Anda di halaman 1dari 27

Hello!

Terapi Oksigen
Denny Alvon, S.Ked 04054822022033
Ferdi Marulitua Simanjuntak, S.Ked 04054822022197
Nendy Oktari, S.Ked 04054822022020

Pembimbing: dr. Mayang Indah Lestari, SpAn

Hi!
Skenario kasus

Seorang laki-laki berusia 78 tahun dibawa ke UGD karena sesak


napas. Anda bertugas sebagai dokter jaga UGD. Pasien masih bisa
diajak berbicara dan menjawab pertanyaan dengan baik anmun
sesekali batuk. Laju napas sekitar 28-32 kali/menit dan SpO2 86%
dengan udara bebas. Pasien diketahui perokok berat dan beberapa kali
dirawat di rumah sakit karena keluhan serupa. Bagaimana terapi
oksigen yang akan anda lakukan?
Terapi oksigen ?

Terapi oksigen adalah upaya pengobatan


dengan menggunakan oksigen untuk
mencegah atau memperbaiki hipoksia
jaringan, dengan cara meningatkan masukan
oksigen ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut oksigen dalam
sirkulasidan meningkatkan oksigen ke
jaringan.
Tujuan terapi oksigen

Mengoreksi hipoksemia Mencegah hipoksemia

Mengobati keracunan karbon Mempercepat proses eliminasi obat


monoksida anesrtesia inhalasi pasca anestesia
Indikasi terapi oksigen

Gagal nafas akut Kegagalan ekstraksi Pasca anestesia


Akibat sumbatan jalan napas, oksigen oleh jaringan
Terutama anestesia umum
depresi jalannapas, penyakit saraf akibat keracunan dengan gas inhalasi N2O
otot, trauma thoraks atau penyakit sianida
pada paru

Kegagalan transportasi ↑kebutuhan jaringan


oksigen terhadap oksigen
Luka bakar, multiple trauma,
Syok, infark miokard, anemia atau infeksi berat, penyakit
keracunan CO keganasan
Jenis terapi oksigen

Terapi oksigen jangka Terapi oksigen jangka


pendek panjang
Short-term oxygen therapy Long-term oxygen therapy
Terapi oksigen jangka pendek

Terapi oksigen jangka pendek merupakan


terapi yang dibutuhkan pada pasien-pasien
dengan keadaan hipoksemia akut yaitu :
• Pneumonia
• PPOK dengan eksaserbasi akut
• Asma bronkial
• Gangguan kardiovaskular
• Emboli paru
Indikasi terapi oksigen jangka pendek

• Hipoksemia akut (PaO2 <60 mmHg,SaO2 <90%)


• Cardiac arrest dan respiratory arrest
• Hipotensi ( sistolik <100 mmHg)
• Respiratory distress ( frekuensi pernafasan >24x/min)
Terapi oksigen jangka panjang
Pasien dengan PPOK merupakan
kelompok yang paling banyak menggunakan
terapi oksigen jangka panjang. Studi awal
terapi oksigen jangka panjang pada pasien
PPOK memperlihatkan bahwa pemberian
oksigen secara kontinyu selama 4-8 minggu
menurunkan hematokrit, memperbaiki
toleransi latihan fisik dan menurunkan tekanan
vaskular pulmonal.
Indikasi terapi oksigen jangka panjang
Pemberian oksigen secara Pemberian tidak kontinyu
kontinyu
• Selama latihan : PaO2 <55 mmHg atau
• PaO2 istirahat < 55 mmHg atau saturasi saturasi oksigen < 88 %
oksigen < 88% • Selama tidur : PaO2 < 55 mmHg atau
• PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi saturasi oksigen < 88% dengan
oksigen 89% pada salah satu keadaan : komplikasi seperti hipertensi
• Edema yang disebabkan karena CHF pulmoner,somnolen dan aritmia
• P pulmonal pada pemeriksaan EKG
(gelombang p > 3 mm pada leads II,III,avf)
• Eritrositemia (hematokrit > 56%)
• PaO2 >59 mmHg atau oksigen saturasi >
89%
Alat yang digunakan

Pengukur aliran oksigen


(flow meter)

Sumber oksigen
Alat pemberian
oksigen

Tabung pelembab
(humidifier)
Metode pemberian terapi
• Sistem aliran tinggi •Sistem aliran rendah
Aliran rendah konsentrasi rendah (low flow low Aliran tinggi konsentrasi rendah (high flow
concentration) low concentration)
- Kateter nasal - Sungkup venturi
- Kanul binasal
Aliran tinggi konsentrasi tinggi (high flow
Aliran rendah konsentrasi tinggi (low flow high high concentration)
concentration) - Head box
- Sungkup muka sederhana - Sungkup CPAP (continuous positive
- Sungkup muka kantong rebreating airway pressure)
- Sungkup muka kantong non rebreating
Kanul binasal

Paling sering digunakan untuk pemberian oksigen,


memberikan FiO2 24-44% dengan aliran 1-6 liter/menit.
Merupakan alat dengan aliran rendah dan konsentrasi rendah
(low flow low concentration), kadar yang dihasilkan
tergantung pada besarnya aliran dan volume tidal nafas
pasien. Kadar oksigen bertambah 4% untuk setiap tambahan
1 liter menit oksigen, misalnya aliran 1 liter/menit = 24% dan
seterusnya maksimal 6 liter/menit.
Keuntungan kekurangan

• Pemberian oksigen stabil


• Dapat menyebabkan iritasi
dengan volume tidal dan laju
pada hidung, bagian belakang
nafas teratur telinga tepat tali binasal
• Baik diberikan pada jangka
• FiO2 akan berkurang bila
waktu lama
pasien bernafas dengan mulut
• Pasien dapat bergerak bebas,
makan, minum dan bicara
Sungkup muka sederhana

Aliran diberikan 6-10 liter/menit


dengan konsentrasi oksigen
mencapai 60%. Merupakan sistem
aliran rendah dengan hidung,
nasofaring, orofaring sebagai
penyimpanan anatomik
Sungkup Muka dengan Kantong Simpan ( Rebreathing )

Aliran yang diberikan 6-10 liter/menit


dengan konsentrasi oksigen mencapai
80%. Udara inspirasi sebagian
bercampur dengan udara ekspirasi
sepertiga bagian volume ekshalasi
masuk
Sungkup Muka dengan Kantong Simpan ( Non-Rebreathing )

Aliran diberikan 8-12 liter/menit


dengan konsentrasi oksigen mencapai
100%. Udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi
dan tidak dipengaruhi udara luar.
Sungkup venturi

Memberikan aliran yang bervariasi


dengan konsentrasi oksigen berkisar 24-
50%. Dipakai dengan pasien dengan tipe
ventilasi yang tidak teratur. Alat ini
digunakan pada pasien dengan hiperkarbia
yang disertai hipoksemia sedang sampai
berat
ALAT KECEPATAN ALIRAN % OKSIGEN

Kanul Nasal 1 L/menit 21% - 24%

2 L/menit 25% - 28%

3 L/menit 29% - 32%

4 L/menit 33% - 36%

5 L/menit 37% - 40%

Sungkup Muka Sederhana 6 – 10 L/menit 35%-60%


Alat Kecepatan Aliran % Oksigen
Sungkup Muka dengan 6 L/menit 60 %
Reservoir O2
7 L/menit 70 %
8 L/menit 80 %
9 L/menit 90 %
10 - 15 L/menit 95 - 100 %
Sungkup Muka Venturi 4 - 8 L/menit 24 - 35 %
10 - 15 L/menit 40 - 50 %
Untuk memantau keefektifan pemberian oksigen dan melakukan
titrasi FiO2, dapat dilakukan dengan pemeriksaan invasif yaitu
analisis gas darah (PaO2 dan SaO2) dan secara non invasif dengan
pulse oxymetry

Nilai Pulse Oxymetry Arti Klinis Pilihan Obat Suplementasi


Oksigen
95% - 100% Dalam batas normal Kanul nasal
90% - 94% Hipoksia ringan – sedang Sungkup muka sederhana /
sungkup muka dengan reservoir
O2
85% - < 90% Hipoksia berat Ventilasi dibantu
< 85 % Hipoksia berat yang mengancam Ventilasi dibantu
nyawa
Efek samping
● Depresi napas dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia kronis.
● Keracunan oksigen (O2) terjadi apabila pemberian oksigen (O2) dengan
konsentrasi tinggi (di atas 60%) dalam jangka waktu yang lama.
● Efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap susunan saraf
pusat apabila diberikan dengan konsentrasi yang tinggi maka akan dapat
menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada sendi sedangkan efek
samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap mata
Harus
diperhatikan !

Mendeteksi efek samping dari terapi oksigen (O2) tergolong


tidak mudah, maka perlu diperhatikan:

• Pemberian oksigen (O2) yang paling aman dilakukan


pada fraksi oksigen (O2) (FiO2) 0,5-1.
• Edukasi pasien untuk menghindari merokok dekat tabung
oksigen (O2) dan tabung oksigen (O2) harus aman agar
tidak mudah terjatuh dan meledak.
Terapi oksigen pada kasus

Terapi oksigen yang dapat diberikan pada


pasien ini adalah menggunakan nasal kanul
dengan aliran 2L/menit dengan target SpO2
yang direkomendasikan adalah 88-92%.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiohadi B, Setiani S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Soenarjo, dan Heru Dwi Jatmiko. 2013. Anestesiologi. Semarang: Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Dr. Kariadi.
3. Beasley, R., Chien, J., Douglas, J., Eastlake, L., Farah, C., King, G., Moore, R., Pilcher, J.,
Richards, M., Smith, S. and Walters, H. 2015. Thoracic Society of Australia and New
Zealand oxygen guidelines for acute oxygen use in adults: ‘Swimming between the fl ags’.
Respirology, 20: 1182-1191.
4. Uyainah A. Terapi Oksigen. Dalam: Suvianto (editor). Ilmu Penyakit Dalam. 2010. Jakarta:
ECG, 125-27.
5. Mangku G, Senapathi TGE. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Edisi II. Jakarta.
Indeks. 2017.
Thanks
Do you have any
questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai