KIMIA (BLOK 2)
Disusun
Oleh
Staf Pengajar Kimia Medik
Fakultas Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2017/2018
IDENTIFIKASI ANION DAN KATION
Cara Kerja :
1. Teteskan 3 tetes larutan yang mengandung kation/anion ke dalam plat tetes atau tabung
reaksi.
2. Kemudian tambahkan beberapa tetes larutan yang mengandung anion/kation sebagai
larutan pengenal untuk kation/anion.
3. Perhatikan atau amati warna larutan/endapan yang terbentuk dan tulis persamaan
reaksinya.
4. Jika dipakai tabung reaksi, tambahkan aquades 1 2 ml agar warna larutan/endapan
tampak jelas.
Percobaan :
Lakukanlah percobaan-percobaan di bawah ini, tuliskanlah reaksi-reaksi kimia
yang terjadi baik sebagai reaksi molekuler maupun reaksi ion, dan perhatikan warna dari
larutan/endapan yang terbentuk.
1. Karbondioksida (CO2)
Tiupkan udara pernafasan melalui pipet ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml
Ca(OH)2. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil pengamatan :
2. Argentum (Ag+)
Masukkan larutan AgNO3 sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan HCl. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil pengamatan :
3. Plumbum (Pb2+)
Masukkan larutan Pb(NO3)2 sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan Na2S. Panaskan di api. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil percobaan :
4. Higragium (Hg2+)
Masukkan larutan Hg(NO3)2 sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan KI. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil percobaan :
5. Ferri (Fe3+)
Masukkan larutan FeCl3 sebanyak 4 tetes ke dalam plat tetes. Tambahkan 4 tetes larutan
KCNS. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil percobaan :
6. Seng (Zn2+)
Masukkan larutan ZnSO4 sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan K4Fe(CN)6. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil percobaan :
7. Kalsium (Ca2+)
Masukkan larutan Ca(OH)2 sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan asam oksalat. Lihat kristalnya di mikroskop !
Hasil percobaan :
8. Magnesium (Mg2+)
Masukkan larutan MgSO4 sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan NaOH, panaskan. Perhatikan apa yang terjadi !
Hasil percobaan :
9. Kalium (K+)
Masukkan larutan KCl sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes
larutan asam pikrat, panaskan. Lihat kristalnya di mikroskop !
Hasil percobaan :
I. Prinsip :
Percobaan berdasarkan dari reaksi spesifik tiap-tiap gugus fungsional
05. Eter
a. Air + beberapa tetes eter, dididihkan
cium baunya ................................. .............................
Pertanyaan:
Buatlah reaksinya masing-masing !
IDENTIFIKASI SENYAWA OBAT
I. Prinsip :
Percobaan berdasarkan dari reaksi spesifik tiap-tiap senyawa obat
II. Teori :
Senyawa obat dapat dibedakan satu dengan yang lainnya secara reaksi kimia.
Misalkan untuk membedakan asam salisilat dan asetosal dapat dilakukan sebagai berikut :
Asam Salisilat + Fe3+ Berwarna ungu
3+
Asetosal ( Ester Salisilat) + Fe Tidak berwarna
Identifikasi ini amat berguna untuk menentukan kemurnian dari asetosal.
Percobaan :
Lakukanlah percobaan-percobaan di bawah ini dengan memakai zat-zat yang sehemat
mungkin. Sebagai zat adalah senyawa obat, sedangkan pereaksi adalah senyawa kimia.
No. Senyawa Obat + Pereaksi Reaksi Kimia Kejadian / warna
02. Ampisilin
a. Dibakar, cium baunya ............................... .............................
08. Antalgin
a. Larutan FeCl3 ............................... .............................
09. Coffein
a. KClO3 + HCl encer panaskan hingga kering, setelah dingin +
1 tetes amonia encer ................................ .............................
11. Sulfadiazine
a. p-DAB HCl ............................... .............................
b. Celupkan sebatang korek api dalam HCl pekat,
keringkan, lalu kemudian celupkan dalam larutan
Sulfadiazine ................................ .............................
12. Anaestecin
a. Totolkan sedikit anaestecin di ujung lidah, diamkan sebentar, maka lidah akan
terasa .........
Pertanyaan:
Carilah rumus struktur masing-masing obat dan khasiat obat tersebut !
PRAKTIKUM KUALITATIF KARBOHIDRAT
Karbohidrat terdapat luas, baik pada jaringan tumbuh-tumbuhan maupun binatang. Pada
tanaman karbohidrat merupakan hasil fotosintesa, misalnya amilum yang terdapat dalam sel-sel
tanaman dan selulosa sebagai kerangka tanaman. Pada sel-sel binatang karbohidrat terdapat
dalam bentuk glukosa dan glikogen yang penting sebagai sumber tenaga.
Beberapa karbohidrat mempunyai fungsi spesifik yang penting ialah ribosa dalam
nukleoprotein sel, galaktosa dalam lipid-lipid tertentu dan galaktosa dalam air susu. Karbohidrat
sendiri dapat didefinisikan sebagai derivat aldehida atau keton dari alkohol polihidris atau
senyawa turunannya sebagai hasil hidrolisasinya.
Isomerisasi:
Senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi konfigurasi ruang tidak
sama dikenal sebagai stereo isomer. Atom C yang mengikat 4 macam atom atau gugus yang
berbeda disebut atom C asimetris, atom C asimetris ini yang menyebabkan pembentukan isomer.
Bila n sama dengan jumlah atom C asimetris maka jumlah isomernya = 2n.
Mereduksi:
Sifat gula dengan gugus karbonil bebas (aldehid dan keton) dalam larutan alkali berubah
menjadi bentuk enol yang relatif dan mudah mengalami oksidasi. Jadi gulanya sebagai
pereduksi, sedang zat yang direduksi misalnya Cu; Bi; Fe(CN)6, dll.
Reaksi-reaksi untuk karbohidrat (glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, maltosa, arabinosa) :
1. Reaksi Barfoed
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml reagen Barfoed (Cu asetat dan asam asetat ),
kemudian ditaambah 1 ml larutan karbohidrat, masukkan ke penangas air. Adanya
endapan merah orange dalam waktu 5 7 menit menunjukan adanya maltosa dan
laktosa. Tidak adanya endapan atau samar-samar menujukkan adanya sukrosa.
2. Reaksi Tollens
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan karbohidrat dan tambahkan 0,5 ml
larutan Tollens (Naftoresorsinol 1% dalam alcohol). Didihkan selama 1 menit sambil
digoyang-goyangkan. Diamkan selama 4 menit kemudian dinginkan di bawah air
ledeng. Tambahkan eter dan adanya warna merah dalam ekstrak eter menunjukkan
adanya heksuronat.
3. Reaksi Mollisch
Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml larutan glukosa kemudian tambahkan 1 tetes
reagent Mollisch (alfa naftol 10%) yang masih segar (baru). Alirkan pelan-pelan
melalui dinding tabung reaksi sebanyak 1 ml asam sulfat pekat (tanpa goyangan)
hingga membentuk lapisan di tengah campuran.
Adanya cincin ungu menunjukkan adanya karbohidrat. Kerjakan berturut-turut
terhadap jenis karbohidrat yang lain.
4. Reaksi Benedict
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml reagen benedict (Reagen benedict terbuat
dari 17,3 gram tembaga sulfat dan natrium sitrat 173 gram dan 100 gram natrium
karbonat bebas air, tambah air hingga 1 liter) dan 5 tetes (0,25 ml) larutan glukosa.
Masukkan dalam penangas air selama 5 menit atau dipanaskan langsung selama 1
menit.
Reaksi positif bila terjadi warna hijau, merah, oranye atau merah bata dan endapan
merah bata, tergantung dari banyaknya Cu2O yang terbentuk. Kerjakan pula reaksi ini
terhadap jenis karbohidrat yang lain.
5. Reaksi Selliwanoff
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml reagen Selliwanoff (Reagen Selliwanoff
terbuat dari 0,5% resorsinol dalam 5 N HCl) ditambah 0,5 ml larutan fruktosa, masak
dalam penangas air atau pemanasan langsung dan dididihkan selama 30 detik. Akan
terjadi warna merah. Kerjakan pula reaksi terhadap jenis karbohidrat yang lain.
Dasar
Sejumlah kecil lipid dilarutkan dalam beberapa pelarut organik. Derajat kelarutan dapat
dilihat secara langsung. Apabila kurang jelas, larutan dapat diuapkan perlahan-lahan
dengan penangas air (atau disaring dengan kertas saring kering). Jumlah residu
menunjukkan jumlah zat yang larut dalam larutan yang diperiksa.
Bahan
1. Minyak kelapa
2. Air
3. Larutan H2SO4 encer
4. Larutan Na2CO3 0,5%
5. Larutan alkohol dingin
6. Larutan alkohol panas
7. Larutan bensin
8. Larutan kloroform
9. Larutan eter
Cara kerja
1. Masukkan 20 tetes minyak kelapa ke dalam 3 ml air dalam tabung reaksi lalu dikocok.
Perhatikan emulsi yang terbentuk.
2. Tambahkan 1 ml larutan Na2CO3 0,5% dan kocok lagi. Perhatikan pengaruhnya terhadap
kestabilan emulsi.
3. Lakukan poin (1) terhadap larutan H2SO4 encer, alkohol dingin, alkohol panas, bensin,
kloroform dan eter.
Percobaan 3 :Angka iodium menurut HANUS (KUANTITATIF)
Bahan-bahan:
- Pereaksi Hanus (terbuat dari 13,2 gram iodium murni dilarutkan dalam 1 liter asam
asetat glasial) tambahkan 3 ml brom. Dengan penambahan ini kadar halogen
menjadi 2 kali lipat.
- Larutan Na Thiosulfat 0,1 N
- Amilum 0,5 %
- Larutan KI 15 %
Cara melakukan:
Dengan pipet ukur diambil 1 ml minyak kelapa kemudian dilarutkan dalam 4 ml
kloroform, tambahkan 10,0 ml pereaksi HANUS dengan pipet, biarkan selama 25
menit sambil sekali waktu dikocok. Perhatikan campuran kedua pelarut kloroform
dan asam asetat glasial.
Setelah 25 menit, tambahkan 4,0 ml larutan KI 15% dengan pipet ukur, kocok.
Kemudian lakukan titrasi dengan Na thiosulfat 0,1 N sampai warna kuning hampir
hilang. Tambahkan 1 ml larutan amilum dan lanjutkan titrasi sampai warna biru
hilang. Apabila titrasi hampir selesai, kocoklah agak keras agar iod yang ketinggalan
dalam kloroform dapat bereaksi dengan thiosulfat. Perhatikan bilamana kloroform
memisah dari larutan.
Lakukan percobaan sekali lagi tanpa menggunakan minyak (blanko).
Perhitungan:
Angka iodium = banyaknya iodium dalam gram yang diikat oleh 100 gram
minyak/lemak.
Jumlah halogen yang mengadakan adisi = 6,70 ml.
Na-thiosulfat 0,1 N = 6,70 x 0,1 = 0,67 mgrek.
Jumlah iod = Na-thiosulfat = 0,67 mgerk = 0,67 x 127 = 85 mg = 0,085 g.
Dalam 100 gram minyak = 100/0,821 x 0,085 = 10,35 gram (massa jenis minyak
0,821).
Dalam perhitungan ini angka penyabunan = 10,35, berapa hasil saudara.............???
Catatan :
Percobaan 2a dan 2b biasanya dipakai untuk menunjukkan adanya albumin dalam urine.
B. REAKSI WARNA :
Percobaan 5 : Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml larutan protein ditambah 1 ml NaOH 40%,
kemudian ditambah 1 tetes CuSO4 0,5% sehingga terjadi warna merah muda atau ungu.
Makin banyak atau makin panjang ikatan peptidanya warna makin ungu dan makin sedikit
atau makin pendek ikatan peptidanya maka warna makin muda (merah).
Percobaan 6 : Reaksi Millon-Nasse (untuk tirosin)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan protein ditambahkan 1 ml reagen merkuri
sulfat (HgSO4 1% dalam H2SO4 10%) masaklah, mungkin terjadi endapan kuning. Dinginkan
di bawah air ledeng, lalu tambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1%, panaskan lagi endapan atau
larutannya akan berwarna .....??? Amati !
Cara melakukan:
Letakkan 9 buah tabung reaksi pada rak, isi dengan larutan kasein dan asam asetat dari
berbagai-bagai konsentrasi (lihat tabel). Setelah dicampur diamkan selama 30 menit.
Perhatikan hasilnya !!!! Pada tabung nomor berapa diperoleh pengendapan yang maksimal ?
Apakah hasil yang saudara peroleh sesuai dengan data-data dari litelatur?????
Tabel besaran pH pada larutan kasein :
No tabung reaksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
ml larutan asam asetat 0,01 M 0,6 1,3
ml larutan asam asetat 0,1 M 0,3 0,5 1 2 4 8
ml larutan asam asetat 1M 1,6
ml aquadest 8,4 7,8 8,8 8,5 8 7 5 1 7,4
ml larutan kasein 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pH Larutan 5,9 5,7 5,3 5,0 4,7 4,4 4,1 3,8 3,5
Keterangan:
Titik isoelektrik (PI) dari kasein yaitu dimana pH tertentu kasein mempunyai daya larut
terkecil dan akan mengendap (amati pada pH beberapa endapan terbanyak), apabila suasana
diubah menjadi asam atau alkalis kasein akan larut kembali.
SPEKTROFOTOMETRI
TEORI :
Bila seberkas sinar putih melewati suatu larutan berwarna, maka pada beberapa panjang
gelombang ( ) tertentu dari spektrum warna , akan terjadi penyerapan cahaya . Contohnya bila
suatu larutan berwarna merah, maka ia akan menyerap cahaya pada daerah panjang gelombang
warna kuning --- biru. Sebaliknya cahaya pada daerah warna merah akan diteruskan sehingga
dengan mata tampak berwarna merah. Dengan kata lain warna suatu larutan disebabkan oleh
warna spektrum cahaya yang tidak ditahan /diserapnya, tetapi yang diteruskannya.
Dalam keadaan sehari-hari sebenarnya diketahui bahwa jumlah dari zat yang terlarut dapat
diperkirakan dengan mata dari kepekatan/intensitas warna. Misalnya dua sendok sirup merah bila
dilarutkan dalam segelas air warnanya tampak lebih pekat dari pada satu sendok sirup dalam
gelas dengan volume air yang sama.
Catatan : hidupkan spektrofotometer selama 10 menit sebagai pemanasan sehingga hasil lebih
stabil dan akurat
Tujuan : Memperlihatkan bahwa protein mempunyai ikatan peptida yang bereaksi positif
dengan uji biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul lain.
Dasar : Ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan polipeptida dalam suasana
alkali akan berwarna lembayung bila direaksikan dengan Cu++
Cara kerja :
Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih, pipetkan ke dalam tabung reaksi seperti tabel berikut
Bahan 1(blangko) 2(standar) 3(sampel)
Larutan albumin 0,1% (ml) - 2 -
Larutan putih telur 1% (ml) - - 2
Air suling (ml) 2
Larutan NaOH 10% (ml) 2 2 2
Larutan CuSO4 0,1% (tetes) 1 1 1
Teori:
Kromatografi berasal dari kata : Chroma (warna), dan Graphy (gambar). Maka
kromatografi adalah suatu metoda analisa kualitatif dan kuantitatif dalam memisahkan
campuran yang didasarkan atas prinsip bahwa komponen-komponen di dalam campuran
dapat dipisahkan dengan mengalirkan campuran tersebut melalui dua fase, yaitu:
1. Fasa yang bertindak sebagai pembawa campuran, dikenal dengan nama fase bergerak
(Fasa Mobil).
2. Fasa yang bertindak sebagai pemisah campuran, dikenal dengan nama fase diam (Fasa
Stationer).
Analisa kromatografi ini juga didasarkan pada :
1. Terbentuknya pita-pita yang berwarna dari macam-macam zat.
2. Sifat kimia dan fisika yang hanya sedikit sekali perbedaannya antara komponen-
komponen tersebut.
Fasa Mobil :
Dilakukan di atas fasa diam selama proses dengan membawa komponen yang akan
dipisahkan dan masing-masing mempunyai kecepatan yang berbeda. Biasanya berupa
cairan misalnya: etanol, butanol, amonia, air, kloroform, dll.
Fasa Diam :
Dapat berupa cairan atau padatan. Dalam hal ini kertas yang mengandung selulosa
mempunyai daya penyerap air dari lingkungannya yang selanjutnya bertindak sebagai
fasa diam.
Penetesan (Spotting) :
Prinsip dari penetesan ini adalah dilakukan penetesan memakai mikropipet yang
berukuran 1 - 2 mikroliter, hipodermis. Penetesan ini dilakukan di atas fasa diam,
dan hasil penetesan harus dikeringkan secepat mungkin.
Pewarnaan ( Locating) :
Untuk melihat atau mendeteksi daerah noda (hasil kromatografi) biasanya dengan cara:
1. Fisika :
Bila noda tidak berwarna bisa dilihat dengan menggunakan sinar ultraviolet.
2. Kimia :
Dengan menyemprot noda dengan zat kimia, misal p-DAP HCl, AgNO3, uap
iodium, dll.
3. Adanya warna pada noda yang tidak perlu lagi memakai cara fisika ataupun kimia.
Beberapa istilah penting dalam kromatografi :
1. Rf (Retardation flow)
Retardation flow (aliran penghambatan) yaitu perbandingan jarak yang ditempuh
suatu komponen dengan jarak yang ditempuh eluer.
2. Eluer
Cairan yang dipakai dalam kromatografi.
3. Elusi
Mengalirnya eluer pada fasa diam.
4. Waktu elusi
Waktu mengalirnya eluer.
5. Ascending cromatography (naik)
Eluer dialirkan dari bawah ke atas.
6. Descending chromatography (turun)
Eluer dialirkan dari atas ke bawah.
Kromatografi Kertas :
Maksud percobaan :
Memisahkan campuran atau senyawa menjadi komponen pembentuknya.
Teori :
Kromatografi kertas ini yang bertindak sebagai fasa pelindung (fasa pelindung) adalah
kertas. Kertas yang dipakai adalah kertas. Kertas yang dipakai adalah kertas yang
homogen dan tebal. Kertas tersebut mempunyai syarat tertentu pula. Biasanya kertas
yang dipakai adalah kertas whatman I. Kertas yang dipakai harus 100% terdiri dari
selulosa murni, tanpa lignin, tembaga dan kotoran-kotoran air. Sebab bila kertas
tersebut mengandung lignin maka analisa akan terganggu, dan bila dilanjutkan dengan
penyinaran sinar ultra violet atau infra merah maka lignin akan menyerap sinar-sinar
tersebut. Air yang terdapat pada kertas tersebut berfungsi sebagai fasa diam. Yang
berfungsi sebagai fasa bergerak adalah eluer, di mana kecepatan aliran pelarut adalah
berdasarkan kepada sifat kapiler dan juga berdasarkan kepada kertas yang dipakai.
Jenis kertas whatman :
Aliran cepat : No. 4, 54, 540
Aliran sedang : No. 1, 7.
Aliran lambat : No. 2, 20.
Cara Kerja :
1. Sediakan larutan sulfa 0,1% dalam aseton.
2. Potonglah kertas sesuai dengan ukuran bejana kromatografi, buatlah garis lurus
pada sisi bawah kertas setinggi 2 cm dan 2,5 cm (lihat gambar). Tandai
dengan titik pada garis yang 2,5 cm tersebut memakai pensil.
3. Totolkan larutan pada titik dan diameter penotolan harus kurang dari 0,5 cm.
Buatlah 2 totolan :
1 totolan untuk standar (yang sudah diketahui).
1 totolan untuk zat yang akan diidentifikasi.
4. Keringkan pada suhu kamar.
5. Siapkan bejana berisi eluer, jenuhkan kira-kira selama 1 jam.
6. Celupkan kertas sampai batas 0,5 - 1 cm dan biarkan kertas mengantung
tanpa menempel di dinding bejana, tutup rapat bejana.
7. Biarkan beberapa lama (kira-kira selama 2 jam) sampai jarak yang ditempuh
eluer dianggap cukup.
8. Keluarkan kertas , keringkan di udara, semprot tipis-tipis dengan larutan
p-DAP HCl dan biarkan kering.
9. Tandai noda dengan pensil dan tentukan titik beratnya.
10. Hitung harga RF nya !
Jarak noda dari tempat penetesan ( R 1 )
Rf = -------------------------------------------------
Jarak yang ditempuh eluer ( R2)
11. Identifikasikan zat apa yang terdapat pada sampel ?
Catatan :
* Eluer terdiri dari :
Butanol : NH4OH : H2O
4 : 1 : 5
* Pewarna terdiri dari :
Dimetilaminobenzaldehide = 1 gr
HCl 0,4 N = 100 gr
Gambar SKEMATIK:
Penutup
R1
o o o R2
------------- 2,5 cm
2 cm {
R2
Rf = ------
R1
Catatan :
- Bila Rf sampel sama dengan Rf standar, maka secara kualitatif isi sampel sama dengan isi
standar
- Bila luas noda sampel sama dengan luas noda standar maka kadar sampel secara kuantitatif
sama dengan kadar standar