karena mampu menjalankan perhitungan
farmakokinetika polieksponensial kompleks dan menyesuaikan laju
infus untuk mencapai konsentrasi obat dalam plasma yang akurat
PACU

Ruangan tempat pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja

menjalani operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil.

Periode postanesthesia memberikan pemantauan transisi dari periode intraoperatif atau

prosedur untuk menilai dan mengelola hemodinamik pasien, analgesik dan kesiapan

umum untuk pemulihan yang cepat dan optimal


FASILITAS PACU

● Alat yang disediakan di PACU mirip di ICU

● PACU terdiri dari komponen


○ Aman
○ Ergonomik
○ Nyaman bagi pasien dan tenaga medis
Permasalahan di PACU
Permasalahan di PACU

Sistem Respirasi

Obstruksi jalan napas atas ditandai adanya stridor, relaksasi otot inspirasi, serta gerakan paradoksal dinding
dada.

Invervensi dengan stimulasi pasien, reposisi, menyedot sekret, jaw thrust, insersi oral/nasal airway, aplikasi
ventilasi tekanan positif.

Hipoksemia : Penyebab tersering yaitu Atelektasis dan hipoventilasi alveolar

Hipoventilasi : Disebabkan oleh turunnya drive respirasi, insufisiensi otot pernapasan atau masalah mekanik
seperti obstruksi jalan napas.
Permasalahan di PACU
Sistem Kardiovaskular

Hipotensi : Tanda klinis hipovolemia adalah takikardi, urine output <1ml/kg, dan CRT>3 detik.
Hipovolemidapat diatasi dengan kristaloid atau albumin.

Hipotensi ringan dari anestesi umum biasanya tidak memerlukan perawatan intensif. Hipotensi
signifikan dedifinisikan sebagai penurunan tekanan darah 20-30% di bawah baseline dan
memerlukan koreksi. Pada hipotensi berat, pasien memerlukan vasopresor atau inotrop.

Hipertensi : Hipertensi ringan umumnya tidak perlu pengobatan. Peningkatan tekanan darah
lebih dari 20-30% dari baseline harus diobati bisa dengan labetalol intravena, inhibitor enzim
pengubah angiotensin (enapril), atau calcium channel blocker (nikardipin).

Disritmia : sering disebabkan oleh Hipokalemia, hipomagnesemia, tonus simpatis yang


meningkat, atau miokardial iskemia
Perdarahan
Jenis :

1. Hemorrhagi Primer : terjadi pada waktu pembedahan

2. Hemorrhagi Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke

tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang

tidak terikat

3. Hemorrhagi Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh darah

tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Retensi urine

Paling sering terjadi setelah pembedahan pada

rektum, anus dan vagina.

Delirium

Penurunan kesadaran dapat terjadi karena

toksik, traumatik atau putus alkohol


Permasalahan di PACU
Hipotermia dan Menggigil
Menggigil dapat terjadi selama atau setelah emergence post anestesi umum

Jika terjadi hipotermia ->forced-air warming device atau pemanasan lampu atau selimut pemanas.
Dosis kecil meperidin 10-25mg IV dapat menghentikan menggigil.

Nyeri
Nyeri pascabedah ringan hingga sedang : oral dengan ibuprofen, asetaminofen, hidrokodon, atau
oxycodone.

Nyeri pascabedah sedang sampai berat : opioid oral atau parenteral. Opioid intravena dapat diberikan
untuk durasi panjang seperti hydromorphone 0,25-0,5 mg atau morfin 2-4mg.

Pemberian NSAID, asetaminofen, dan gabapentin oral praoperasi dapat secara signifikan mengurangi
kebutuhan opioid pascabedah.
Kriteria pasien keluar dari PACU
MANAJEMEN CAIRAN OPERATIF

● Terapi cairan parenteral diperlukan untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan sesudah

pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi dan mengganti cairan pindah ke third space

(rongga peritoneum, ke luar tubuh)

● Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) → rule 4:2:1 atau rule 100-50-20
Rule 100/50/10

1. 100 ml/kg untuk 10 kg pertama


2. 50 ml/kg untuk 10 kg kedua
3. 20 ml/kg untuk setiap kg
Perbedaan cairan kristaloid dan Koloid
Transfusi Darah
Transfusi darah umumnya >50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk menaikkan
kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular.

1. Perdarahan akut sampai Hb <8 gr% atau Ht <30%


2. Bedah mayor kehilangan darah >20% volume darah

Dosis dan cara pemberian :


•Pada saat kehilangan darah akut, secepat mungkin yang masih dapat ditoleransi.
•Pada kondisi lain, diberikan dalam 2 – 4 jam. 10 ml/KgBB akan meningkatkan Ht 5% dan mendukung
volume.
Komposisi

•Kandungan : sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma.


•1 unit → 250 ml, 350 ml, 450 ml
•WB segar → 48 jam, WB baru -> <6 hari, WB simpan -> 6- 35 hari
Indikasi

•Pasien dg gejala kekurangan oxygen carrying capacity / hipoksia jaringan,


misal :
-Hipoksia
-Pasien Gagal ginjal
-Anemia kronis e.c keganasan (anemia yg tdk terkoreksi dg terapi
medikamentosa)
-Kelainan jantung
-Transfusi pengganti misal pada bayi penyakit hemolitik, dan thalasemia
Analgetik Post Op
Morfin Petidin Fentanyl
Morfin dapat diberikan secara sub
kutan, intra muskular, intra vena, dosis 20-25 mg iv 100 kali morfin
epidural dan intra tekal
pada dewasa Sediaan fentanil terdalam
Dosis nyeri sedang :0,1-0,2 mg/kgBB SC,
Lama kerja petidin bentuk cakram
IM diulang tiap 4 jam.
lebih pendek transdermal (2,5 mg, 5 mg,
Nyeri hebat :1-2 mg IV diulang
sesuai kebutuhan.
daripada morfin
7,5 mg, dan 10 mg), patch
Untuk megurangi nyeri dewasa paska
bedah dan nyeri persalinan : 2-4 mg (25,50,75, atau 100 mcg
epidural atau 0,05-0,2 mg intra tekal,
diulang antara 6-12 jam. dalam waktu 72 jam), dan
Sediaan : tablet (10 mg) dan injeksi (ampul
10 mg/ml). injeksi (dalam ampul 0,05

mg/ml).
Anestesi Lokal
Daftar Pustaka
● Rehatta NM, at al. Anestesiologi dan Terapi Intensif Buku Teks KATI PERDATIN. 2019.
● Avva U, Lata JM, Kiel J. Airway Management. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470403/
● Butterworth IV JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 6ed. New York: McGraw-Hill; 20181
● Alvarado AC, Panakos P. Endotracheal Tube Intubation Techniques. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560730/
● Butterworth IV JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 6ed. New York: McGraw-Hill; 2018.p 334
● Watanabe S, Hasegawa Y, Matsushima M, Kawabe T, Shikida M. Micromachined Tube Type Thermal Flow
Sensor for Adult-Sized Tracheal Intubation Tube. Proceedings. 2017;1(357):1–5.
● Lee B, Park WK, Yun SY, Kang S, Kim HJ. Insertion depth of nasotracheal tubes sized to fit the nostril: an
observational study. J Int Med Res. 2019;47(1):235–43.
● Kbany Z. Ketepatan intubasi emergency oral endotracheal. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2008 Aug
1;8(2):87-96.
● Latief S, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. FKUI; 2015.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai