No CM : 175433
Terdapat benjolan (polip) Merasa mengganjal pada Terdapat benjolan pada hidung kiri yang
pada hidung kiri sejak 1 tahun hidung disertai hidung membesar sejak 1 tahun yang lalu dengan
yang lalu mampat nyeri skala 2. Pasien memiliki alergi dingin
dan debi. Pasien juga memiliki riwayat
asma terakhir kambuh saat SMP / 10 tahun
yang lalu. Tatalaksana dengan inhaler.
Pasien tidak ada batuk pilek, demam, mual
dan muntah disangkal.
RPD Riw. Alergi Riw. Pengobatan
Thorax
Jantung
• Inspeksi iktus cordis (-)
• Palpasi iktus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra
• Perkusi Batas jantung tidak melebar
• Auskultasi S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
• Inspeksi Simetris saat inspirasi-ekspirasi
• Palpasi Taktil fremitus kedua lapang paru simetris
• Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi Suara nafas vesikular, Rhonki: -/-, Wheezing: -/-
Status Generalis
Abdomen :
• Inspeksi Datar
• Auskultasi Bising usus (+) normal
• Perkusi Timpani pada di seluruh regio abdomen
• Palpasi Supel, turgor baik Ekstremitas: Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan tanggal 22 Oktober 2021
JENIS HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN JENIS HASIL SATUAN NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi Hitung Jenis:
Lengkap
● Basofil 0 % 0-1
Leukosit (WBC) 8.3 ribu/µL 4.5 - 12.5
● Eosinofil 3 % 2-4
Eritrosit (RBC) 4.0 juta/µL 3.8 - 5.2
● Netrofil 0 % 3-5
Hemoglobin (HGB) 11.3 g/dL 12.8 - 16.8 Batang
KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT
FAAL HEMOSTASIS
IMUNOSEROLOGI
HEPATITIS C
IMUNOSEROLOGI
TIROID
MIKROBIOLOGI
Hematokrit (HCT) 34 % 35 - 47
MCH 28.3 pg 26 - 34
Imunoserologi
Hepatitis C
ASA → 2
Mallampati → 1
Tatalaksana
01 02
03 05
Persiapan Operatif
Preoksigenasi
Intubasi ETT
Monitoring
03 Memerlukan inhalasi 02 05
untukmempertahankan SP02 >90%
SPO2 <90% meski dengan suplemen 02
Diagnosa Post-op
Polip cavum nasi sinistra
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI UMUM
Anestesi umum → suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
TRIAS ANESTESIA
1. Hipnotika
2. Anestesia
3. Relaksasi
LANGKAH- LANGKAH ANESTESI UMUM
1. Pasien disiapkan sesuai dengan pedoman evaluasi pra anestesia
2. Pasang alat bantu yang dibutuhkan (monitor EKG, tekanan darah, saturasi oksigen)
3. Siapkan alat-alat, obat anestesia dan obat resusitasi
4. Siapkan alat bantu napas manual atau alat bantu napas mekanik. Siapkan mesin anestesia dan sistem
sirkuitnya, serta gas anestesia yang dipergunakan
5. Induksi dapat dilakukan dengan obat anestesi intravena atau inhalasi
6. Pengelolaan jalan napas sesuai dengan pedoman (lakukan intubasi dan pasang pipa endotrakeal)
7. Rumatan anestesi dapat menggunakan obat-obat yang dibutuhkan sesuai trias anestesi antara lain obat
pelumpuh otot, obat analgetik opioid, obat hipnotik sedatif, obat anestesia inhalasi sesuai kebutuhan.
8. Pernapasan pasien dikendalikan secara mekanik atau dengan bantuan tangan (manual), berikan oksigen
sesuai dengan kebutuhan
9. Pantau tanda vital secara kontinu dan periksa analisis gas darah bila ada indikasi
10. Selesai operasi, pemberian obat-obatan anestesi dihentikan
11. Pengakhiran anestesi yang menggunakan obat pelumpuh otot diberikan obat penawar pelumpuh otot
(neostigmin dikombinasikan dengan atropin)
12. Setelah kelumpuhan otot pulih dan pasien mampu bernapas spontan, dilakukan ekstubasi pipa endotrakeal.
13. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan dilakukan bila ventilasi-oksigenasi adekuat dan
hemodinamik stabil
14. Pemantauan pra dan intra anestesia dicatat/didokumentasikan dalam rekam medik
Airway Management
Oropharyngeal airway (OPA)
Intubasi endotrakea → suatu tindakan membebaskan atau mempertahankan jalan napas serta untuk
memberikan bantuan ventilasi mekanik dengan memasukkan suatu tube yang disebut endotracheal
tube ke dalam jalan napas melalui mulut (orotracheal tube) atau hidung (nasotracheal tube) menuju ke
dalam trachea.
JENIS INTUBASI
Endotracheal Nasotracheal
Tube Tube
TEKNIK INTUBASI
● Pasien yang status pernapasannya mungkin membaik dengan metode yang kurang
invasif.
● Trauma orofasial atau deformitas wajah dan saluran napas bagian atas.
● Pasien dengan cedera tulang belakang.
KOMPLIKASI INTUBASI
Selama Intubasi
Setelah Intubasi
● Trauma gigi geligi
● Laserasi bibir, gusi, laring ● Spasme laring
● Merangsang saraf simpatis (hipertensi-takikardi) ● Aspirasi
● Intubasi bronkus ● Gangguan fonasi
● Intubasi esofagus ● Edema glotis-subglotis
● Aspirasi ● Infeksi laring, faring, trakea
● Spasme bronkus
SULIT LARINGOSKOPI DAN INTUBASI
LEMON
Look externally
Evaluate 3-3-2
Mallampati
Obstruction
Neck Mobility
SULIT VENTILASI DENGAN SUNGKUP WAJAH
MONAS
● Mask seal → Anatomi wajah normal, tidak ada rambut pada wajah, sekret,
darah, muntahan, fraktur, mikrognatia, ukuran sungkup yang sesuai, kemampuan
membuat segel antara hidung dan wajah
● Obesity/obstruction → IMT >26 kg/m2, kehamilan trimester 3, obstruksi jalan
napas
● Age → >55 tahun
● No teeth → tidak ada penyokong sungkup wajah → sulit membuat segel
● Stiff → kekakuan pada leher menyebabkan sulit ventilasi
Sulit Pemasangan Alat Ekstraglotik
RODS
● Reduced mouth opening (bukaan mulut terbatas)
Oxymeter harus dipasang pada semua pemberian anestesi, tidak ada kontraindikasi
Ventilasi
Metode :
1. Penilaian klinis kuantitatif ( gerakan dada, observasi reservoir bag, dan auskultasi dari suara nafas
2. Verifikasi posisi ETT yang tepat serta identifikai C02 pada udara ekspirasi
3. Jika menggunakan ventilator mekanik, mesin mendeteksi adanya diskoneksi komponen-komponen sirkuit
pernapasan
Metode pemantauan
1. EKG
3. Fungsi sirkuasi
a. Palpasi denyut nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan dan penelusuran tekanan intraarterial,
pemantauan USG denyut perifer, pulse plethysmography atau oksimetri
Sirkulasi
Pengukuran suhu dapat diukur pada nasofaring, esofagus distal, trakea, kandung kemih,
saluran telinga, rektum, atau kateter arteri pulmonal
Level kesadaran dapat dinilai dengan melihat refleks kedip, menelan, dan pengucapan kata-kata.
Sementara jika pasien menjalani operasi dengan anestesia regional seperti spinal atau epidural,
harus dinilai ketinggian penurunan level blok anestesi. Jangan mendudukkan pasien terlalu cepat
Oksigen selalu diberikan pada anestesi umum baik napas spontan atau
ventilasi mekanik
Beberapa kondisi dapat membuat oxygen delivery atau oxygen
consumption tidak efisien misalnya pemberian anestetik dan opioid
Pemeliharaan anestesi dengan anestetik inhalasi dan anestetik intravena
Pemilihan Anestesi ( Inhalasi)
Cara pemberian anestesi umum dimana obat masuk ke sirkulasi otak melalui sisitem pernafasan
Oksigen selalu diberikan pada anestesi umum baik napas spontan atau ventilasi mekanik
Beberapa kondisi dapat membuat oxygen delivery atau oxygen consumption tidak efisien misalnya pemberian anestetik dan opioid
Tekanan parsial pada obat anestesi di otak sangat memperngaruhi kedalaman dan kembalinya kesadaran seseorang
Pemeliharaan anestesi dapat dilakukan dengan anestetik inhalasi dan anestetik intravena
Ruangan tempat pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja
prosedur untuk menilai dan mengelola hemodinamik pasien, analgesik dan kesiapan
Sistem Respirasi
Obstruksi jalan napas atas ditandai adanya stridor, relaksasi otot inspirasi, serta gerakan paradoksal dinding
dada.
Invervensi dengan stimulasi pasien, reposisi, menyedot sekret, jaw thrust, insersi oral/nasal airway, aplikasi
ventilasi tekanan positif.
Hipoventilasi : Disebabkan oleh turunnya drive respirasi, insufisiensi otot pernapasan atau masalah mekanik
seperti obstruksi jalan napas.
Permasalahan di PACU
Sistem Kardiovaskular
Hipotensi : Tanda klinis hipovolemia adalah takikardi, urine output <1ml/kg, dan CRT>3 detik.
Hipovolemidapat diatasi dengan kristaloid atau albumin.
Hipotensi ringan dari anestesi umum biasanya tidak memerlukan perawatan intensif. Hipotensi
signifikan dedifinisikan sebagai penurunan tekanan darah 20-30% di bawah baseline dan
memerlukan koreksi. Pada hipotensi berat, pasien memerlukan vasopresor atau inotrop.
Hipertensi : Hipertensi ringan umumnya tidak perlu pengobatan. Peningkatan tekanan darah
lebih dari 20-30% dari baseline harus diobati bisa dengan labetalol intravena, inhibitor enzim
pengubah angiotensin (enapril), atau calcium channel blocker (nikardipin).
2. Hemorrhagi Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke
tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang
tidak terikat
3. Hemorrhagi Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh darah
tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Retensi urine
Delirium
Jika terjadi hipotermia ->forced-air warming device atau pemanasan lampu atau selimut pemanas.
Dosis kecil meperidin 10-25mg IV dapat menghentikan menggigil.
Nyeri
Nyeri pascabedah ringan hingga sedang : oral dengan ibuprofen, asetaminofen, hidrokodon, atau
oxycodone.
Nyeri pascabedah sedang sampai berat : opioid oral atau parenteral. Opioid intravena dapat diberikan
untuk durasi panjang seperti hydromorphone 0,25-0,5 mg atau morfin 2-4mg.
Pemberian NSAID, asetaminofen, dan gabapentin oral praoperasi dapat secara signifikan mengurangi
kebutuhan opioid pascabedah.
Kriteria pasien keluar dari PACU
MANAJEMEN CAIRAN OPERATIF
● Terapi cairan parenteral diperlukan untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan sesudah
pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi dan mengganti cairan pindah ke third space
● Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) → rule 4:2:1 atau rule 100-50-20
Rule 100/50/10
mg/ml).
Anestesi Lokal
Daftar Pustaka
● Rehatta NM, at al. Anestesiologi dan Terapi Intensif Buku Teks KATI PERDATIN. 2019.
● Avva U, Lata JM, Kiel J. Airway Management. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470403/
● Butterworth IV JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 6ed. New York: McGraw-Hill; 20181
● Alvarado AC, Panakos P. Endotracheal Tube Intubation Techniques. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560730/
● Butterworth IV JF, Mackey DC, Wasnick JD. Airway Management. Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 6ed. New York: McGraw-Hill; 2018.p 334
● Watanabe S, Hasegawa Y, Matsushima M, Kawabe T, Shikida M. Micromachined Tube Type Thermal Flow
Sensor for Adult-Sized Tracheal Intubation Tube. Proceedings. 2017;1(357):1–5.
● Lee B, Park WK, Yun SY, Kang S, Kim HJ. Insertion depth of nasotracheal tubes sized to fit the nostril: an
observational study. J Int Med Res. 2019;47(1):235–43.
● Kbany Z. Ketepatan intubasi emergency oral endotracheal. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2008 Aug
1;8(2):87-96.
● Latief S, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. FKUI; 2015.
THANK YOU